Compartir

BAB 5. Rumor Yuzi

Autor: Scorpio_san
last update Última actualización: 2025-12-09 21:22:29

Tak lama setelah perkenalan yang lebih ke sebuah intimidasi di awal itu, datangla Yuzi Takahiro. Si rambut api yang katanya cukup terkenal dikalangan dunia sihir. Walau aku sendiri tidak yakin karena belum melihat langsung.

Seperti dugaan, mereka semua menyambut Yuzi dengan sangat antusisa. Terlebih anak-anak gadis yang seperti melihat barang langka yang ingin mereka miliki seutuhnya.

Yuzi berdiri di depan kelas dengan wajah yang sangat tenang. Tatapannya menyapu seluruh ruangan, sebelum akhirnya kembali menatapku yang masih berdiri dengan jantung berdebar tak karuan.

“Duduklah, Caesar!” ucapnya.

Aku langsung duduk. Sial! Aku hampir terpeleset karena buru-buru. Dan sontak membuat gelak tawa teman-teman sekelas ku termasuk Samuel, menggema diruangan kelas itu. Ingin rasanya ku sembunyikan wajah merah ku saat ini juga.

“Kalian hari ini tidak akan belajar teori.” Ujar Yuzi sembari memainkan kapur yang berwarna putih ditangannya.

Semua siswa langsung duduk tegak, termasuk aku. Kalo aku reflek aja sih sebenarnya. Wajah mereka bercampur antara tegang dan excited? Mungkin.

“Karena hari ini,” lanjut Yuzi dengan senyum miring, “aku akan menunjukkan kenapa kalian, alasan kalian harus belajar sihir pertahanan dengan serius.” Tatapan Yuzi jelas mengarah pada ku. Dari tatapan itu membuat aku semakin yakin, kalau dia pasti punya dendam pada ku sebelumnya.

Terlepas dari tatapan Yuzi yang mengintimidasiku, seketika seluruh kelas bersorak pelan. Mereka seperti senang. Seolah pelajaran yang selama ini mereka dambakan, akhirnya datang juga.

“Latihan duel!” seru seorang cowok dari barisan depan.

Aku menoleh ke arah Samuel. Dia hanya tersenyum simpul dan menepuk pundakku pelan. “Lo bakal lihat, guru kita yang satu ini bukan guru sembarangan.” Ujar Samuel.

“Apa maksud lo?” bisikku, akhirnya mulai mengutarakan satu persatu pertanyaan yang sedari tadi mengambang dikepala.

Samuel mendekat, masih dengan ekspresi seperti akan membocorkan rahasia negara. “Yuzi itu salah satu penyihir termuda yang bisa ngalahin makhluk bayangan berkepala tujuh cuma dengan satu sihir.” Jelas Samuel dengan wajah takjubnya. Tak ketinggalan decak kagum yang hiperbola.

“Makhluk apaan tuh? Kepalanya ko keroyokan?” tnyaku heran.

“Bayangin aja naga, tapi bisa berubah jadi kabut dan punya tujuh kepala. Legendaris banget. Asal lo tau!” sambungnya.

“Satu sekolah aja sampe heboh pas dia narik kepala terakhir makhluk itu dari portal neraka, kayak narik sosis bakar dari microwave!” kalian bisa membayangkan sendiri betapa hebohnya Samuel menceritakan kegagahan Yuzi.

Aku semakin tidak percaya kalau ada manusia yang bisa melakukan hal seperti itu. Sekalipun dia punya kekuatan sihir. Bayangin aja, narik dari portal neraka. Neraka hey! Semudah itu.

Aku hanya nyengir garing, lalu kembali fokus kedepan. “Serem amat metaforanya,” sahut ku, seraya memutar bola mata malas.

“Belum selesai,” bisik seorang siswi yang duduk di bangku sebelah, membuat aku langsung menoleh padanya.

“Dengar-dengar, waktu dia duel lawan master sihir hitam di hutan fuchigami, dia menang cuma dalam tiga detik.” Jelasnya kemudian.

“TIGA DETIK?!” pekikku tak percaya. Suara ku yang melengking, membuat teman-teman yang lain menoleh kearahku. Termasuk Yuzi.

“Shhh!” setengah kelas langsung menyuruhku diam bersamaan. Dan Samuel langsung membekap mulutku.

Yuzi menoleh, seakan tahu semua yang seadang kami bicarakan. Tapi dia hanya tersenyum dan membiarkan imajinasi kami berjalan secara liar.

