Share

Bab 11

Author: Jayden Carter
Saat itu juga, pria yang tadi melarang melapor polisi berjalan mendekat. Tatapannya dingin, seolah-olah sebentar lagi bisa membunuh orang ....

Arlo setengah menyipitkan mata, amarahnya langsung terpancar.

Para pemuda itu menatap mata Arlo. Mereka awalnya tertegun. Entah kenapa muncul rasa ngeri yang sulit dijelaskan. Namun, begitu ingat jumlah mereka ada tujuh orang, apa mungkin mereka takut pada satu orang saja? Setelah saling melirik, mereka pun tertawa keras.

"Kenapa, hah? Mau ngomong apa?" ejek pria berambut pirang dengan senyuman sinis penuh hinaan. Tadi di depan banyak orang, jelas-jelas Arlo menciut dan tidak berani melapor polisi. Sekarang hanya sendirian, apa yang bisa dia lakukan?

Arlo tidak menjawab. Seketika, dia maju selangkah. Satu tendangan keras mendarat di dada pria berambut pirang.

Tubuh pemuda itu sontak terangkat, lalu melayang di udara dan jatuh menghantam lantai dengan keras.

Tak lama kemudian, dia memuntahkan darah. Kepalanya terkulai, lalu dia langsung pingsan. Yang lain pun kaget setengah mati!

Selama ini mereka memang sering berkelahi, tetapi satu tendangan yang membuat orang terbang dan pingsan? Mereka tidak pernah melihat yang seperti itu!

Lantas, sekarang mereka harus ramai-ramai menyerang balik? Tidak, mereka sama sekali tidak ada niat seperti itu. Satu-satunya pikiran mereka hanyalah kabur.

Namun, Arlo seperti malaikat maut yang bergerak di tengah mereka. Para pemuda itu tak sanggup menahan serangannya dan semuanya tumbang.

Kemudian, Arlo menyeret mereka seperti bangkai anjing dan ditumpuk menjadi satu, lalu bertanya dengan suara sedingin es, "Siapa yang suruh kalian kemari?"

"Kak ... Kak Sam ...."

"Orangnya di mana?"

"Di rumah Kak Faris!"

Baru saat itu mereka sadar, pria di depan ini tadi menahan diri di lorong IGD bukan karena takut, tetapi karena tidak ingin membuat keributan di rumah sakit. Soal lapor polisi? Itu sama sekali tidak ada di pikirannya.

Seperti yang tadi disombongkan oleh para pemuda itu, paling ditahan tiga hari, keluar bisa membuat onar lagi. Jadi, Arlo hanya ingin menyelesaikan masalah ini secara tuntas.

....

Di pusat Kota Naldern yang tanahnya mahal, berdiri sebuah vila lima lantai dengan halaman depan dan belakang yang megah. Di gerbang besar tergantung papan dengan huruf emas yang bertuliskan "Rumah Besar Faris".

Memang Faris hanya dikenal sebagai juragan proyek urukan tanah. Namun, siapa yang benar-benar tahu bahwa di Kota Naldern ada lima distrik dan dua di antaranya punya tempat hiburan malam yang pemegang saham utamanya adalah Faris.

Siapa pun yang hidup di dunia hitam Kota Naldern, tidak ada yang berani memanggilnya dengan tidak hormat!

Arlo mengendarai mobil van reyot milik si pria berambut pirang, lalu berhenti di depan Rumah Besar Faris. Begitu dia turun, beberapa preman yang sedang merokok di depan gerbang segera mengelilinginya.

"Ini 'kan mobil si Pirang? Hei, kamu siapa?"

Arlo tersenyum tipis. "Aku Arlo. Mau ketemu si Musang!"

"Kurang ajar! Kamu kira bisa seenaknya panggil begitu?" maki preman itu langsung. Beberapa orang lainnya juga mulai mengepalkan tangan, bersiap maju.

Namun, detik berikutnya, Arlo membuka pintu van. Di dalamnya, tubuh para pemuda tadi bergelimpangan. Ada yang patah tangan, ada yang mulutnya berdarah. Semuanya mengerang kesakitan. Sungguh pemandangan yang mengerikan.

Para preman itu saling memandang, lalu berlari masuk ke Rumah Besar Faris. Arlo tidak mengejar, hanya berdiri santai sambil tersenyum di depan gerbang.

