Share

AKU MENANG

last update Last Updated: 2022-04-12 10:36:40

ELA

“Mas Adnan beneran cinta sama aku? Bohong dosa, loh!” rajukku pada lelaki yang hatinya telah kubeli. Sedikit sentuhan jari di tubuhnya saja, ia akan menggelepar. Selemah itu pertahanannya ternyata.

“Ela masih ragu, nih? Apa belum cukup perhatian Mas selama ini?” jawabnya dengan napas tertahan. Ia pastilah sedang menahan hasrat kelelakiannya.

Aku menyandarkan kepala pada dada bidang pria bercambang tipis ini. Lalu, menggerakkan kepala untuk menggodanya.

Kami berdua menikmati suasana kota Jakarta dari arah jendela kantor. Pinggangnya dilingkarkan pada perutku sementara kepala ini bersandar di dadanya

“Kapan Mas akan bercerai dengan mba Rida. Aku udah gak enak, loh dengan desas-desus di kantor ini tentang hubungan kita. Aku gak mau dituduh terus sebagai pelakor, Mas! Lagipula ayah sudah bertanya lagi apakah Mas serius padaku,” cecarku sebagai bentuk tekanan psikologis pada manajer keuangan, sekaligus bosku di perusahaan ini.

Nama ayah harus kubawa agar menguatkan tekanan. Tujuanku menjadi istri sah mas Adnan harus tergapai secepatnya. Hubungan kami sudah berjalan selama satu tahun dan kurasa cukup untuk diresmikan.

Selama ini aku menutup telinga dari gunjingan teman sejawat. Mereka hanya tahu nyinyir saat mas Adnan dekat denganku. Huh, belum tahu saja, bisa jadi suami mereka di luar sana pun punya skandal yang sama.

Lelaki sekarang mana ada yang bisa dipegang omongannya. Di senggol hatinya sedikit saja langsung terkapar. Apalagi disuguhi gulali rayuan dari hari ke hari. Pastilah langsung nempel tanpa bisa lepas lagi.

Cantiknya istri di rumah bukan jaminan tertahannya mata suami di luaran. Apalagi kalau tak cantik, bisa makin parah keliaran matanya.

Dunia kebebasan yang menaungi kehidupan manusia memang sebrengsek ini. Dan aku adalah pelaku kebebasan yang jauh sekali dari tuntunan agama. Jelaslah kuhalalkam segala cara demi mencapai kepuasan dunia. Yang penting bisa hidup dengan gelimangan harta, persetanlah dengan norma-norma.

Sudah dapat kubayangkan enaknya jadi nyonya Adnan Saputra. Takkan kekurangam materi pastinya. Mereka yang merendahkanku pun akan berubah jadi penjilat. Secara ‘ya istri dari manajer gitu.

Dalam zaman liberal begini, standar kehormatan’ kan harta dan jabatan. Tak punya itu, siap-siap direndahkan. Jadi, pernikahanku dengan mas Adnan pastinya untuk mengangkat derajat kehidupan.

“Kalau Mas tidak bisa bercerai dengan mba Rida, aku mundur saja. Aku gak tahan dengan gosip di luaran. Sakit, loh mas dinyinyirin terus sama netijen. Aku juga gak siap jadi istri kedua, pastinya nanti bakal dibully.”

Aku melepas tangannya dari pinggang ini, lalu menjauh untuk memberi tanda bahwa ucapan tersebut serius. Kusandarkan bokong pada meja kerja mas Adnan, lalu dari posisi ini dapat terlihat dengan jelas raut wajah lelaki yang tengah dterpa kegamangan.

Mas Adnan bukan pria binal. Selama jalinan asmara ini pun ia tak pernah meminta hubungan badan lebih. Katanya tak mau menyentuh wanita sebelum sah jadi istrinya. Bagus juga sih sebab dengan begitu dia akan makin penasaran.

Yang kuperhatikan selama ini, ia juga suami dan ayah yang baik. Perhatiannya pada istri dan anak membuatku makin khawatir ambisi ini tak tercapai. Untuk itulah harus diberi tekanan lebih agar secepatnya mengakhiri pernikahannya dengan mba Rida.

Aku tak mau jadi istri kedua sebab akan kalah dalam banyak hal. Yang pasti tak bisa menguasai utuh raga dan harta mas Adnan. Belum lagi pandangan buruk orang-orang, bisa mati muda aku menghadapi itu.

Mas Adnan menghampiriku yang sedang memasang tampang sedih. Ia menangkup tangannya di pipiku lalu berkata, “Mas akan menceraikan Rida bulan depan.”

*

Hari ini aku harus merayakan kemenangan atas resminya perceraian mas Adnan dan mba Rida. Tarik ulur kekasihku akan keputusan perpisahan itu telah menemui ujungnya.