“Baiklah. Siapkan tongkat kalian. Kita akan pindah ke ruang latihan!” Seru Yuzi setelah beberapa saat mengecek daftar siswa.

Tak lama, setelah Yuzi memberi perintah, tiba-tiba lantai kelas bergetar pelan. Aku sempat berpikir kalau sedang ada gempa, tapi mereka semua tidak ada yang panik.

Dan benar saja. Lantai di bawah kaki kami perlahan memudar seperti kabut yang tersapu angin. Dalam hitungan detik, kami semua sudah berdiri di tempat baru.

Tempat itu lebih berbentuk seperti aula luas dengan atap kaca dan pilar batu tinggi menjulang. Di atas kami, langit malam berpendar bintang. Indah sekali, sampai membuat aku tersenyum kagum.

“Keren!” decak ku kagum. “Sekolah ini punya sistem teleportasi otomatis ternyata,”

Samuel terkekeh pelan ketika melihat ekspresi wajahku yang terkesan bloon, lalu kemudian menepuk-nepuk pundak ku pelan.

“Selamat datang di SMA Senin, Kae. Di sini, pelajaran pertama lo. Jadi jangan pernah meremehkan seorang penyihir, apalagi kalau lo berhadapan dengan namanya Yuzi Takahiro!” Samuel mengacungkan jari telunjuknya, kemudian ia goyangkan bersamaan dengan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

***

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 9. Hutan Fuchigami

    Tugas kami, menjelajahi Hutan Fuchigami adalah untuk mencari kristal energi sihir yang tersembunyi, dan kembali sebelum matahari tergelincir. Sederhana? Mata lo jebol. Aku sampai keringat dingin sepanjang latihan. Kalian tahu, Hutan Fuchigami, ternyata benar-benar seperti dunia lain. Akar menggantung seperti tali-tali makhluk hidup yang siap menjerat siapapun yang lewat. Kabut hitam samar membelai tanah, udara terasa seperti merayap menyapa permukaan kulit dan berbisik di telinga, membuat bulu kuduk berdiri sempurna. Kami berjalan pelan. Elvian di depan, Alana dan Samuel di tengah, sedangkan aku di belakang sambil sesekali menatap ke segala arah seperti anak hilang yang sedang mencari sinyal ditengah hutan. “Lo oke, Caesar?” bisik Alana tanpa menoleh. “Masih bisa napas, sih,” jawabku pelan, “walau kaki gue kayak jalan di kuburan raksasa.” Celoteh ku. "BZZZZTT!" Suara tajam dari balik semak, membuat Elvian langsung ber

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 8 Kedatangan Elvian

    Keesokan paginya, suasana SMA Senin sudah seperti arena gladiator. Kami semua mengenakan jubah tempur khusus yang sudah disiapkan. Btw bukan sekadar seragam sihir biasa, ini semacam pakaian taktis yang bisa menyesuaikan dengan elemen sihir masing-masing. Bahkan gelang sihir yang melingkar di pergelangan kami juga berbeda. Bukan hanya itu, tongkat yang biasa kami gunakan, lambat laut berubah mejadi sebilah pedang. Aku sampai terkejut ketika melihat pedangku yang berukuran besar dengan cahaya hitam mengelilingi setiap bagiannya. “Wah! Serius ini punya gue? Kenapa kayak di film-film?” aku terus berdecak kagum melihat keistimewaan pedang ku sendiri. Pedang ku berbeda dari yang lain. Aku melihat pedang yang lain tidak sebesar milik ku. Dan cahaya mereka juga tidak sepekat punyaku. “Itu pedang Naga Hitam,” kata Samuel membuat aku terlonjak kaget. Karena entah sejak kapan dia ada dibelakangku. Mendengar ucapan Samuel, teman-teman

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 7. Elvian Ardelas

    Langit malam di SMA Senin terasa sunyi tapi penuh dengan tekanan. Bulan merah pucat menggantung malas di atas atap sekolah. Angin berembus pelan, membawa aroma rumput dan dupa. Aku menggenggam kalung berliontin salib yang melingkar di leherku. Air mataku tiba-tiba mengalir bersama dengan sesak yang membuat dadaku terasa seperti terhimpit bongkahan batu besar. Entah sudah berapa lama aku disini. Jujur, aku merindukan tempat asalku. Merindukan ibu dan ayah. Rindu dengan kehidupan normal yang aku jalani sebelumnya. Wajahku mendongak. Menatap rembulan indah itu. Aku tetap membiarkan lelehan air mata membasahi kedua pipiku. Aku juga tidak peduli kalau ada yang melihat dan menganggap aku cengeng. Persetan dengan hal itu. Sedang asyik menikmati malam seorang diri, tiba-tiba terdengar langkah yang semula pelan, kini menjadi lebih keras. Menandakan kalau orang yang sedang berjalan itu, kini sudah lebih dekat denganku. Aku menoleh ke arah kedatangannya. Seorang laki-laki yang usianya tid