Beberapa saat kemudian, puluhan preman keluar. Masing-masing membawa tongkat bisbol dan pipa besi.

Tak lama kemudian, seorang pria berkepala plontos dengan seuntai tasbih kayu gaharu di tangan melangkah keluar perlahan.

Usianya sekitar 40-an tahun. Wajahnya garang, sorot matanya kejam. Dialah orang yang namanya menggema di seluruh Kota Naldern, Faris!

Di belakangnya, Sam yang sebelumnya begitu congkak, kini menunduk dengan patuh sambil mengikuti.

"Jadi kamu Arlo?" Faris melirik Arlo, menyeringai sinis.

Arlo tertawa. "Tak kusangka, si Musang yang namanya begitu besar, tahu juga orang kecil sepertiku."

Kata "Musang" seketika membuat mata Faris memancarkan cahaya ganas. Aura mencekamnya seketika menekan udara sekitar, membuat semua orang yang hadir merasa tercekik.

Orang-orang yang ada di sana pun menatap Arlo dengan kaget. Kalau mau cari mati, seharusnya tidak perlu dengan cara menantang begini!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 100

    "Kamu juga kesurupan?" Conan meraba dahi Sahrul."Serius, Kak!""Lebih hebat daripada instruktur yang dulu pernah kita temui di Pasukan Khusus!"Rasa kagum dan hormat yang terpancar dari mata Sahrul akhirnya membuat Conan percaya. Dia pun mengangkat peluru yang masih hangat itu dan terdiam lama sebelum berkata, "Laporkan ke Pasukan Khusus, orang ini kalau nggak melakukan dosa besar, jangan sekali-kali disentuh. Jangan dimusuhi, sebaiknya dijadikan sekutu!""Habis sudah Pardus kali ini!"Mengingat kejadian hari ini, Conan menggelengkan kepala. Seketika dia teringat pada Santoso, hatinya muncul rasa iri. Dasar si tua bangka itu, benar-benar beruntung bisa berkenalan dengan sosok luar biasa seperti Arlo!Ilmu pengobatan? Ilmu gaib? Seni bela diri? Dengan bakat sehebat itu, asalkan Arlo tidak membuat dosa besar, kelak pasti akan menjadi orang yang sukses besar.Sekarang, Arlo masih belum terlalu terkenal sehingga mereka masih sempat menjalin hubungan. Namun saat kelak Arlo sudah benar-bena

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 99

    Conan berkata canggung, "Ini juga semacam penyakit profesi, pekerjaanku menuntut banyak kerahasiaan! Arlo, tolong maklumi!""Itu bukan urusanku dan aku juga nggak ingin mencampuri. Asal benda-benda ini diurus, masalahmu pun selesai," ujar Arlo sambil menunjuk bungkusan kertas minyak itu.Sahrul tetap sulit percaya. Selama bertugas dia sudah menembak mati lebih dari 20 penjahat yang melawan penangkapan. Kalau memang ada hal-hal gaib, bukankah dia seharusnya sudah lama diganggu arwah mereka?Apa itu minyak mayat, apa itu jimat ... bukankah cuma ulah orang yang sengaja membuat keributan? Siapa tahu malah Arlo sendiri yang membuat semua ini, lalu berpura-pura menyingkapnya? Metode "maling teriak maling" seperti itu sangat sering digunakan oleh para dukun gadungan."Lalu, apa yang harus dilakukan?" tanya Sahrul."Pertama, bakar kertas minyak dan uang arwah ini bersama-sama," jawab Arlo.Begitu dia selesai bicara, Sahrul langsung menyalakan korek api dan mendekatkannya ke kertas minyak. Dia

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 98

    Setelah kejadian itu, Conan dan istrinya menonton rekaman CCTV ruang tamu. Potongan-potongan gambar itu membuat mereka merinding ketakutan.Sahrul menatap pasangan suami-istri itu dengan ekspresi aneh. Dalam hati dia merasa, apakah keduanya terlalu tertekan sampai jadi berhalusinasi? Menurut pikirannya, kemungkinan besar si gadis kecil hanya ingin bermain dengan pedang kayu, tapi Conan tidak mengizinkan.Anak itu pun mengambek, menangis, lalu meniru adegan di televisi dengan berpura-pura mengancam akan lompat dari balkon. Hal itu menakuti Jenifer, hingga membuatnya kehilangan kendali sejenak. Bagi Sahrul, ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dalam keadaan panik dan ketakutan hebat, wajar saja orang bisa mengalami kekacauan mental."Aku nggak berani lagi tinggal di rumah. Begitu pagi tiba, aku langsung membawa keluargaku, rencananya mau ke tempat Santoso, biar dia yang mengantarku mencarimu!""Di tengah jalan, lalu lintas sangat sepi dan hanya ada sedikit kendaraan. Tiba-tiba ada sebua

