Cinta Dalam Bayang Mafia

Cinta Dalam Bayang Mafia

last updateLast Updated : 2025-01-20
By:  Shifa AsyaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
32Chapters
658views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Maya, yang tengah bahagia dalam keluarga kecilnya, terpukul saat anak tunggalnya meninggal dunia. Dalam kesedihannya, dia menemukan cinta sejati dalam pelukan Hans. Namun, masa lalu Hans yang kelam menimbulkan keraguan pada Maya. Hans terperangkap dalam dunia kriminal yang berbahaya. Walau begitu, cinta tetap tumbuh di antara mereka meskipun terganggu oleh bayang-bayang masa lalu dan konflik yang muncul. Maya berjuang antara cinta dan ketakutan. Ketika Hans pergi, Maya mendapat dukungan dan cinta dari mantan suaminya, Aidan. Dalam pertarungan antara masa lalu dan masa depan, Maya harus membuat keputusan sulit yang akan mengubah takdir hidupnya. Kisah cinta mereka dipertaruhkan oleh intrik kriminal, konflik keluarga, dan pengorbanan yang mendalam. Mereka menyadari bahwa cinta sejati membutuhkan pengorbanan tak terbayangkan.

View More

Chapter 1

1. Harus Pergi

Maya duduk di sudut ruang kerjanya, matanya terfokus pada sebuah buku gambar yang penuh dengan sketsa baju anak-anak. Tangannya perlahan membelai desain terakhir, menggambar detail kecil dengan penuh hati-hati. Seolah berbicara pada seseorang, dia berbisik dengan suara yang gemetar.

“Apakah Mama berhasil, Nak? Empat puluh desain baju anak untuk pameran bulan depan. Semua ini untuk kamu.” Senyum pahit menghiasi wajahnya, tetapi air matanya tak terbendung lagi. “Mama harap kamu lihat dan menyukainya.”

Sebuah ketukan lembut di pintu memecah lamunannya. “Apa saya mengganggu?”

“Oh, Pak Hans? Ada perlu apa?”

“Kenapa kau belum pulang?”

“Saya akan segera pulang.”

Dengan sikap tenang, Hans melangkah masuk dan menatap sketsa-sketsa di meja kerja karyawan terbaiknya itu. "Desainmu luar biasa.”

Tiba-tiba, ponsel Maya berbunyi, menandakan masuknya sebuah email. Dia mengangkat alis, lalu memeriksa layar ponselnya. Wajahnya berubah saat membaca isi email tersebut.

"Maaf, Pak Hans. Saya harus pergi," kata Maya sambil buru-buru merapikan barangnya.

"Kau baik-baik saja?"

Maya mengangguk singkat tanpa menjelaskan lebih lanjut. “Permisi?”

Di sepanjang perjalanan pulang, air mata mengalir tanpa henti, seolah memikul beban seluruh dunia. “Kenapa semuanya harus berakhir seperti ini?” gumamnya pelan.

Sesampainya di rumah, pintu ditutup dengan bunyi keras. Tas dibiarkan tergeletak di lantai, sepatu terlepas begitu saja. Begitu duduk di sofa, dia memeluk lututnya dan menangis tanpa suara.

“Semuanya hilang. Anakku, suamiku, apa lagi yang aku punya sekarang?! Kenapa aku tidak cukup kuat untuk mempertahankan mereka? Kenapa aku membiarkan semuanya hancur seperti ini?!”

Tangan yang menggenggam bantal, dilemparnya ke sembarang tempat. Gelas-gelas di atas meja jatuh dan pecah. Suara itu menggema di ruang tamu, seperti pantulan rasa sakit yang tidak lagi bisa dipendam.

“Kenapa harus aku yang menerima semua penderitaan ini?! Kalau alasannya karena hanya aku yang kuat, itu salah besar! Ini semua terlalu berat untuk aku lalui sendiri!”

Suara jeritan Maya mungkin saja terdengar sampai ke luar. Itu semua terbukti karena Hans segera masuk saat mendengarnya, ditambah lagi pintu rumah itu juga tidak terkunci. Wajah cemas pria itu berubah menjadi keterkejutan saat melihat kekacauan di ruang tamu. Pecahan kaca berserakan, meja terbalik, dan wanita itu duduk di lantai dengan mata sembab.

“Maya?” Kakinya yang panjang, melangkah dengan cepat mendekati Maya. “Ada apa?”

***

Perban dengan rapi berhasil menutup luka akibat pecahan kaca. Maya masih diam melamun dan Hans beberapa saat menghargai wanita di hadapannya untuk tenang lebih dulu.

“Pak Hans, saya minta maaf soal masalah itu. Saya tidak bicara pada siapa pun dan saya tidak tahu siapa yang menyebarkannya.”

“Tidak masalah. Tidak perlu dibahas lagi.”

Sebenarnya Maya selalu canggung saat bertemu dengan pria itu. Wajar saja, belum lama ini Hans menyatakan perasaan padanya. Semua karyawan di kantor tahu dan membuat Maya merasa tidak enak karena menolaknya.

