Home / Romansa / UTANG DIBAYAR CINTA? / Bab 3 – Panggung Pertama yang Penuh Teka-Teki

Share

Bab 3 – Panggung Pertama yang Penuh Teka-Teki

Author: Agnes
last update Last Updated: 2025-04-18 10:51:24

 

Gaun itu terlalu mewah untuk seorang Ayuna Paramita.

Warna maroonnya jatuh anggun di tubuhnya, membentuk siluet yang tak pernah ia bayangkan akan dipakai. High heels yang menjulang itu pun seperti mainan mahal yang terlalu licin di kaki orang biasa sepertinya. Dan cermin besar di kamar rias Mahendra Corp hanya menegaskan satu hal: ia terlihat asing. Terlalu ‘jadi’ untuk seseorang yang hidupnya selama ini hanya berkutat pada utang, pekerjaan sambilan, dan menjaga Hana.

“Gaun itu cocok,” suara bariton Aqil muncul tiba-tiba di belakangnya.

Ayuna menoleh cepat, sedikit tersentak karena tak mendengar langkahnya. Pria itu kini mengenakan setelan jas abu gelap dengan dasi hitam. Klasik. Rapi. Sempurna. Tentu saja.

“Cocok bukan berarti nyaman,” balas Ayuna, pelan tapi tajam.

Aqil mengangkat alis, lalu menyodorkan kotak kecil berisi anting-anting berlian mungil. “Anggap saja bonus untuk malam ini. Kamu akan jadi pusat perhatian.”

Ayuna menatap kotak itu dengan ekspresi datar. “Saya tidak menjual diri, Pak Aqil. Saya hanya menjalankan kontrak.”

“Dan saya tidak minta lebih,” sahut Aqil cepat. “Tapi kalau kamu terlihat seperti pasangan CEO, semua akan lebih mudah. Tidak akan ada yang mempertanyakan kenapa kamu tiba-tiba muncul di hidup saya.”

“Karena Anda takut dikira punya hati?”

Aqil menatapnya sebentar sebelum akhirnya tersenyum tipis, sinis. “Tidak. Karena saya tahu dunia ini hanya percaya pada apa yang bisa dilihat. Bukan yang dirasakan.”

Ayuna tak menjawab. Tapi matanya berbicara: Kamu mungkin cerdas, Pak Aqil. Tapi hatimu beku.


Malam itu, ballroom hotel bintang lima dipenuhi sorotan lampu dan kerumunan manusia dalam balutan glamor. Musik klasik mengalun, pelayan berlalu-lalang membawa wine, dan kamera pers sesekali menyorot ke arah tamu-tamu penting.

Aqil melangkah masuk lebih dulu, lalu menawarkan lengannya. Ayuna ragu sepersekian detik, lalu menggandengnya. Sentuhan lengan mereka hanya sekejap, tapi cukup membuat napasnya menahan.

“Tenang saja,” bisik Aqil tanpa menoleh. “Semua ini hanya untuk dilihat orang. Senyum seperlunya. Tatap mata saya sesekali. Dan jangan terlalu jauh dariku.”

Ayuna mencibir dalam hati. Seperti sedang jadi boneka hidup saja.

Beberapa tamu langsung menghampiri mereka. Beberapa mengenali Aqil, sebagian besar penasaran dengan sosok di sebelahnya.

“Ini siapa, Aqil?” tanya seorang wanita setengah baya dengan perhiasan mencolok.

“Partner saya,” jawab Aqil cepat. “Ayuna Paramita.”

Tatapan tajam langsung menyapu dari ujung kepala sampai kaki Ayuna. Tapi dia tetap tersenyum sopan, meski telapak tangannya mulai berkeringat.

Tak jauh dari mereka, seorang pria muda menatap Ayuna dengan senyum berbeda. Lebih hangat. Lebih tulus.

“Pak Aqil, ini tamu kita dari Tokyo—Rafi Nakayama. Dia ikut proyek merger digital tahun ini,” ujar salah satu asisten.

Aqil sedikit mengangguk. “Rafi, ini Ayuna.”

Rafi mengulurkan tangan. “Saya lebih senang berbicara dengan orang yang bukan dari dunia korporat. Rasanya lebih... jujur.”

Ayuna menyambut tangan itu dan tersenyum ringan. “Terima kasih. Saya juga tidak terlalu suka basa-basi dunia ini.”

