“Apa?” Khair tercengang, dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Chandra yang raut wajahnya penuh kekesalan, sepasang kakinya juga bergetar. Bima dan beberapa orang satpam yang lain juga tercengang. Bukankah Pak Chandra akan memecat Sean? Apa sekarang maksudnya? Sean memandang Chandra yang marah besar kepada Khair, lalu menyeringai. Semua terjadi begitu tiba-tiba, sehingga membuat Khair mereka tidak sadar. “Untuk apa terdiam? Segera minta maaf kepada Sean!” Hati Chandra sangatlah panik. Dia juga tidak menyangka bahwa orang di belakang Sean adalah Roby, orang terkaya di Kota Bandung. Setelah Sean keluar dari kantornya, dia langsung menerima telepon dari Roby. Roby langsung menjelaskan bahwa dia telah mencari masalah dengan Tuan Mudanya. Demi menenangkan amarah Tuan Mudanya, harus membuat perusahaannya bangkrut sebelum pukul empat sore. Tujuan Roby menghubunginya adalah agar dia mengetahui jelas apa saja yang telah dia lakukan. Ucapan ini memang te
“Apakah Pak Chandra memiliki hubungan dengan istrinya Sean, sehingga begitu melindunginya. Harus diketahui bahwa Mega merupakan orang tercantik di perusahaan kita. Banyak orang yang tertarik kepadanya.” Tatapan mata Bima tiba-tiba bersinar. Khair tercengang. Benar juga, mengapa aku tidak memikirkan itu? Dia baru saja berusia dua puluh sembilan tahun, bahkan begitu tergila-gila kepada Mega, maka Pak Chandra juga pasti tergila-gila kepadanya. Berpikir ini, hati Khair mencelos. Ternyata dia dan Pak Chandra saling merebut wanita yang sama, bukankah dia mencari mati? “Seharusnya benar. Tapi tenang saja, kalau hubungan mereka seperti ini, tunggu Pak Chandra mulai bosan dengan Mega, maka jalan Sean juga akan berakhir. Kita juga tidak telat menghukumnya di saat itu.” ucap Khair. “Manusia itu juga jahat sekali. Demi mendekati Pak Chandra, dia rela memberikan istrinya. Sungguh brengsek.” sindir Bima. Khair tertawa dingin. Dia berbalik badan dan melihat jendela, akh
Sean menyuruh suster profesional untuk merawat Andin dengan baik, lalu bersiap pergi untuk makan. Sudah pukul dua siang, dia masih belum makan apapun. Dia baru saja keluar dari rumah sakit, langsung bertemu dengan Ibu mertuanya dan adik iparnya. Melihat kedua orang itu berjalan ke arahnya, Sean tersenyum pahit, juga merasa tidak baik kalau berpura-pura tidak melihat mereka. Dia baru saja ingin menyapa, lalu mendengar adik iparnya Jennie berkata dengan nada curiga. “Sean , beritahu kita, apakah kamu sungguh mengenal pejabat tinggi di Perusahaan Martaguna?” Kemarin berpikir begitu lama, Natalie dan Jennie masih saja sangat curiga kepada Sean yang selalu direndahkan mereka. Mungkin saja Sean mengenal pejabat tertinggi Perusahaan Martaguna, kalau tidak sekretaris pribadi Roby tidak begitu baik kepada Sean. Kalau Sean sungguh mengenal pejabat tinggi Perusahaan Martaguna, maka biarkan Sean berbicara baik dengannya, mungkin saja ada kesempatan kerjasama Natalie berja
“Paman Roby, apakah Perusahaan Arizon sedang membahas kerja sama dengan kalian? Penanggung jawab mereka adalah Wakil Direktur Natalie.” tanya Sean . “Beberapa hari ini cuaca sangat panas. Kantor bersiap untuk membeli obat untuk menghindari pitam panas. Untuk membeli dari Perusahaan mana, aku kurang tahu.” ujar Roby. ”Iya, beli saja dari Natalie Perusahaan Arizon.” ujar Sean . “Baik. Oh iya, Tuan Muda, Tuan Besar ingin bertemu denganmu. Kalau kamu ada waktu, maka Tuan Besar akan segera terbang kesini.” ujar Roby. Sean tercengang dan berkata, “Aku sekarang masih belum ingin bertemu dengannya.” Roby menghela nafas dan berkata, “Masalah tahun itu tidak boleh sepenuhnya disalahkan kepada Tuan Besar. Apalagi beberapa tahun ini Tuan Besar juga merasa bersalah. Apakah kamu tahu mengapa Tuan Besar tidak menikah lagi dua belas tahun ini? Karena Tuan Besar merasa bersalah kepadamu dan Nyonya.” “Setelah mengetahui kamu datang ke Kota Bandung, Tuan segera menyuru