“Saya ingin memberikan ini.” Sebuah kotak berisi buku jurnal berwarna cokelat kesukaan Maya beserta beberapa pulpen di dalamnya. “Kau bisa mencatat perasaan dan pemikiranmu di sini. Terkadang, menuliskan apa yang ada di hati dapat membantu meringankan beban."

Hans duduk di sampingnya, menjaga jarak, tetapi cukup dekat untuk menunjukkan bahwa dia ada. “Apa kau ingin melakukan sesuatu?”

“Entahlah.”

“Mau menonton film? Kapan kau punya waktu luang?”

“Bagaimana kalau besok setelah pulang kerja?”

“Eum, oke.”

Keheningan kembali menyelimuti ruangan itu setelah percakapan mereka berakhir. Maya memandangi kotak jurnal cokelat itu dengan tatapan kosong. “Mau saya buatkan sesuatu? Mungkin kau lapar?”

“Ah, tidak perlu. Terima kasih.”

“Aku bisa membuat kue. Bagaimana kalau donat?”

Pernyataan itu membuat Maya menatap Hans dengan antusias. “Donat?”

“Jika ada bahan-bahannya, saya akan buatkan sekarang.”

Maya menunjukkan bahan-bahan makanan yang tersimpan rapi di sebuah laci. Dengan cepat Hans membuatnya, terlihat seperti sudah biasa. Pandangan Maya tidak lepas dari pria yang sedang membuat adonan sembari bercerita.

“Tunggu beberapa menit dulu sampai adonannya mengembang.” Hans mencuci tangannya dan kembali duduk di samping Maya. “Saya sangat suka donat. Jadi, saya belajar membuatnya sejak SMA.”

“Saya berusaha untuk tidak memakannya walau saya suka.”

“Kenapa?”

Maya tersenyum kecil, meskipun hatinya masih terasa berat. “Almarhumah anak saya sangat menyukai donat. Saya tidak sanggup memakannya karena selalu teringat dengannya.”

***

Sebagai ketua tim dari lima desainer muda di perusahaan tersebut mengharuskan Maya untuk tetap fokus bekerja karena menjadi andalan anggotanya. Namun hari itu, Maya datang hanya untuk memberikan surat pengunduran dirinya.

Dia mendatangi ruangan Hans selaku manager di perusahaan tersebut. “Saya ingin menyampaikan ini, Pak.” Surat yang telah disiapkan jauh-jauh hari akhirnya mendarat di meja kerja sang manager.

“Saya bisa memberikanmu waktu libur yang panjang kalau kau mau? Kau tidak harus mengundurkan diri seperti ini.”

“Ini sudah menjadi keputusan saya, Pak.”

“Saya pikir, kemarin adalah langkah awal untuk bisa lebih dekat denganmu.”

“Untuk kesekian kalinya saya minta maaf karena tidak bisa membalasnya.”

“Jadi, sudah tidak ada kesempatan lagi untuk saya?”

“Saya tidak bermaksud menolak. Hanya saja ….”

“Baiklah. Tapi, bisakah kau tidak membatalkan rencana kita kemarin?”

Setelah berpamitan secara mendadak oleh para karyawan, Maya dan Hans pergi bersama tanpa ragu. Lagi pula, semua karyawan sudah tahu kalau Hans sangat menyukai Maya. Mereka pergi ke sebuah bioskop. Menonton film komedi yang berhasil menampilkan tawa di bibir Maya.

“Cantik,” ucap Hans sambil melihat Maya.

“Maaf?” tanya Maya yang mendengar ucapan Hans, namun tidak jelas.

“Oh, tidak ada.”

Tempat selanjutnya yang mereka kunjungi adalah Danau Jenewa. Di Swiss baru saja memasuki awal musim semi. Hans membawa Maya menyusuri danau nan indah itu dengan kapal pesiar. Terlihat kalau Maya bahagia dan menikmatinya dengan tenang.

“Kau bisa lebih tenang sekarang? Ada tempat lain yang ingin kau kunjungi lagi?”

“3 jam lagi waktu keberangkatan saya ke Indonesia.”

“Apa?” Hans kembali terkejut. Lebih terkejut dari saat menerima surat pengunduran diri Maya sebelumnya.

“Saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Saya tidak bisa selamanya bersembunyi di sini. Terima kasih atas semuanya, termasuk waktu, usaha, dan cintanya. Saya sangat menghargainya.”

Dengan berani Hans meraih tangan Maya. Untuk pertama kalinya dia genggam erat tangan mulus tersebut. “Saya benar-benar mencintaimu. Apa yang harus saya lakukan agar kau bisa mencintai saya?”

“Saya tidak ingin memberikan harapan. Jadi, jangan menunggu saya. Biar waktu yang menjawab semuanya.”

“Kau benar-benar akan pergi?”

“Iya, saya harus pergi sekarang. Terima kasih atas semuanya, Pak Hans.” Maya sedikit membungkuk dengan sopan. “Sampai jumpa di lain waktu.”

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
32 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status