Home / Rumah Tangga / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 54 Rencana Tersembunyi

Share

Chapter 54 Rencana Tersembunyi

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2024-10-13 23:34:16

Eva meregangkan semua otot-ototnya setelah seharian full bekerja hingga tengah malam. Tubuhnya terasa pegal-pegal, setiap gerakan menimbulkan rasa nyeri yang menyengat.

Dia menghela napas, berusaha mengusir kelelahan yang menyelimuti. Hari-hari belakangan ini terasa begitu berat, dan dia tahu sudah saatnya untuk mengambil sedikit waktu untuk dirinya sendiri.

Dengan langkah lambat, Eva menuju kamar mandi. Dia mulai menanggalkan satu per satu pakaian lalu menyalakan shower, air dingin mulai membasahi dirinya, membantu merelaksasi otot-ototnya yang tegang.

Setelah beberapa saat, Eva keluar dari kamar mandi, merasa lebih segar. Dia mengenakan piyama yang nyaman dan menyeduh secangkir teh chamomile, yang memberi rasa tenang dari setiap aromanya.

Eva membuka ponselnya, melihat jumlah uang yang ada di tabungannya. Uang sebesar 50.000 dollar tersimpan di dalamnya.

Napasnya berhembus berat, uang itu masih sangat sedikit untuk mencapai jumlah 50 juta dollar. Dia harus mengumpulkan lebih banya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 55 Terlalu di Manja

    Julia melangkah masuk ke ruangan Henry dengan semangat baru. Setelah beberapa hari libur, dia merasa siap untuk kembali menghadapi dunia kerja. Henry mengalihkan pandangannya melihat kedatangan Julia. “Kau sudah datang?” Dia bergerak mundur tanpa beranjak dari kursi kebesarannya, mengambil dokumen di dalam lacinya dan memberikannya pada Julia. “Ini adalah jadwal terbaruku, kau bisa mempelajarinya.”Henry kembali fokus pada layar komputer, karena banyak yang harus dia selesaikan hari ini. Julia mengerutkan keningnya saat mendengar ‘jadwal terbaru’ dari mulut Henry, matanya menelisik setiap lembar demi lembar dari susunan jadwal tersebut.“Henry,” panggilnya, berusaha menahan nada kecewa. “Kenapa jadwal yang sudah aku susun berubah tanpa pemberitahuan? Dan kenapa tiba-tiba banyak sekali jadwal kosong?”Henry, yang sedang fokus di layar komputernya, menoleh dengan cepat. “Oh, maaf, aku harus mengubahnya. Aku meminta Ryan memperbarui jadwalku saat kau sakit, tidak mungkin aku memintamu

    Last Updated : 2024-10-14
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 56 Agak Lain

    Julia melangkah cepat menuju ruangan Henry, tangan kanannya menggenggam berkas penting yang sudah dia persiapkan. Saat dia membuka pintu, suasana di dalam ruangan terasa sepi. Meja kerja Henry tertata rapi, namun ia tidak melihat sosok pria itu di mana pun. Julia melangkah masuk, mengamati sekeliling. “Henry?” panggil Julia, suaranya menggema di dinding-dinding ruangan. Tak ada jawaban. Dia menaruh berkas di atas meja dan menyusuri setiap sudut ruangan. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan Henry, sementara pikirannya terus bertanya-tanya di mana Henry saat ini.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari koridor. Julia menoleh, harapannya tumbuh. Namun, yang muncul adalah rekan kerjanya Ella, yang terlihat terburu-buru. “Kau melihat Henry? Eh … maksudku Tuan Henry,” tanya Julia, wajahnya tampak serius.Ella menggelengkan kepala. “Tidak. Aku baru saja datang membawa berkas penting untuknya.”Batinnya berbicara, “Dia ke mana, ya? Kenapa aku tidak melihatnya keluar?” “Sepertinya

    Last Updated : 2024-10-16
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 57 Keributan