Aqil diam. Tapi dari sorot matanya, ada hal yang tidak disukainya. Ia menggenggam tangan Ayuna dengan lebih erat setelah itu. Satu gerakan kecil, tapi penuh pesan.

Ingat siapa kamu datang bersama malam ini.

Ayuna menoleh padanya dengan pandangan mengejek samar. Tenang saja, Pak Aqil. Saya belum sejauh itu melanggar kontrakmu.

Dan untuk pertama kalinya sejak hari itu dimulai, keduanya sadar satu hal yang sama: mereka saling mengganggu. Dengan cara yang tak bisa dijelaskan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • UTANG DIBAYAR CINTA?    Bab 26 – Tanpa Kata Kontrak

    Ruang konferensi di lantai 15 terasa lebih sunyi dari biasanya. Lampu temaram, dan hanya dua cangkir kopi yang tersisa di meja panjang yang belum dibereskan. Ayuna dan Aqil duduk berseberangan. Di antara mereka, kotak kecil yang tadi dibawa Ayuna.Aqil menatapnya, matanya tak melepaskan pandangan sejak mereka duduk. “Kamu mau mulai duluan atau aku?”Ayuna menarik napas panjang. “Aku dulu.”Ia membuka kotak, mengeluarkan kertas kontrak pertama yang dulu ia tandatangani. “Kita mulai dari ini. Selembar kertas yang mengikat semuanya. Tapi juga… yang merusak banyak hal.”Aqil mengangguk pelan. “Aku tahu. Dan aku nyesel.”“Aku juga salah karena menyetujui itu tanpa benar-benar mikir jauh. Tapi saat itu aku butuh... terlalu butuh jalan keluar,” ucap Ayuna. “Aku nggak pernah sangka, dalam prosesnya, aku bakal kehilangan banyak bagian dari diriku sendiri.”Aqil bersandar, tangan dikepal di pangkuan. “Ayuna, aku nggak pernah anggap kamu hanya bagian dari solusi. Aku tahu sejak awal kamu lebih d

  • UTANG DIBAYAR CINTA?    Bab 25 – Rahasia yang Terkubur

    Suara notifikasi ponsel berdering bertubi-tubi sejak pagi. Ayuna duduk di tepi tempat tidur, menatap layar dengan ekspresi kosong. Banyak pesan masuk, sebagian dari rekan kerja lama, sebagian dari orang asing yang menyebar simpati sekaligus sindiran.Satu pesan dari Vina membuatnya benar-benar bangkit dari tempat tidur:"Yun, kamu harus lihat ini. Ada video wawancara ibu kandung Aqil di kanal berita gosip. Kayaknya ada hal besar yang dia sembunyiin selama ini."Ayuna membuka tautan yang dikirimkan. Video itu memperlihatkan seorang wanita elegan, berusia sekitar enam puluhan. Wajahnya masih cantik meski dihiasi garis-garis usia. Dialah Bu Arlina, ibu kandung Aqil yang selama ini jarang muncul ke publik.“Aqil selalu anak yang keras kepala,” ucap Bu Arlina di video. “Dan dia punya trauma yang tak semua orang tahu. Ketika ayahnya pergi dari rumah—bukan karena perceraian, tapi karena memilih perempuan lain—Aqil yang menyaksikan semuanya. Usianya baru delapan tahun saat itu.”Ayuna membeku

  • UTANG DIBAYAR CINTA?    Bab 24 – Senjata Masa Lalu

    Pagi itu, Ayuna membuka pintu kontrakan setelah ketukan panjang yang mengganggu. Ia mengira kurir makanan atau tetangga, tapi ternyata...“Nggak nyangka kamu beneran tinggal di tempat seperti ini,” ujar Nabila sambil mengamati interior kontrakan mungil itu dengan ekspresi geli.Ayuna menahan napas. “Kamu datang ke sini tanpa izin. Aku bisa lapor.”Nabila masuk begitu saja, tanpa menunggu dipersilakan. “Silakan. Tapi kamu tahu, aku bisa bikin cerita lebih dulu—tentang perempuan yang ‘diselundupkan’ ke hidup seorang CEO. Kamu tahu seberapa cepat berita itu menyebar?”Ayuna mengepalkan tangan. “Apa sih sebenarnya maumu?”Nabila menoleh dengan senyum miring. “Mudah. Pergi dari hidup Aqil. Serahkan dia padaku. Dengan begitu, semua kembali seperti seharusnya.”“‘Seharusnya’ versi siapa?” Ayuna menyela tajam namun tetap tenang.“Versi dunia yang biasa menerima seseorang seperti aku, dan akan selalu menolak orang seperti kamu,” kata Nabila dingin.Ayuna menghela napas. “Kamu terlambat. Aku su

