"Aku malu, Pa. Malu!" ulang Raline, suaranya bergetar menahan tangis. "Mau ditaruh di mana mukaku ini? Aku jadi bahan olok-olokan di kampus! Huh!" Profesor Bima menatap putrinya dengan tatapan dingin, tidak ada simpati. "Ya kamu sih deketin Damarnya kelewatan! Kok malah nyalahin orang!" tegur Profesor Bima tajam. Raline terlonjak kaget. Ia bangkit dari sofa dan memberengut kesal. "Loh, Papa setuju, kok, awalnya? Papa bilang dia orang penting, Papa suruh aku urus apa apa dengannya, kok sekarang nyalahin aku?" "Papa kan sudah bilang, Damar punya istri! Dekat boleh, tapi jangan keterlaluan," bantah Profesor Bima, nadanya meninggi meskipun fisiknya lemah. "Siapa yang salah? Ya kamu! Kamu yang nekat dekati dia padahal Papa sudah memperingatkan. Kamu seharusnya tahu batasan! Lagian, sejak awal papa tahu kamu suka dengannya." Kali ini, Raline menatap papanya kesal, merasa dikhianati dan tidak didukung. "Bukannya didukung, ini malah disalahkan." Kini, ia membuang pandangan ke jendela, me
Terakhir Diperbarui : 2025-10-20 Baca selengkapnya