    Henry dan Samuel kembali melempar pandangan sengit, ketegangan di antara mereka membara. Moccacino yang diletakkan Eva di meja mengeluarkan uap, menciptakan suasana yang kontras dengan perasaan mereka. Sementara Eva yang berdiri di tengah-tengah mereka terkejut, merasakan ketidaknyamanan. Dia harus pergi dari sana, jika tidak, pasti semua tahu siapa dirinya. Dan bisa saja akan menimbulkan keributan saat di Kafe.“Tuan-Tuan, jika kalian punya masalah, tolong selesaikan berdua. Saya ingin kembali bekerja.”Di sana Samuel menatap Henry dengan tatapan menantang. “Jauhkan tanganmu darinya!”Karena tidak terima, Henry sedikit menarik Eva ke arahnya, kemudian berkata tegas, “Dia Istriku! Jadi kau tidak berhak mengatakan itu padaku!”Dalam hati, Eva merasa terjebak di antara dua pria yang kuat, dan dia hanya ingin pergi dari situasi yang tidak nyaman ini.Bukannya takut, Samuel justru menarik Eva mendekat ke arahnya. “Kau tidak bisa menjaga Istrimu sendiri!”Eva yang merasa kesal saat tubuhn

    Last Updated : 2024-10-18
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 58

    Di belakang sana, Eva menghela napas panjang, sedikit frustasi dengan keributan kecil yang terjadi. dia membutuhkan momen untuk menenangkan pikirannya.Di balik kafe, dia duduk di atas bangku kayu, mengamati daun-daun yang berguguran. Setiap helai daun yang jatuh seolah menggambarkan pikirannya yang berantakan. “Kenapa mereka harus bersikap seperti itu, sih?” pikirnya.“Kenapa tiba-tiba Henry berada di sini?” bisiknya pada diri sendiri. “Sepertinya dia sengaja.”Dia menatap ke arah jalanan, melihat orang-orang berlalu-lalang, tampak ceria dan penuh semangat. Sementara itu, hatinya terasa berat.Eva mengingat semua usaha yang dilakukannya untuk menyenangkan Henry, berharap bisa mendapatkan sedikit perhatian dan pengakuan. Namun seiring berjalannya dia merasa semakin terpinggirkan.Satu sisi dirinya ingin berjuang untuk mendapatkan tempatnya, tetapi sisi lain merasa lelah berperang melawan angin. Dan akhirnya, tiba di titik sekarang.Namun semuanya tidak berjalan dengan mudah. Proses pe

    Last Updated : 2024-10-20
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 59 Persiapan Pesta

    Di ruang kerja Samuel yang tenang, Dave menatapnya yang duduk di depannya dengan serius. Setelah beberapa saat, Dave membuka percakapan dengan suara rendah, “Tuan, besok adalah ulang tahun Nyonya Elise. Seluruh keluarga besar akan berkumpul, Nyonya meminta saya agar Tuan menyempatkan untuk hadir.”Samuel mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya ada keraguan yang menggelayut. Dia sebenarnya tidak begitu bersemangat untuk menghadiri acara tersebut. Keluarga besar Henry terkenal dengan standar tinggi dan ekspektasi yang sulit dipenuhi. Sering kali, pertemuan semacam itu lebih menyerupai ajang pameran kesempurnaan daripada acara keluarga.Samuel bermonolog dalam hati, merasa ada alasan kuat untuk tidak datang. “Sebenarnya aku sangat malas untuk datang, aku sudah bisa menebak isi acara yang hanya menjadi ajang pamer dan kesempurnaan. Tapi… bagaimana jika Eva di sana?" Pikiran itu segera tergantikan oleh bayangan wajah Eva. Eva adalah istri Henry, yang sering kali menjadi sasaran kritik pe

    Last Updated : 2024-10-21
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 60 Ketegangan Sebelum Perayaan

    Ryan duduk tenang, menunggu Eva. Ketika pintu terbuka, dia terpaku. Eva muncul dengan riasan yang begitu cantik, wajahnya bersinar dan matanya berkilau.Gaun hitam yang elegan itu memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna, menampilkan keanggunan yang tak terbantahkan. Kulit mulus lengannya terlihat indah, menambah kesan glamor.Ryan terdiam, tidak bisa berkata-kata, terpesona oleh transformasi Eva. Dia tidak hanya terlihat cantik, dia tampak berbeda, seolah mengeluarkan aura baru yang membuatnya tak dapat berpaling.Dalam hati, Ryan merasa bangga, pasti dengan begini, tuannya juga tidak akan bisa berpaling nanti.“Asisten, Ryan, Saya merasa gaun ini terlalu ketat,” keluh Eva sambil menarik sedikit bagian gaun itu agar lebih turun.Gaun hitam yang elegan dan mewah yang dia kenakan itu memperlihatkan lekuk tubuh dan menampilkan punggung mulusnya.Eva merasa sedikit tidak nyaman. Ini adalah pertama kalinya dia mengenakan model seperti ini, dia merasakan ketegangan di setiap gerakannya. Set

    Last Updated : 2024-10-22
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 61 Gengsi Akut!

