“Sudah ada balasan?”Aku menggeleng sambil melemparkan tas jinjingku ke atas meja. “Entahlah, apakah ini efektif. Maksudku, mana mungkin sih orang sepertinya membuka DM I*******m? Mengecek email pribadi sih masih mungkin, tapi apakah dia akan mau repot-repot merespons?”“Namanya juga usaha, Sayang.” Robin mengelus pundakku, memberikan kekuatan besar. “Sudah ya. Jangan sedih. Kita makan bakso dulu. Biar energimu balik lagi,” katanya sebelum berteriak pada Lik Darsan, tukang bakso langganan kami yang gerobaknya dicat hijau. “Dua porsi seperti biasa, Lik.”“Siap!”Sejak Ruben masuk rumah sakit jiwa, ini adalah kali pertama aku dan Robin punya kesempatan kencan lagi. Bukan kencan mewah tetapi akhirnya kami bisa menikmati sore seperti sebelumnya. Berboncengan sepanjang jalan, ngobrol santai dan –aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali kami tidak membicarakan masalah Ruben. Dan, lebih fokus memperbincangkan hubungan kami sendiri.Bukannya aku bosan atau hendak mengabaikan masalah Ruben, k
Terakhir Diperbarui : 2022-04-11 Baca selengkapnya