Semua Bab Kubeli Istriku dari Keluarganya: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
Bab 21
POV LunaAku sedang menemani Arga mencari tahu tentang kedua lelaki yang dicurigai sebagai suruhan. Entah siapa dalangnya. Sebuah panggilan tiba-tiba masuk ke gawaiku. Aku meraih benda pipih tersebut yang tersimpan di dalam tas kemudian menjawab, "Halo. Iya, gimana Rit?""$#$&@." Suara di balik telepon."Apa, astagfirullah! Jadi sekarang Mama di mana, Rit?""@#&$#@.""Mungkin dia kecapean, Rit. Ya udah aku akan ke sana sekarang untuk melihat Mama. Kalian lanjutkan aja dulu pekerjaan kalian di situ ntar aku datang."Rita menghubungiku tentang keadaan mama yang tiba-tiba pingsan. Rita dan Eka harus bergantian mengurus Mama dan Kedai. Sepertinya, mereka kewalahan. Mereka memintaku menemani Mama di rumah sakit. Gegas aku bangkit dari tempat dudukku dan izin ke Arga untuk pulang lebih dulu. Setelah menjelaskan maksudku, aku keluar dari ruangan dan beranjak pergi. Arga ingin mengantarkanku, tapi Iwan datang ke ruangannya hendak memberitahu sesuatu. Aku pun pamit meninggalkan mereka.Tak be
Baca selengkapnya
Bab 22
"Ka Arga ... Kumohon dengarkan a ....""Diam. Jangan pernah mengikutiku!" bentakku sambil berjalan menuju mobil kemudian menutup pintunya dan tidak memedulikan Luna yang masih mematung di sini.Amarahku belum bisa kuredam. Aku takut kalap dan main hakim sendiri. Tatapanku penuh amarah melihatnya berdiri di sana. Aku meninggalkannya sendiri dan berlalu dengan mobilku. Aku benar-benar ingin sendiri dulu - tak kuat menahan gemuruh di dada ini yang kian membuncah. Dan lelaki itu hanya tersenyum puas melihat kami. Aku tak pernah menyangka Luna bisa berbuat seperti itu. Benar kata Rita dan Eka, aku memang lelaki bodoh yang bisa ditipu dengan diam dan keluguan Luna. Sikap anggun dan tenangnya menutupi keburukannya. Bisa-bisanya aku diperdaya olehnya dengan mudah. Aku memang buta dan bodoh.Kenapa aku terlalu mudah memercayai Luna?Pikiranku terus menerawang kejadian sebelumnya. Masih membekas di ingatanku tentang foto mereka. Saat Luna menikmati juga pelukan itu. Sungguh menjijikkan!Aku mu
Baca selengkapnya
Bab 23
Mataku samar-samar melihat orang-orang berdatangan mengelilingiku. Perlahan penglihatanku mulai memudar, memutih kemudian tertutup - tak tahu apa yang terjadi setelahnya.***Aku membuka mata perlahan. Kulihat sekeliling, dinding bercat putih. Ini bukan kamarku. Sebuah selang infus menancap di punggung tanganku. Aku mulai sadar bahwa aku berada di ruang perawatan. Entah, sudah berapa lama aku berada di sini.Ingin sekali aku bangkit, tetapi nyeri kurasakan sakit sekali di pinggangku. Kuusahakan terus untuk bangun, tetap saja tak bisa. Kenapa sakit sekali semua badanku?Aku mulai ingat terakhir kali di Club malam. Oh, aku ditabrak! Kakiku?Aku menoleh, ingin melihat kakiku - ternyata sudah digips. Aku mencoba untuk menggerakkannya. Benarkah tulang kakiku patah.Ouch. Sakit sekali!"Maaf, Pak. Jangan gerakan kaki anda. Tulang kaki anda butuh pemulihan. Mohon tenang ya, Pak! Saat ini anda masih dalam penanganan kami." Seorang perawat menghampiriku dan melarang untuk bergerak. Yang kuden
Baca selengkapnya
Bab 24
