Lahat ng Kabanata ng Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik: Kabanata 11 - Kabanata 20

Ekspresi tenang Adeline membuat Kaivan merasa sangat hambar dan membosankan. Dia mencibir dan berbalik untuk masuk ke dapur. Dia merasa Adeline hanya berpura-pura murah hati untuk menikahinya. Ketika mereka berdua benar-benar menikah, masih belum diketahui apa yang akan Adeline lakukan.Setelah kembali ke kamar, Adeline menyalakan komputer dan menenangkan diri sebelum melanjutkan bekerja.Dalam beberapa hari berikutnya, Adeline sibuk dengan pekerjaannya dan pulang larut malam setiap hari. Saat dia kembali ke rumah, Kaivan biasanya sedang membaca dokumen di ruang tamu atau belum kembali.Kedua orang ini tinggal di bawah atap yang sama, tetapi percakapan mereka tidak lebih dari lima kalimat dalam beberapa hari ini.Dulu, Adeline pasti tidak tahan dan akan berinisiatif mencari Kaivan untuk berdamai. Sekarang, dia merasa biasa-biasa saja dan sama sekali tidak sedih.Kaivan tentu menyadari bahwa setelah kepulangannya kali ini, sikap Adeline terhadapnya menjadi jauh lebih dingin. Adeline han

Suasana di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara dingin Kaivan berkata, "Adeline, kamu yang bilang mau putus sebulan lagi. Sekarang, yang meneleponku untuk putus tanpa alasan juga kamu. Bisa nggak kamu batasi kegilaanmu? Aku nggak punya waktu untuk bicara omong kosong denganmu sekarang. Kita bicara lagi habis aku pulang."Setelah itu, Kaivan langsung menutup telepon.Adeline meletakkan ponselnya dan langsung mengirim rekaman panggilannya dengan Lesya kepada Kaivan. Tentu saja, dia juga mengirimkannya kepada Prisa.Setelah mengirim rekaman panggilan itu, Adeline menelepon pihak penyelenggara pernikahan. "Halo, aku Adeline Thomas. Sebelumnya, aku ada pesan tempat pernikahan dari perusahaanmu. Tolong bantu aku batalkan semuanya."Hening sejenak di ujung telepon, lalu terdengar suara staf bertanya, "Bu Adeline, kamu yakin mau batalkan tempat pernikahan yang kamu pesan sebelumnya?"Ujung jari Adeline yang memegang telepon sedikit mengerat, tetapi tidak terdengar emosi dalam s

"Nggak apa-apa, posting saja."Lesya menahan rasa gembira di hatinya dan menunduk sambil berkata, "O ... oke."Kaivan tersenyum, tetapi matanya berkilat dingin. Berhubung Adeline bersikeras membuat masalah, dia tidak keberatan memberi tahu Adeline bahwa kata "putus" sama sekali bukanlah ancaman baginya....Adeline tidur sangat lama dan nyenyak. Ketika dia bangun, waktu sudah menunjukkan lewat pukul delapan malam. Dia pun bangun, mandi, berganti pakaian, lalu bersiap untuk jalan-jalan sekaligus mencari makan.Pemandangan malam Maldiva sangat indah. Langit malam yang bertaburan bintang terlihat bagaikan serpihan berlian. Cahaya gemerlapnya terpantul dari permukaan laut.Pasir pantai yang lembut terasa seperti karpet beludru yang lembut dan nyaman. Ombak pelan yang menggulung menyapu pantai, lalu perlahan surut dan meninggalkan jejak indah layaknya renda.Angin laut yang segar berembus menerpa wajahnya dan membuat sudut bibir Adeline tanpa sadar sedikit terangkat. Suasana hatinya yang s

Adeline menggigit bibirnya, lalu menatap Nathan sambil berkata, "Hari ini, kamu sudah selamatkan aku dan mengantarku pulang. Besok kamu ada waktu? Aku mau traktir kamu makan.""Kalau besok, aku nggak punya waktu. Aku akan tinggalkan Maldiva dengan penerbangan besok pagi. Tapi, sekarang aku juga kerja di Kota Senara. Kita bisa saling tukar informasi kontak dulu. Habis kamu pulang, kamu boleh mentraktirku makan."Adeline agak terkejut. "Kok kamu tahu aku kerja di Kota Senara?"Nathan terkekeh. "Adeline Thomas itu seorang pengacara perceraian yang terkenal. Mana mungkin aku nggak tahu."Adeline pun terdiam. Apa dia seterkenal itu?Tepat ketika dia terdiam, Nathan sudah mengeluarkan ponselnya. "Aku yang memindaimu?""Oke."Setelah keduanya menambah kontak LINE satu sama lain, Nathan melambaikan tangan pada Adeline dan berjalan pergi. Sosok jangkung itu perlahan-lahan menghilang di kegelapan malam dan tidak terlihat lagi.Selama seminggu berikutnya, Adeline melakukan semua hal yang dulu per

Adeline mengerutkan bibirnya. Kaivan tidak pernah mengizinkannya pergi ke tempat-tempat seperti bar dan klub sebelumnya. Ketika baru lulus kuliah, dia pernah diam-diam pergi bersama Carissa karena penasaran. Tak lama setelah mereka duduk, Kaivan pun datang dan menyeretnya keluar dari bar.Saat itu, Kaivan sangat marah. Apa yang dia katakan saat itu? Dia bilang bar itu berbahaya, apalagi Adeline begitu cantik dan mudah diincar orang jahat. Dia takut terjadi sesuatu pada Adeline.Adeline tidak menganggap bar seberbahaya itu. Namun, agar Kaivan tidak khawatir, dia tidak pernah ke bar atau pub lagi. Jika dipikir-pikir lagi, saat itu dia begitu bodoh sampai-sampai harus berkompromi pada hal sekecil ini.Setelah memikirkan hal itu, Adeline menarik napas dalam-dalam dan menatap Carissa. "Ayo pergi!""Begitu dong! Ayo pergi! Malam ini, aku akan ajak kamu melihat dunia yang penuh warna ini! Aku jamin kamu akan sangat bahagia sampai kamu melupakan orang bermarga Liangga itu!"Keduanya masuk ke m