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 6. Energi Sihir

    Yuzi berjalan ke tengah arena, jubahnya mengepak ringan meski tak ada angin yang menerpa. Keren sekali. Definisi orang keren tidak banyak tingkah ya Yuzi Takahiro. “Caesar!” panggilnya tiba-tiba. “Y-ya, Sensei?” sahut ku terbata. “Kamu belum punya tongkat, kan?” tanyanya lagi. Aku menggeleng. Tak lama, Yuzi mengangkat tangannya pelan. Dari langit, cahaya biru turun, melengkung seperti petir yang berhasil dijinakkan. Cahaya itu menyatu, menjadi sebilah tongkat panjang, gelap berkilau, dengan ukiran nama, Caesar A. Raharja yang di ukir dengan warna biru keemasan. Tongkat itu mengarahkannya padaku. Seolah tahu, kalau akulah pemiliknya. Tak lama, tongkat itu melayang tepat di depan wajah ku. “Ini milikmu.” Kata Yuzi, seolah memecah lamunan singkatku. Aku menatap tongkat itu, seraya menelan salivaku yang sudah terasa pahit. Bahkan udara di sekitar tongkat itu terasa berdenyut dan sedikit panas, hingga membuat ku langsung berkeringat. Belum lagi di belakangku, aku bisa mendengar

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 5. Rumor Yuzi

    Tak lama setelah perkenalan yang lebih ke sebuah intimidasi di awal itu, datangla Yuzi Takahiro. Si rambut api yang katanya cukup terkenal dikalangan dunia sihir. Walau aku sendiri tidak yakin karena belum melihat langsung. Seperti dugaan, mereka semua menyambut Yuzi dengan sangat antusisa. Terlebih anak-anak gadis yang seperti melihat barang langka yang ingin mereka miliki seutuhnya. Yuzi berdiri di depan kelas dengan wajah yang sangat tenang. Tatapannya menyapu seluruh ruangan, sebelum akhirnya kembali menatapku yang masih berdiri dengan jantung berdebar tak karuan. “Duduklah, Caesar!” ucapnya. Aku langsung duduk. Sial! Aku hampir terpeleset karena buru-buru. Dan sontak membuat gelak tawa teman-teman sekelas ku termasuk Samuel, menggema diruangan kelas itu. Ingin rasanya ku sembunyikan wajah merah ku saat ini juga. “Kalian hari ini tidak akan belajar teori.” Ujar Yuzi sembari memainkan kapur yang berwarna putih ditangannya. Semua siswa langsung duduk tegak, termasuk aku. Kalo

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 4. Suasana Kelas

    Pluk!! Aku langsung menoleh, ketika ada seseorang yang tiba-tiba menepuk pundak ku. Membuat mata kami langsung bertemu tatap. Tepat di depanku, ada seorang remaja yang kisaran usianya mungkin sama dengan ku. Perawakannya tinggi dengan bola mata biru ke unguan dan juga rambut dengan warna senada dengan matanya. Remaja itu tersenyum kearahku. Dia seperti sudah mengenalku, lebih dari yang aku tahu. “Caesar ya?” tanyanya, masih dengan senyuman yang ia pertahankan. Aku mengangguk samar. Baru sadar, kalau mulut ku sedikit mengerucut. Langsung saja ku ukir senyum seindah mungkin. Berharap, dia tidak menyadari kekesalan ku, karena dia tiba-tiba datang dan membuat ku kaget. “Gue Samuel. Samuel Elgara. Lo bisa panggil Samuel.” Jelasnya, masih dengan senyum yang merekah. Aku mengangguk samar, kemudian mengulurkan tangan, “Gue Caesar. Lo bisa panggil gue Kae aja biar singkat.” Setelah selesai berkenalan, Samuel mengajakku untuk pergi ke kelas. Pertanyaan ku tentang tempat ini belu

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status