POV LunaSejak kejadian itu aku sangat sedih dan terpukul. Arga sangat marah hingga tak memedulikan aku yang mengiba padanya. Aku dibiarkan sendiri berdiri seperti orang yang tak punya harapan lagi. Aku tak tahu harus ke mana. Balik ke dalam rumah pun tak mungkin. Atau pergi mengikutinya ke rumah, aku tak berani. Aku takut ia sangat marah padaku kalau bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini. Sudah dua hari aku berada di hotel ini. Aku memutuskan tinggal di sini, tempat yang aman bagiku daripada di rumah bersama mereka, saudariku. Apalagi ada lelaki seperti Fisal, ih menakutkan. Untungnya, ATM-ku masih banyak saldonya karena Arga selalu mentransfer sebagian gajinya ke rekeningku. Mungkin ini waktu yang tepat untuk bertemu Arga. Biasanya, amarah seseorang sudah mulai stabil kalau sudah beberapa hari. Aku memutuskan ke rumah menemuinya sekaligus menjelaskan semua masalahnya. Semoga ia menerima penjelasanku."Assalamualaikum, Bi.""Wa'alaikum salam. Dari mana aja, Non. Gak pulang k
Baca selengkapnya
Bab 25
"Nak Arga, bukan maksud Bi Minah mau ikut campur urusan kalian, tapi Bi Minah tak kuat menyimpan ini semua.""Maksud Bi Minah?" Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapannya."Selama Nak Arga di rumah sakit, Non Luna selalu menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.""Menyalahkan kenapa, Bi?" Aku makin penasaran. "Luna ngomong, karena kesalahannya, Nak Arga sampai masuk rumah sakit.""Luna ngomong seperti itu, Bi?""Iya, Nak. Aku kasihan sama dia, tapi dia memang kuat dan tegar bisa menyelesaikan pekerjaannya walaupun dirundung sedih.""Mmm ....""Karena Bi Minah maksa terus, akhirnya dia mau cerita." "Apalagi yang Luna cerita sama Bi Minah?""Katanya, dia tak punya siapa-siapa selain Nak Arga. Dia sangat takut kehilangan Nak Arga."Aku mengembuskan napas berat, mendengar cerita Bi Minah. Sampai sedalam itu Luna bersedih. Dan satu lagi yang membuatku terkejut, ternyata Luna dijebak oleh kedua adik angkatnya tersebut. Itu yang kudengar dari Bi Minah. Sebanyak itu Luna bercerita dengan Bi
Baca selengkapnya
Bab 26
"Aku bilang, cepat kalian keluar dari rumah ini. Kemas barang-barang kalian dan cepat keluar dari sini. Ceeepaaat ...!" Amarahku seakan meledak dan ingin menelan mereka mentah-mentah sekarang juga. Kalau bukan karena Luna menahanku, mungkin mereka sudah kujadikan rempeyek."Cepat angkat kaki kalian dari sini!" bentakku geram dengan mata menyala-nyala."I-ya Ka." Eka dan Rita berhamburan ke kamar hendak mengambil barang mereka. Mereka sangat panik. Begitu juga wajah mereka terlihat pucat. Mungkin mereka tak menyangka ada kami di sini. Mereka berdua terlihat lesu menenteng tas dan barang-barang yang perlu untuk dibawa."Bisa beri kami waktu untuk mengemas semua barang-barang ini?" Eka mengiba, tetapi aku tak mengindahkan permintaan itu. Orang seperti mereka tidak layak dikasihani. Kalau dikasihani, mereka makin melawan dan merendahkan."Ingat, detik ini juga rumah sudah harus kosong. Kalau tidak, kalian akan tahu sendiri akibatnya!" "Ka Luna, apa kau tidak kasihan sama kami dan Mama
Baca selengkapnya
Bab 27
"Apa salahku, Pak? Tolong, aku tak mau dipenjara. Penjarakan saja kakakku dan suaminya," ucap Rita mulai ketakutan."Apa maksudmu, Rit? Maksudmu Eka dan Fisal?" Bu Mega menatap Eka, tak mengerti."Mama bakalan terkejut kalau tahu sebenarnya," jawab Rita."Maksudmu apa, sih? Mama gak ngerti." Bu Mega masih bingung dengan ucapan Rita. "Baiknya, ikuti kami dulu! Nanti jelaskan saja di kantor. Mohon kerjasamanya agar proses penyidikan ini berjalan lancar," ucap salah seorang dari anggota kepolisian tersebut."Aku tak mau dipenjara! Huu ... Hu ...." Rita memohon sambil terisak.Hampir dua jam Rita dan Bu Mega dicecar berbagai macam pertanyaan. Wajah Rita terlihat sedih. Ia langsung dibawa ke ruang tahanan, sedangkan Bu Mega dipersilakan untuk pulang. "Ma, jangan tinggalin Rita, Ma. Ma ...."Bu Mega melirik ke kami sebentar kemudian berlalu. Setelah beberapa lama kami tiba, dua buah mobil masuk ke pelataran parkir di depan kantor polisi.Kami masih harap-harap-cemas. Mungkinkah mereka be