Jalan untuk menjadi nyonya tunggal Adnan Saputra terbentang di depan sana. Tak ada lagi hambatan berarti yang akan menghalangi ambisi ini. Patutlah aku mendapat award sebagai wanita paling beruntung saat ini.

Tapi, aku tak boleh menampakkan dengan kentara kebahagiaan di tengah duka mas Adnan. Biarkan saja dulu ia menikmati kebaperan akibat kehilangan. Nanti juga move on. Dan aku yakin itu takkan lama.

Baiknya aku fokus mempersiapkan pernikahan kami. Akad saja dulu, yang penting sah secara agama dan negara. Pestanya nanti juga tak apa. Yang utama aku menyandang gelar nyonya Adnan Saputra.

Kalau kami sudah resmi menikah tentu itu akan memudahkan saat berhadapan dengan keluarga mas Adnan. Pastilah akan ada penolakan apalagi mba Rida itu digolongkan tak memiliki cela sebagai menantu.

But, tenang saja. Aku yakin mas Adnan takkan goyah meski dihadang sana-sini. Buktinya menceraikan mba Rida yang baik saja sanggup. Pun merenggut paksa kebahagian dua darah dagingnya. Artinya lelaki itu cinta mati padaku.

*

Hari ini, tepatnya seminggu setelah perceriaannya, resmi sudah aku menjadi istri Adnan Saputra. Akad nikah yamg berjalan sederhana ini berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Tidak dihadiri keluarga lelaki sebab pernikahan ini sengaja disembunyikan dari mereka.

Kucium tangan lelaki yang kini berstatus sebagai suami. Saat tatap kami bertemu, pendaran kebahagiaan di matanya telah menyingkirkan duka akibat perpisahan.

Mas, mulai saat ini kau miliki. Takkan kubiarkan siapapun mengambilmu dari sisiku, termasuk anak-anakmu!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
dasar wanita jahat... selamat datang di neraka pelakormu adnan
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Lha emank lu pelakor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    ENDING

    RIDA“Ela selalu bilang takut tobatnya tak diterima. Ia selalu berkata dosanya sangat besar, ia ingin menebusnya meski harus bertaruh nyawa. Ela, Ela...” Akhirnya tangisan Jim pecah. Ia menutup wajah dengan satu tangan.. Aku yang menyaksikannya pun tak kuat menahan jatuhnya air mata. “Setahun aku mendampinginya dalam sakit. Kupenuhi pintanya agar mewujudkan ketenangan. Rupanya Ela lebih ingin pergi menghadap- Nya daripada tetap di sisiku. Katanya ia tak mau menyusahkanku, ia ingin pulang saja pada Allah. Dia juga sering menyuruhku menikah lagi dan menceraikannya. Aku, aku tak bisa. Ela adalah separuh jiwaku. Kalau dia pergi aku bagaimana?” Tangisanku kini telah bersuara. Aku tak menyangka seperti itu nasib mereka. Ela, kau telah menebus dosamu sungguh. Aku akan bersaksi di hadapan-Nya nanti bahwa kau telah berada di jalan-Nya. Setelah ini aku dan Jim terjebak dalam kebisuan. Hanya tangisan yang memenuhi gendang telinga. Sunyi... * Aku diizinkan masuk ke ruang rawat Ela. Hati in

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    MENUJU ENDING

    RIDA Awalnya aku tak percaya melihat perubahan penampilan Ela. Wanita itu menutup auratnya rapat, tak berhias seperti dahulu. Pancaran wajah tak menguarkan aura keangkuhan, malah bersinar dan makin menguatkan pesona keelokan parasnya. Aku kembali mencubit punggung tangan sebelah untuk memastikan bahwa yang terlihat bukan ilusi. Kenyataannya terasa sakit tangan yang dicubit. Artinya ini alam nyata bukanlah mimpi. Kekagetanku akan perubahan penampilan Ella ditambah dengan keterkejutan melihat sikapnya. Dia mengucapkan salam dengan santun dan penuh kelembutan. Sungguh jejaknya di masa lalu benar-benar telah tertutup oleh perubahan itu. Aku hanya bisa melafadzkan hamdalah tasbih dan tahlil ketika yakin bahwa Ela memang telah berubah. Tiada kata yang dapat melukis bahagia ini selain mengucap puja puji syukur ke hadirat Ilahi. Kuseka air mata yang tak bisa dicegah untuk jatuh. Kiranya melihat musuh tobat lebih membahagiakan daripada menyaksikan kehancurannya. Ela pun sama, pipinya tel

