All Chapters of Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai: Chapter 171 - Chapter 180

"Kalau dia mau gugat dan nggak mau cerai, semua ini akan jadi bukti," ucap Tamara. "Tapi kalau Kakek Arham turun tangan, mau nggak mau harus hargai dia.""Kalau begitu, semua penderitaanmu sia-sia, dong?" Zoya tidak setuju. "Jangan khawatir, Rara, aku akan tetap ada di sisimu.""Terima kasih atas niat baikmu, tapi aku nggak mau melibatkan siapa pun. Perusahaan Kak Jacob saja sekarang sudah jadi target Carlos, mungkin dia akan lanjut ke langkah berikutnya," kata Tamara.Tamara tidak mau melibatkan Zoya, apalagi membuat Keluarga Hasiholan dan Keluarga Suratman jadi renggang gara-gara dirinya. Sebab, Carlos memang gila dan bisa saja balas dendam.Mendengar Tamara yang mencoba menenangkan, hati Zoya merasa perih dan sedih. "Jangan mikir segitu parahnya. Bisnis keluarga nggak akan terkena dampak. Lagi pula, Keluarga Hasiholan nggak kalah jauh dibanding Keluarga Suratman. Pokoknya demi kebahagiaanmu, aku pasti bakal bantu kamu."Tamara menoleh menatap Zoya penuh rasa syukur. Dengan adanya Ar

Mendengar hal itu, Maxim langsung mengerutkan alis. "Ricardo saja nggak masuk ke silsilah keluarga, Keluarga Hasiholan pasti akan pilih Carlos dulu."Eliza segera mengganti ekspresinya jadi tampak sedih dan berlinang air mata. "Aku sudah bersamamu selama ini dan anak kita sudah sebesar ini, kamu malah bilang dia nggak pantas?""Bukan begitu maksudku ...." Maxim buru-buru mencoba menenangkannya."Sampai sekarang ayahmu bahkan nggak mau mengakui kita berdua. Dia itu anak kandungmu, tapi tetap saja nggak bisa masuk dalam silsilah keluarga. Semua orang mengira dia cuma anak haram ...." Tangisan Eliza semakin menjadi-jadi.Wajah Maxim tampak tidak nyaman. Meskipun sudah pensiun, memang ayahnya masih memegang kendali atas keluarga dan perusahaan sampai sekarang. Kekuasaan dan keputusan utama tetap ada di tangan Arham.Selain itu, Carlos sejak kecil dididik langsung oleh Arham, sehingga membuatnya jauh lebih disukai dibanding adiknya. Peluang untuk mewarisi kekuasaan pun jelas lebih condong k

"Aku lagi makan. Malam pulang ke rumah? Nggak, aku masih mau nginap di rumah teman.""Haduh! Aku ini bukan anak kecil lagi, mana mungkin aku berkeliaran sembarangan? Ini aku sudah lagi mau pulang bareng temanku!" gerutu Zoya."Sebelum Ayah dan Ibu membatalkan perjodohan itu, aku nggak akan pulang," ujarnya dengan yakin.Orang yang berada di ujung telepon mengatakan sesuatu lagi, tetapi Zoya hanya mengerutkan alisnya dan berkata dengan nada yang lebih lembut, "Tetap nggak mau pulang. Belakangan ini sahabatku lagi kena masalah, aku harus lindungi dia.""Sudah ah, aku tutup teleponnya. Kalau kurang kerjaan, sana cari pacar saja. Jangan kontrol aku seperti bapak-bapak. Bye!"Begitu ucapannya dilontarkan, Zoya memutuskan panggilannya.Di sisi lain, Zayn menatap ponselnya dengan terdiam. Kemudian, dia mengambil jaketnya dan bersiap-siap untuk pulang kerja. Dia memerintahkan sopir untuk mengantarkannya ke Kompleks Sunshine.Di dalam restoran.Zoya mengambil tasnya dan berkata kepada Tamara, "

"Pak Carlos, kamu ini benar-benar gagal jadi manusia. Katanya belum cerai, tapi alamat istri sendiri saja nggak tahu. Tsk, kalau ini sampai tersebar, benar-benar memalukan." Setelah melontarkan kata-kata menyebalkan itu, Zayn masih sempat menyisipkan sindiran pedas.Carlos mengepalkan tangan. Rasanya ingin langsung menghajar orang itu. Namun, jangankan memukul, memaki saja dia tidak bisa. Panggilan sudah diakhiri oleh pihak lawan."Sialan! Zayn! Aku akan ingat ini!" Carlos menggertakkan gigi penuh amarah, lalu melemparkan ponselnya lagi. "Kamu sama saja kayak adikmu, dua-duanya berengsek!"Setelah memaki, dia mencengkeram erat setir mobil dan menatap langit malam yang gelap. Entah berapa lama kemudian, emosinya baru mulai reda. Dia pun memutar balik mobil dan pulang.Setidaknya Tamara tidak ikut Zoya ke kelab malam, juga tidak memanggil model laki-laki. Dia tetap berada di rumah. Itu satu-satunya hal yang bisa dia syukuri.Pada saat itu, di luar Kompleks Sunshine. Mobil Bentley hitam m

"Tsk, nggak mau ajak aku makan, tapi sampai susah payah pesan restoran? Pak Carlos ini benar-benar mulut dan hatinya nggak sinkron. Kalau begitu, aku terima ajakanmu dengan berat hati deh, demi menghormatimu."Zayn tersenyum penuh kemenangan menatap Carlos yang tampak kesal, lalu langsung berjalan ke luar terlebih dahulu.Manajer sungguh kehabisan kata-kata. Ternyata bisa begini ya? Zayn ini benar-benar penyabar ya!Carlos langsung mengepalkan tangannya, matanya melotot, wajahnya semakin murka. Zayn ini benar-benar bermulut tajam.Sang manajer buru-buru menarik Carlos pergi sambil berkali-kali memberi isyarat mata. 'Tahan, Pak! Tahan! Dendam pribadi jangan dibawa ke kerjaan!'Mereka menyusul ke luar. Sementara itu, Zayn yang sedang dalam suasana hati yang cukup baik, melirik ke belakang dan masih sempat menyindir lagi, "Tatapan Pak Carlos seperti ingin menusukku saja. Jangan racuni makananku lho ya.""Haha. Pak Zayn ini lucu sekali. Nggak akan, tenang saja!" jawab manajer dengan senyum