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 97

    "Dari semalam sampai sekarang, nyaris separuh nyawaku hilang! Kalau bukan karena khawatir terjadi sesuatu di jalan, aku sudah ingin langsung ke perkebunan mencarimu." Wajah Conan tampak ketakutan, seperti orang yang baru saja lolos dari maut.Sambil bicara, dia menunjuk pada seorang pria dan seorang wanita yang dibawanya, lalu memperkenalkan, "Arlo, ini istriku, Jenifer. Yang satu lagi sahabat lamaku, Sahrul!""Mereka bukan orang luar, jangan khawatir. Kamu harus tolong aku menyelesaikan masalah ini!"Sejak hari pertama masuk ke biro keamanan, Sahrul selalu mengikuti Conan. Selama lebih dari sepuluh tahun bersama, mereka bukan hanya sebatas atasan dan bawahan, tapi juga saudara seperjuangan."Ketua, kenapa aku sama sekali nggak paham sama semua yang kamu katakan hari ini?" tanya Sahrul sambil mengusap dagunya dengan kebingungan.Conan pun segera menceritakan apa yang terjadi selama dua hari ini. Setelah berpisah dengan Arlo dan Santoso kemarin, dia langsung kembali ke biro keamanan.Di

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 96

    Pria berjanggut hanya mengeluarkan beberapa dengusan. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, tetapi dia tetap tidak menjerit kesakitan.Arlo masih menginjak tubuh pria itu, lalu menoleh sekilas pada sopir truk. "Kecelakaan ini salahku. Kita selesaikan secara pribadi saja. Aku transfer uang padamu, lalu kamu boleh pergi!""Nggak ... nggak usah!" Wajah sopir itu pucat pasi, dia buru-buru berbalik dan hendak lari."Tunggu!" Suara Arlo terdengar lagi.Sopir itu semakin panik. Di matanya, pemuda ini adalah orang yang bahkan tidak takut menghadapi senjata api! Adegan yang baru dia saksikan itu lebih gila daripada film. Dia pun teringat pada adegan klise di layar lebar. Setelah ini, biasanya saksi akan "dibungkam"."Kasih aku rekeningmu! Aku akan transfer sekarang!" kata Arlo tenang.Dengan tubuh kaku, sopir itu memberikan nomor rekening. Arlo pun segera mentransfer 20 juta. Begitu mendengar bunyi notifikasi uang masuk, sopir itu menatap tak percaya. Namun, dia tidak berani bertanya apa-a

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 95

    Wajah Arlo sedikit menggelap. Jika tabrakan jip yang pertama tadi masih bisa dianggap satu persen kemungkinan sebagai kecelakaan, maka kali ini sudah jelas benar-benar ditujukan untuk mereka."Ayah, pegang yang kuat!" ucap Arlo dengan suara berat, lalu mengentak pedal gas. Mobil langsung melesat ke depan.Setelah menstabilkan arah, kedua mobil sempat sejajar. Dari kaca jendela, Arlo bisa melihat jelas sopir jip itu adalah seorang pria berjanggut lebat yang berusia lebih dari 40 tahun.Di wajah pria berjanggut itu ada sebuah bekas luka yang panjang dan dalam, membentang dari bawah mata kiri hingga ke sudut mulut kanan, membuat wajahnya tampak garang dan menakutkan.Mata mereka saling bertemu dan memancarkan aura membunuh yang tajam.Victor mencengkeram erat pegangan tangan hingga jemarinya bergetar. Kecepatan mobil begitu tinggi. Di jalan sempit berliku seperti ini, situasinya benar-benar berbahaya.Saat melewati sebuah tikungan tajam lagi, Arlo melihat ada sebuah truk besar melaju dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status