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    TERDALAM

    ELAAku menyerahkan pemesanan makanan pada Jim. Bingung juga harus memesan apa sebab yang ada dalam daftar menu serasa asing. Aneh memang sebab kata Jim dulu kami sering ke sini. Wah, dapat darimana uang untuk membayarnya. “Makanannya pasti mahal, apa kau punya uang untuk membayar harganya?” Aku ingin memastikan bahwa kami tidak akan malu pulang dari sini. Jadi perlu diselidiki soal keuangan yang ia miliki. “Insya Allah, ada. Aku juga akan membawamu ke hotel. Kita akan menginap di sana sampai kau ingat tujuan kita ke sini. Tadinya aku mau membawamu pulang, tapi dipikir lagi lebih baik dituntaskan sekarang!” Aku hanya bisa bengong mendengar penjelasannya. Selepas itu aku hanya perlu meyakini bahwa yang dikatakan Jim itu benaLalu, aku membayangkan seperti apa kamar sebuah hotel. Pastilah bagus sekali. Kasurnya empuk, ruangannya luas, dinding kokoh dan jendela besar. Mungkin! Aku jadi tak sabar ingin ke sana. Bukan apa-apa, penasaran saja. Benarkah kenyataannya sesuai hayalanku.

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    LUPA

    ELA Mataku terbuka saat aroma tajam menembus lubang hidung. Entah apa yang dioleskan di batang dan bawah hidung. Baunya tak menyenangkan. Meski sudah terbuka, aku belum otomatis menyadari ini sedang ada di mana? Maka dari itu kesibukan sekarang adalah menggerakkan bola mata ke kanan dan kiri. Karena tak juga menemukan jawaban, aku mencoba bangun. Ternyata untuk menggerakkan badan, tenaga ini sangatlah payah. Karena gagal, aku kembali rebahan. Mungkin butuh waktu beberapa saat lagi agar pulih. “Alhamdulilah kamu sudah sadar, Sayang!” Aku menoleh pada seseorang yang kini menghampiri. Jim ya dia Jim. Ya ampun kenapa harus ada jeda dulu baru mengingat. Hubunganku saat Ini dengannya apa? Mengapa dia mencium keningku? Oh, iya kami suami istri. Tapi, dari kapan kami menikah? Lalu, mas Adnan ke mana? Astagfirullah! Apa yang terjadi denganku? Mengapa tiba-tiba lupa ini dan itu? “Aku di mana?” tanyaku pada lelaki yang kini sedang mengelus pipi ini. “Kau tak ingat?” Jim malah balik ber

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    TAKUT

    ADNAN Hari ini waktu yang kugunakan untuk membersamai keluarga. Kesempatan libur tak kusia-siakan sebab memang jarang punya waktu untuk mereka. Azka dan Azkia bukan jadwal di sini. Kemarin mereka baru dipulangkan pada Rida. Kadang, tak rela harus berpisah sementara dengan mereka. Namun, mau bagaimana lagi, hanya itu jalan nyaman agar anak-anak tetap mendapat kasih sayang orang tua kandungnya. Kurasa Rida pun sama. Meski tak diperlihatkan, aku bisa menduga ia tak rela kalau mereka dijemput. Dia akan mencium dan memeluk anak kami kalau waktu berpisah lagi. Meski saat ini sudah tak ada air mata, tetap saja di hati muncul denyut nyeri. Anak korban perceraian tetap tak bisa sama dengan anak yang hidup dalam naungan keluarga utuh. Mereka harus mengikuti ritme hidup orang tua yang telah tak satu rumah. Tak akan juga menyaksikan ayah dan ibunya bersama seiring sejalan lagi. Padahal, mungkin sangat ingin anak-anak itu melihat kembali kebersamaan tersebut. “Tuan, Nyonya maaf menganggu, ada

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    BINTANG

    ADNAN“Ini adik kak Diva, kak Azkia dan ka Azka!” terangku saat ketiga bocah itu berkumpul mengelilingi adik bayinya. Mereka baru diijinkan menengok mama Lestari dan adik bayi. “Adik, adik?” celetuk Azkia. Mungkin dia bingung mengapa yang baru lahir pun di sebut adiknya. Selama ini yang Azkia tahu, adiknya adalah anak yang dilahirkan Rida. “Iya, dedek bayi ini adalah adik kak Azkia. Sama dengan adik Alfan” jawab Lestari. Setelah mengangguk, Azkia mulai memanggil bayi baru itu dengan kata Adik. Begitu juga Azka dan Diva. Mereka terlihat antusias mencandai adiknya. “Nah, sekarang adik bayi mau mimi dulu. Ayo kita bermain di luar!” Aku menggiring tiga bocah ini keluar untuk memberi kesempatan pada Lestari menidurkan putri kami. Bayi kecil itu baru berusia tujuh hari. Di ruang keluarga tak henti-hentinya tiga anak ini bertanya. Tentang bayi, tentang ingin mengajaknya bermain.. Bahkan Azkia ingin memberinya permen. Aku terangkan perlahan bahwa permen bukan makanan bayi. Kalau sampai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status