“Siapa yang menghubungi Ibu?” ujar Jennie penasaran. “Manajer Perusahaan Martaguna menghubungi kita untuk membahas kerjasama sore ini.” ujar Natalie semangat. “Astaga, baik sekali. Selamat Bu! Akhirnya bisa mendapat pesanan besar dari Perusahaan Martaguna.” Jennie juga berkata dengan semangat. ”Awalnya Manajer itu tidak ingin produk kita, tapi ada orang baik yang membantu kita, sehingga Pengusaha Terkaya Bandung langsung memilih kita. Hanya saja kita tidak tahu siapa orang yang membantu kita itu. Kita harus berterima kasih kepada orang itu!” ujar Natalie. “Jangan-jangan...” Terlintas bayangan seseorang di otak Jennie dengan sedikit curiga. “Maksudmu Fikri?” tanya Natalie. Jennie mengangguk kepalanya dengan kurang pasti. “Sepertinya bukan dia, lagipula Manajer itu juga tidak begitu ramah kepada Fikri.” ujar Natalie sambil menggelengkan kepalanya. “Lalu siapa kalau bukan dia? Kurasa orang yang bisa membantu kita untuk berbicara di hadapan Pen
Karena Jennie curiga Fikri yang melakukannya, maka dia mengambil kesempatan itu agar dia semakin dekat untuk mendapatkan Jennie. “Astaga, ternyata benar kamu yang meminta bantuan Ayahmu. Terima kasih banyak, Fikri!” Jennie menatap Fikri dengan semangat. Dia bilang selain Fikri, juga tidak ada yang lain bisa membantu Ibunya. ”Fikri, terima kasih ya!” Natalie juga agak semangat, dia tidak sangka ternyata Fikri yang melakukannya. Sean menatap Fikri dengan sangat terkejut, dia tidak menyangka makhluk ini begitu tidak tahu malu. ”Apakah kamu yakin Ayahmu yang membantu Ibu Mertuaku?” Sean tersenyum sambil menatap Fikri. Fikri kaget dengan pertanyaan Sean, terlihat di wajahnya dia sangat panik. “Kalau bukan dari bantuan Fikri, lalu siapa yang melakukannya? Apakah kamu memiliki kemampuan seperti itu?” Jennie menatap Sean dengan sinis. Tatapannya penuh dengan kebencian. “Tidak usah memperdulikan dia, lebih baik kita segera pergi untuk menandatangani sur
Mega pergi meninggalkan Sean dengan perasaan yang sangat marah. Dulu, Mega menikah dengan Sean karena cinta, meskipun dia tidak punya apa-apa dan usaha yang Sean jalani gagal. Tapi, selama anaknya sakit, Mega mengeluhkan segalanya hanya pada Sean. Tapi sekarang Mega begitu kecewa dengan alasan Sean yang tidak mungkin itu, hanya karena dia tidak ingin bekerja. “Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Sean tak berdaya. “Kita pisah ranjang!” Mega mendengus dan langsung buka pintu keluar kamar. Sean sungguh ingin tertawa setelah melihat Mega menutup pintu kamar dengan kencang. Mengapa selalu tidak ada orang yang percaya saat dia mengatakan yang sebenarnya? — Hari ini, Mega pergi bekerja seperti biasanya. Karena masih kesal dengan Sean, jadi dia langsung pergi begitu saja, tanpa membuat sarapan. Sean bangun untuk membuat sarapan. Setelah makan bersama Andin, dia langsung membawa Andin ke Sekolah. Saat daftar sekolah, terlihat Kepala Sekolahnya seperti ingin m
Dia tahu Sean tidak pergi bekerja lagi dan menggunakan uang yang dihasilkan Kakaknya. Dan yang membuat Jennie kesal adalah Sean masih bisa mengajak Andin ke Mall dengan barang-barang yang mahal tanpa memikirkan bahwa dia telah meminjam sejumlah uang untuk pengobatan Andin. Jennie menilai Sean terlalu boros. “Aku sanggup membelinya.” ujar Sean. “Kamu sanggup membelinya?” Jennie mengejar Sean dan berkata, “Kamu membeli pakaian yang begitu mahal untuk Andin, apakah kamu sudah bilang kepada Kakakku?” Sean malas untuk menjawab perkataannya dan langsung masuk ke toko pakaian anak-anak. “Jennie, Kakak Iparmu kaya juga. Kudengar toko pakaian anak-anak ini paling murah juga membutuhkan beberapa juta.” ujar seorang wanita. “Dia sama sekali tidak kaya!” Fikri tertawa dingin dan menyindir, “Kudengar dia berhutang sebanyak satu miliar lebih, apalagi dia tidak pergi bekerja dan menggunakan gaji Kakak Jennie untuk berlangsung hidup.” ”Hah? Lelaki tidak pergi bekerj