  • UTANG DIBAYAR CINTA?    Bab 23 – Pilihan yang Tak Sederhana

    Pagi itu, apartemen Ayuna terasa sunyi. Hana sudah berangkat sekolah bersama Ibu Nur yang kini justru sering membantunya, setelah dulu nyaris jadi sumber masalah. Ayuna berdiri di depan cermin, memandangi wajahnya yang tampak lelah—mata sembab dan kulit pucat tak bisa disembunyikan dengan riasan tipis.Kata-kata Bu Rumi masih terngiang jelas dalam kepalanya. Tentang cinta. Tentang keberanian. Tentang ketidakadilan yang harus dihadapi sendiri.Teleponnya berdering. Nama Vina muncul di layar. Ayuna ragu sejenak, lalu menjawab.“Yun, gue harus bilang sesuatu,” kata Vina tanpa basa-basi. “Hari ini, nama lo muncul di grup kantor Mahendra Creative. Ada gosip lo dibilang jadi ‘simpenan’ bos besar. Lo ngerti artinya?”Ayuna membeku.“Aqil...?”“Dia nggak ngomong apa-apa. Tapi orang-orang mulai tanya-tanya. Beberapa ada yang nyari tahu siapa lo sebelum kerja jadi kontrakannya. Gila, Yun. Gila banget.”Ayuna menarik napas panjang. “Vina, kalau ini makin besar... gue nggak bisa nyeret lo juga ke

  • UTANG DIBAYAR CINTA?    Bab 22 – Tumbal yang Tak Terucap

    Malam itu, Ayuna duduk sendiri di balkon rumahnya. Hana sudah tidur, dan Vina baru saja pulang. Ia menatap langit Jakarta yang kelam, lampu-lampu terlihat samar dari balik tirai tipis yang bergerak perlahan. Di tangannya, surat pengunduran diri dari beasiswa masih terlipat rapi. Ia belum benar-benar menyerahkannya—meski dalam hati, ia sudah mulai melepaskan banyak hal. Lalu ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal masuk: “Besok pukul 10 pagi. Café Nostalgia, Jl. Suryo. Datanglah sendiri. – Nabila.” Ayuna memandangi layar itu lama. Dalam benaknya, terngiang ucapan Vina beberapa hari lalu: "Kadang, lo harus tahu siapa musuh lo sebenarnya, Yun. Bukan cuma dari kata-kata, tapi dari caranya tersenyum didepan lo , sambil nyiapin pisau dari belakang." Keesokan paginya, Ayuna datang ke kafe itu dengan jaket panjang dan syal, mencoba menyamarkan dirinya dari perhatian publik. Nabila sudah duduk di pojok, dengan segelas kopi latte dan kacamata hitam besar seperti selebrita

  • UTANG DIBAYAR CINTA?    Bab 21 – Jarak yang Tak Pernah Diminta

    Sudah seminggu lamanya sejak Ayuna memutuskan mengambil jarak diantara mereka berdua. Tidak ada pesan dari Aqil, tidak ada tugas dadakan atau meeting dadakan yang harus di ikuti , atau entah tugas tugas lain yang sebenarnya hanya basa basi untuk bertemu. Bahkan tidak ada tanda-tanda keberadaan pria itu di media sosial. Ayuna duduk di meja kerja kecilnya, mencoba menulis ulang resume. Ia memutuskan untuk kembali mencari pekerjaan tetap. Kontraknya dengan Aqil belum selesai secara hukum, tapi untuk saat ini, Ayuna memilih berdiri sendiri. Vina datang sore itu, membawa dua gelas kopi dingin dan ekspresi khawatir yang tak bisa disembunyikan. “Lo yakin mau balik kerja, Yun? Kontrak lo masih berjalan.” Ayuna mengangguk sambil memandangi layar laptopnya yang kosong. “Justru karena masih berjalan. Aku nggak mau hidup cuma nunggu di balik status itu. Kalau semua ini cuma sementara, setidaknya aku udah siap.” Vina duduk di ujung ranjang, menatapnya lekat-lekat. “Gue ngerti sih... tap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status