    Eva berdiri di tengah kamar hotel megah, dikelilingi oleh kemewahan yang seolah tak ada habisnya. Dinding-dinding berwarna lembut, lampu kristal yang berkilauan, dan jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota yang sibuk. Namun, semua itu terasa hampa baginya.Dia mengamati setiap detail kamar, mencoba mencari ketenangan di tengah hati yang berdegup tak beraturan. “Apa yang akan terjadi nanti?” pikirnya. Dia berusaha menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam dan merasakan udara dingin dari AC yang menyentuh kulitnya.Pikirannya melayang ke pesta yang akan berlangsung. Keluarga besar Henry—keluarga yang selalu membuatnya merasa seperti orang asing, bahkan di rumah mereka sendiri.Kenangan akan ejekan dan hinaan yang terlontar dari mulut mereka kembali menghantuinya. Tak jarang, saat dia mencoba berbaur, mereka malah menganggapnya lelucon, memandangnya dengan sinis."Apakah kali ini mereka akan bersikap lebih baik?" pertanyaan itu terus berputar di benaknya. Namun, hatinya meragu

    Last Updated : 2024-10-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 62 Gemas Sekali Dengan Pasangan Ini!!!

    Henry merasa dadanya bergetar, campuran cemburu dan ketidakpastian melanda. Dia menatap Eva dengan tajam, hatinya berdebar saat membayangkan Samuel memperhatikan keanggunan istrinya. Dia berusaha terlihat acuh, tetapi jawaban Eva terus bergaung di pikirannya, seolah membenarkan ucapannya. Dalam hati, dia berharap Eva tidak melihat perhatian dari orang lain, terutama Samuel.Henry menahan napas sejenak, berusaha menyembunyikan rasa cemburunya. “Menawan? Mungkin. Tapi gaun saja tidak cukup untuk menarik perhatiannya, lihat saja tubuhmu yang terlihat lurus itu!” jawabnya dengan nada mengejek, meski di dalam hatinya, dia merasa terdesak oleh perasaannya sendiri.Dengan spontan Eva kembali melihat pantulan tubuhnya di cermin. Lurus? Kata siapa?Dia menautkan alisnya, rasanya tidak terima Henry mengatainya. Enak saja! Bentuk tubuh sebagus itu dikatai lurus. Henry mengalihkan pandangannya, berusaha terlihat santai. “Aku hanya bilang, gaun itu tidak ada artinya jika dia tidak bisa melihat

    Last Updated : 2024-10-24

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 193

    Sekali lagi, tubuh mereka saling bersentuhan dan menyatu. Mata Henry menyala saat melihat Eva yang berada di bawahnya. Setiap lekuk tubuhnya, setiap helai rambutnya, dan setiap ekspresinya memancarkan daya pikat tak bisa ditolak.Eva yang berada di bawahnya tampak rapuh dan kuat secara bersamaan. Desahan kecil lolos dari bibirnya, mengundang senyum di wajah Henry. Henry menyukainya. Semua yang ada pada Eva, dia menyukainya. Dan saat ini, atau nanti, Eva hanyalah miliknya. Dia terus memberikan sentuhan lembut pada Eva. Dan setiap kali tubuh mereka bersentuhan, rasanya seperti meneguk air setelah berjalan di padang tandus. Namun anehnya, bukan rasa lega yang dia rasakan, melainkan dahaga yang semakin menyerang. Baginya, Eva seperti oasis di tengah-tengah gurun yang tak cukup dia sentuh. Setiap suara lirih yang keluar membuat Henry semakin tenggelam di dalamnya. Eva pun merasakan demikian. Pelukan dan sentuhan-sentuhan Henry membuatnya seperti terlempar ke dalam sumur tak berdasar.

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 192

    Malam harinya, Henry melangkah keluar, menuju ruang tamu, masih menggunakan handuk kimononya yang melilit tubuhnya. Rambutnya masih sedikit basah, tetesan air sesekali jatuh ke lantai saat dia berjalan pelan.Di ruang tamu itu, Elise sudah duduk menunggunya. Wajahnya terlihat masam, dan kedua tangannya terlipat di depan dadanya. “Untuk apa Mama datang ke sini?”“Kenapa kau tidak pernah menjawab telepon dari Mama?” Henry diam, memilih tidak menanggapinya. Dengan sikap acuh tak acuhnya dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa, membiarkan tubuhnya bersandar malas tanpa memerdulikan ekspresi kesal Elise yang menatapnya tajam. Dia tahu bahwa saat ini, mamanya tengah marah padanya.Namun, apa pedulinya? “Bagaimana bisa sampai kau keracunan makanan saat di Swiss?” Elise mengomel tanpa jeda. Henry menghela napas panjang. Satu tangannya menjadi tumpuhan kepalanya, malas menanggapi Elise yang terus mengomel tanpa henti. Dengan tangan lainnya memegang gelas berisi air putih. “Ini pasti karen

