All Chapters of Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai: Chapter 171 - Chapter 180

“Papa ….” Bisiknya lirih.“Papa! Dia papaku! Bukan papamu!” Amel berseru keras dan meraih celana pendek Jayden, menariknya turun dari pelukan Lucian.“Lepaskan! Dia papaku! Papa Amel! Huaaaa …..” Tangisannya pecah seolah merasa sakit papanya menggendong anak lain dan dipanggil ‘papa’.Dia menangis keras, Kemudian diikuti tangisan Jayden.“Huaaaa … nggak mau! Papaku! Papa Jayden! Haaaa ….” Jayden menangis keras memeluk leher Lucian, tidak mau turun dari pelukannya.Wajah Lucian pucat dan terlihat kesulitan mendengar tangisan anak-anak yang bersahutan. Dia tidak bisa melepaskan pelukan Jayden yang menempel erat padanya.Mia dan Ferdi menatapnya iba, tapi tidak bisa membantu. Ferdi merasa lucu melihat bosnya yang dingin dan tegas, dibuat panik oleh dua anak yang berebut perhatiannya.Lucian berjongkok untuk meraih putrinya yang menangis. “Amel, kemarilah …..”“Nggak mau! Amel benci Papa! Papa punya anak lain!” Amel menutup wajahnya dan menangis.Lucian mengerti putrinya tidak siap ada an

“Jangan lagi mengusik adikku atau keponakanku ….” Bisik Sean dengan suara dingin dan mengancam setelah mendaratkan pukulan telak di perut Lucian.Jika tak mengingat dirinya sedang mengenakan seragam pelindung rakyat, dia sudah mencabik-cabik Lucian.“Ugh ….” Lucian membungkuk memegang perutnya mengerang kesakitan.Kekuatan pukulan Sean sama sekali tak ditahan-tahan dan mengingat kekuatan fisiknya sebagai seorang tentara, Lucian bisa merasakan dirinya hampir menggapai surga atau mungkin neraka.Ususnya terasa sakit hingga dia rasanya mau muntah.Dia terjatuh berlutut memegang perutnya kesakitan.Sean dengan ekspresi puas mengepalkan tangannya acuh tak acuh.“Kamu seharusnya sudah memprediksi ini ketika muncul di kediaman Adams. Ini baru dariku, kamu akan menghadapi lebih banyak konsekuensi dari anggota keluarga lain. Terima apa yang pantas kamu dapatkan,” ujarnya acuh tak acuh, dan tak peduli dengan Lucian berjongkok di jalan mengerang kesakitan.Penjaga gerbang kediaman sampai berwaja

Mata Laura melebar kaget.Kecelakaan orang tua Cassie adalah salah satu kejadian di kehidupan sebelumnya. Riko membuat orang tua Cassie mengalami kecelakaan dan menyebabkan mereka meninggal. Laura terlambat untuk memperbaiki nasib Cassie. Dia sangat menyesal. Dia tahu Cassie akan mengalami nasib tragis karena menikahi orang yang salah, tapi Laura hampir melupakannya dan tak membantunya. Dia merasakan penyesalan yang sangat dalam.“Cassie, maafkan aku … aku turut berduka cita ….”Cassie mendongak menatapnya dengan mata lebar. “Apa maksudmu? Orang tuaku memang kecelakaan, tapi mereka selamat dan koma …..”Laura terdiam selama beberapa saat lalu menghembuskan napas lega. Ketegangan di pundaknya mengendur. “Oh, syukurlah. Kapan kecelakaan terjadi? Mengapa kamu baru memberitahuku?”“Dua minggu yang lalu. Mereka koma dan belum bangun sampai saat ini.” Cassie berbisik lirih. “Karena mereka sudah lanjut usia, dokter berkata mereka mungkin tidak akan bertahan.” Dia menutup wajahnya dan mulai m

Laura terdiam, mencoba mencerna ucapan putrinya dan menatap Eline.Eline berdeham dan menjelaskan padanya. “Tadi siang saat berkunjung ke kantor Tuan Lucian, ada anak laki-laki lain di kantor. Namanya Jayden… Amel sangat sedih dan minta pulang. Mungkin karena dia merasakan perasaan buruk, dia jatuh sakit….”Laura mengerti dan terdiam. Sulit menjelaskan keadaan Jayden pada Amel. Putrinya mungkin merasa terkhianati karena ayahnya punya anak lain yang tiba-tiba muncul di depannya.Bukankah Lucian bilang dia tidak peduli pada Jayden, mengapa anak itu ada di kantornya dan membuat putrinya sedih, sampai jatuh sakit.Laura tidak akan memaafkan Lucian jika dia menyakiti Amel demi Jayden.Laura mengusap kepala putrinya dan memeluknya di dadanya.“Tidak apa-apa, sayang. Anak itu… bukan adik Amel. Kalau Amel benci Papa, jangan bertemu dengan Papa lagi.”Amel berhenti menangis dan menatap Laura dengan lemah.“Amel nggak benci Papa. Amel nggak suka anak itu mengambil Papa. Itu Papa Amel….” Dia ber

Keesokan paginya, kondisi Amel sudah membaik dan demamnya turun, meskipun dia masih merasa lesu dan kurang bersemangat. Laura memberikan surat izin sakit kepada sekolah, sehingga Amel libur selama tiga hari.Melihat kondisinya yang sangat lemah dan tidak bersemangat, Laura merasa tidak tega meninggalkannya pergi bekerja.“Sayang, mama pergi kerja, ya… kamu harus makan dan minum obat, oke?” Laura duduk di samping ranjang dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa kening Amel.“Ummm… mama jangan pergi,” Amel merengek sambil memegang tangan Laura, tidak ingin ditinggalkan.“Mama akan cepat pulang. Amel di rumah sama nenek dan Bibi Eline, ya?”Jika tidak ada klien penting dari luar negeri yang harus ditemui perwakilan Adams Group, Laura ingin mengambil cuti untuk menemani putrinya.Namun, dia tidak bisa membatalkan janjinya begitu saja karena Tristan juga tidak bisa menyambut mereka, sebab dia sedang mengikuti pertemuan dengan politisi bersama Allen.Willy berdiri di belakang Laura, mencob