Baca selengkapnya
Bab 28
"Dialah dalangnya semua ini. Dia pantas diberikan hukuman yang paling berat." Tatapan itu seakan tak terima dengan ucapan tadi.Aku pun tak kalah geramnya melihat lelaki itu. Karena ulahnya, kini kami harus menanggung kerugian besar untuk membangun kembali gedung-gedung yang telah hangus. Belum lagi, kaki ini belum seratus persen pulih, jadi aku belum bisa bekerja secara penuh.Tanpa pertanyaan lagi, mereka langsung dimasukkan ke dalam tahanan. Dia harus menanggung semua kerugian yang ditimbulkan karena ulahnya. Iwan sudah menghubungi pengacara untuk mengurus masalah ini yaitu masalah pembakaran gedung dan penabrakan yang hampir merenggut nyawaku."Tolong, Ga, lepasin Eka! Dia tidak bersalah," ucap Bu Mega sambil memohon.Entah, bagaimana menjelaskan ke Bu Mega. Bukankah tadi Rita sudah dibawa ke ruang tahanan. Aku masih terdiam mendengar ucapannya."Lun, tolong jelaskan ke Arga kalau Eka tidak bersalah. Ini semua pasti ulah Fisal yang mengajak Eka untuk melakukan itu," lanjut Bu Meg
Baca selengkapnya
Bab 29
"Ih, Ka Arga aja deh yang buka!" Luna memberikannya padaku dan bersembunyi di balik punggungku."Buka aja, Ka Arga!""Ada apa sih, Non ... Nak Arga, kok paketnya cuma ditatap?" Bi Minah ikut gabung bersama karena melihat kami yang sedari tadi kebingungan menatap paket tersebut."Paket, Bi. Kami ragu membukanya.""Emang isinya apa?" tanya Bi Minah."Belum tahu, Bi. Soalnya, kami tidak memesan.""Sini deh, biar aku yang buka." Luna sudah tak sabar dan meraih kembali.Krek! Bunyi plastik dibuka. Degup jantungku cukup kencang. Luna seakan tidak mengkhawatirkan apapun. Ia terus membukanya.Aku mengernyitkan dahi, menunggu dengan hati yang berdebar-debar. Perlahan demi perlahan Luna membukanya. Lapisan pertama sudah dibuka. Luna membuka lapisan berikutnya, belum nampak juga apa isinya. Hingga ia membuka paket di lapisan terakhir. "Sepertinya surat atau kartu, Ka." Kuembuskan napas berat mendengar ucapan Luna."Kenapa surat atau kartu setebal ini bungkusannya? Bikin jantungan saja." Aku m
Baca selengkapnya
Bab 30 Bayangan Itu
POV LunaAku sangat senang bisa datang ke sini. Setelah kurang lebih lima belas jam perjalanan yang cukup melelahkan, kami tiba di Amsterdam, salah satu kota terindah di Belanda. Aku tak menyangka akan berada di sini, menjadi bagian dari keluarga Van Renesse dan menjadi istri seorang lelaki berdarah Indo-Eropa.Aku masih merasakan ini seperti mimpi. "Selamat datang Luna." Bu Ayu memelukku erat. Baru pertama kali aku merasakan pelukan hangat seorang ibu yang sangat tulus. Mungkin Arga mewarisi sifat sayang dari ibunya dan ketegasan dari seorang ayah. "Makasih, Ma." Aku menyalaminya."Selamat datang Luna," sapa lelaki jakun tersebut, ayah mertuaku."Makasih, Ayah." Aku pun menyalaminya. "Bi Minah, sehat kan?" tanya Mama."Alhamdulillah. Masih sehat, Bu Ayu." Mereka berpelukan seperti dua sahabat yang sudah sangat lama tidak bertemu.Hari ini kami disuguhkan makanan khas daerah sini. Untungnya, Bi Minah bisa menyesuaikan. Awalnya, aku khawatir ia tak bisa makan. Ternyata, ia sudah ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status