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 191

    Perlahan, Eva mengerjap. Dia tak tahu sudah berapa lama tertidur. Cahaya senja masuk melalui celah tirai, menandakan waktu sore. Sudah sore?Seketika, mata Eva terbuka lebar. Ternyata, dia tertidur dalam waktu yang lama. Dia berniat untuk bangun, tapi gerakannya terhenti saat menyadari ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Dia menoleh perlahan dan melihat sosok di sampingnya. Sudah pulang? Sunyi beberapa saat.Dia memerhatikan wajah Henry yang masih tidur dengan napas teratur dan wajah tenang. Pria itu masih mengenakan baju kantornya, dengan kancing kemeja atasnya terbuka. Saat tidur, pria ini begitu pulas seperti bayi, tapi saat terbangun, sikapnya begitu menyebalkan. Entah mengapa, pria ini membingungkan, terkadang tak masuk akal bahwa ada orang sepertinya di dunia ini. Masih dengan mata terpejam, Henry bergumam, suaranya serak khas seseorang yang baru bangun tidur. “Apa kau selalu menatapku diam-diam seperti itu?”Eva terkejut, tidak menyangka jika pria itu sudah ban

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 190

    Ryan meringis, lalu menjawab, “Tuan … apakah Anda tahu berapa banyak laporan yang saya kerjakan saat Anda liburan?”Henry menatapnya datar. “Itukan memang tugasmu sebagai Asisten,” jawabnya santai dan bodo amat. “Berarti saya tidak bermalas-malasan, Tuan ….” Ryan menjawab dengan suara merendah. “Kalau tidak malas, kenapa dokumen ini masih menumpuk di mejaku?” Henry ngotot menyalahkannya.Ahirnya Ryan terdiam sejanak, meratapi nasibnya. Dalam lubuk hatinya, dia bertanya-tanya, kenapa hari ini Henry begitu menyebalkan? Biasanya, bosnya itu biasa saja mengatasi semua dokumen itu dan asik tenggelam dalam pekerjaannya. Namun, kenapa hari ini berbeda sekali? Dia seperti serba salah di mata Henry. Pasti gara-gara tadi pagi aku menerornya!Tapi, itukan karena Nyonya Besar. Kenapa tidak marah saja padanya? “Baiklah, maafkan saya, Tuan,” katanya pasrah.Tak ada yang menang berdebat dengan Henry. Henry menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Matanya melirik ke arah ponselnya yang ada di s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 189

    “Kurang ajar sekali mereka mengganggu waktuku!” gerutunya, di selah-selah memasang dasinya. Waktu paginya yang indah itu terganggu, semua orang menghubunginya dengan hal-hal yang tidak penting menurutnya. Dia merasa belum puas menghabiskan waktu bersama Eva.Benar-benar menyebalkan!Eva mendekat, mengambil alih untuk mengikat dasinya. “Mungkin ada hal yang benar-benar mendesak,” katanya dengan suara menenangkan. Pandangan matanya turun menatap Eva. Dia meletakkan tangannya di pinggang istrinya dengan nyaman. Hanya butuh satu menit dasi itu terpasang dengan rapi. Eva mendongak, matanya bertemu mata gelap Henry. “Jangan terlalu keras pada dirimu, kau baru saja sembuh,” katanya penuh perhatian. Henry menarik napas panjang. “Kau tidak mau menahanku?”Eva memandangnya malas. Pria ini mulai bersikap dramatis. “Untuk apa?”Seketika Henry memasang wajah serius. “Kau benar-benar tidak peka dengan keadaan.”Eva mengedipkan matanya cepat. “Memangnya apa yang harus kulakukan?” Wajah Henry s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 188

