Kata-kata itu menggantung di antara kami, berat dan bermakna. Suasana di dalam mobil terasa sesak oleh ketegangan yang mengalir. Adriel tidak menjauh dan justru makin dekat. Aku bisa merasakan napasnya, melihat jelas setiap garis di wajahnya, bayangan tipis rambut di rahangnya, cahaya tajam di matanya, dan bibirnya yang masih basah setelah kami berciuman.Ada momen singkat, momen indah yang membuatku berani berharap dan di mana aku sungguh percaya dia akan mengatakan ya. Bahwa kami akan keluar dari mobil bersama, berjalan masuk ke rumah dengan tangan saling menggenggam, dan mungkin, hanya mungkin... memulai sesuatu yang sungguhan, sesuatu yang jadi milik kami berdua.Tangannya menyentuh pipiku, begitu lembut sampai terasa menyesakkan. Tatapan di matanya berbeda dari apa pun yang pernah kulihat, begitu rentan, seolah dia menatapku dengan perhatian yang bahkan aku sendiri sulit jelaskan."Vivian..." Namaku keluar dari bibirnya seperti bisikan. "Aku ingin... lebih dari yang bisa kamu baya
Read more