    Pagi menyapa dengan cahaya lembut menyusup dari celah gorden. Henry dan Eva masih tertidur pulas. Kehangatan masih terasa di antara mereka, sisa dari kebersamaan yang baru saja terjadi semalam. Eva membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya dia benar-benar terbangun. Kedua matanya mencerna suasana kamar yang begitu asing. Di mana ini?Dia belum sepenuhnya sadar. Hingga dia merasakan tangan kekar memeluk tubuhnya. Dia menoleh. Di sampingnya, Henry masih tertidur pulas. Deru napasnya terdengar begitu teratur. Henry? Butuh tiga detik untuk mencerna hingga dia benar-benar sadar dengan kejadian semalam. Dia mengangkat selimut dan melihat ke dalamnya. Rona merah mulai terlihat di pipinya. Dia malu, dan segera menarik selimut untuk membungkus kepalanya. Pergerakannya itu membuat Henry terbangun. Mata Henry masih setengah terpejam, ekspresi khas seseorang yang baru saja terbangun. Dengan mata setengah terbuka itu, dia bisa melihat gundukan selimut di depannya.

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 187

    Dengan satu gerakan cepat, Henry mengangkat tubuh Eva, merasakan betapa ringannya tubuh itu dalam dekapannya. Eva begitu terkejut ketika tubuhnya terangkat begitu saja. Matanya menatap Henry dengan penuh kebingungan. “Apa yang sedang kau lakukan?” “Yang kulakukan …?” Henry tersenyum penuh makna. Tanpa menjawab lagi, dia membawanya menuju tempat tidur. Henry membaringkan tubuh Eva perlahan. Eva merasakan jantungnya mulai berdetak lebih kencang saat ini. Suasana hening sejenak sebelum akhirnya Henry meraup bibir Eva. Awalnya ragu-ragu, tapi semakin lama, semakin dalam dan penuh hasrat. Tindakan itu begitu cepat. Eva yang sedikit terkejut kini memejamkan kedua matanya, merasakan gelombang hasrat yang Henry ciptakan. Kali ini, Henry seperti tidak memberikan ruang lagi untuk mereka berjarak. Kemudian, bibirnya turun perlahan menyentuh leher Eva.Eva bisa merasakan hembusan napas berat menyentuh kulitnya. Dia mencoba mendorong tubuh Henry, tetapi, Henry menarik tangannya ke atas kep

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 186

    Eva membalas dengan tatapan bingung. “Kenapa? Apa kau perlu sesuatu?”Henry hanya diam, dan tatapan mata yang masih tertuju pada Eva.Dia kenapa? Apa ada yang salah?Eva berdehem pelan. “Aku ambilkan makan malam untukmu.” Dia bersiap untuk bangkit dari duduknya.Namun, dengan gerakan cepat, Henry menariknya, membuatnya terduduk kembali. Akan tetapi, kali ini ia terduduk di pangkuan Henry. Saat itu, jantungnya berdetak lebih kencang, antara rasa terkejut dan tatapan dalam suaminya padanya. “Kenapa kau buru-buru sekali?” Suaranya pelan dan sedikit serak. “Aku hanya ingin mengambilkan makanan untukmu.” Eva sedikit gugup dan mengalihkan pandangannya lurus ke depan. “Jangan seperti ini. Tidak enak jika pelayan melihatnya.” Dia berusaha bangkit, tapi tangan Henry menekan pinggangnya, memaksanya untuk tetap tinggal. “Memangnya kenapa jika mereka melihat?” jawabnya dengan acuh tak acuh. “Mereka tahu kalau kau Istriku.” Eva menoleh.Pria ini memang benar-benar keras kepala dan tidak ped

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 185

    “Ayolah … tidak ada yang salah jika kita melakukannya. Kenapa wajahmu seperti itu? Kau bahkan sering menuntut lebih,” ucapnya dengan penuh percaya diri.Tatapan mata Eva menjadi tajam. Pria ini benar-benar tidak punya malu dan terlalu percaya diri!Pintar sekali membalikkan fakta!“Racun itu bersarang di perutmu, tapi kenapa jadi otakmu yang bermasalah?” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Eva. Ekspresinya yang datar dan tanpa emosi itu membuat setiap kata yang diucapkan terdengar lebih tajam dan menusuk. Henry tidak mau kalah. Dia terus melayangkan serangannya menggoda Eva. “Aku hanya bicara sesuai fakta.” Eva membantah cepat, “Tapi fakta yang kau katakan justru sebaliknya.” “Coba katakan di mana kebohongannya? Setiap kau membalas, aku selalu kuwalahan.” Eva terdiam. Melihat wajah dan senyum nakal Henry itu membuatnya semakin jengkel. Rasanya dia ingin keluar dan mengambil sesuatu untuk memukul kepalanya yang sedang bermasalah. Dasar pria mesum!“Aku rasa, racun itu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status