Warning 21+!"Tolong aku. Aku mohon tolong aku, Tuan." Zeta tak bisa menahan rasa sakit dan panas yang sudah merajai tubuh mungilnya."Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Sayang?" Seorang pria tampan bermata biru gelap yang indah membalas tatapan memelas Zeta."Lepaskan aku dari siksaan ini. Tiduri aku!"***Jack Olivander Jeffrod tak bisa melupakan malam yang dia habiskan bersama seorang perempuan yang tak Jack kenal namanya. Padahal dia sudah sering tidur dengan banyak sekali perempuan, namun perempuan ini berbeda karena hanya dia yang bisa membuat junior Jack turn on kembali."Aku harus memilikinya. Dan hanya aku yang boleh menyentuhnya," tandas Jack dipenuhi hasrat yang bergelora.***
View MoreGemerlap malam dihiasi oleh lampu disko yang berwarna-warni dan dengan dentuman musik yang mengiringinya, tak membuat seorang perempuan yang sedari tadi membenamkan wajahnya setelah menenggak habis segelas whiski kembali bergerak.
Perempuan itu adalah Zeta Primrose Cydney. Ini merupakan kali pertamanya menginjakkan kaki di sebuah club malam karena ajakan sahabatnya, Sena.
Sialnya, Zeta tak tahu apa yang baru saja ia minum sehingga tubuhnya bereaksi aneh. Ada sesuatu yang menjalari tubuhnya. Rasanya panas dan hasrat birahinya bergejolak. Tangannya menekan bagian intinya yang sudah berdenyut-denyut, ingin dimasuki. Zeta tak berhenti memberikan sapuan ke tubuhnya yang mulai bergetar.
"Ah... Ah..." Zeta belum puas jika hanya menekannya. Ia perlu seseorang. Bertepatan dengan itu, tangan Zeta tak sengaja mengibas lengan seorang pria yang melewatinya.
Zeta tak mau menyia-nyiakan hal ini. Ia harus segera bertindak agar terbebas dari siksaan ini. Walau, artinya ia juga harus merelakan keperawanannya diambil oleh seseorang yang tak ia kenal.
Seorang pria jangkung dan gagah. Matanya biru gelap seperti indahnya pemandangan laut di malam hari itu membalas tatapan memelas Zeta. Mata indah itu, Zeta ingin memasukinya lebih dalam lagi. Namun, sang pria tak mengizinkannya.
Pria itu menepis tangan Zeta dengan sekali hentakan. Tatapannya tak acuh pada Zeta, seakan sudah muak melihat perempuan yang menggodanya seharian ini. Tapi, Zeta terlihat berbeda. Wajah polos Zeta seolah menghipnosis, badan Jack ikut merespon apalagi juniornya.
"Apa maumu, Sayang?" tanya pria itu akhirnya. Suaranya serak, dalam, dan sangat sensual. Zeta merasakan bagian bawahnya itu berdenyut kembali. Bahkan ketika kulit lembutnya bersentuhan dengan kulit pria asing itu, rasanya bulu kuduknya berdiri semua, ia jadi ingin lebih, tidak sekadar sentuhan kulit saja.
"Tolong aku. Aku mohon, Tuan," pinta Zeta dengan mata yang berkaca-kaca serta tubuhnya bergetar hebat. Peluh mulai menghiasi wajahnya yang cantik.
Si pria menelan ludahnya dengan susah payah. Mungkin, kalau ia tidak sedang kelelahan dan tidak tergesa-gesa, pasti ia sudah menyerang perempuan itu di sini sekarang juga.
"Tolong aku," pinta Zeta kembali. Ia meraih tangan si pria dan menangis. Ia sudah tidak kuat, ia kesakitan.
Si pria mengernyit, ia mengamati Zeta dari atas sampai bawah dengan penuh kritik. Ada yang tak beres dari perempuan itu. Ah... Ia baru sadar, kalau perempuan di depannya berada di bawah pengaruh obat perangsang. Sial!
Si pria menoleh ke kanan dan kirinya, sedang memastikan sesuatu. Ia lalu kembali menatap Zeta yang sekarang bergerak gelisah di kursi yang diduduki.
"Jadi, apa yang bisa kubantu, Sayang?" tanya si pria dengan nada yang semakin menggoda, membuat urat Zeta semakin menegang.
Zeta tersenyum. "Bantu aku lepas dari rasa sakit ini. Tiduri aku, Tuan," rintihnya seraya menunjuk ke arah bagian bawahnya. Ia memakai dress mini sehingga di saat ia menunjuk ke bagian sensitifnya, si pria bisa melihat kalau bagian sana sudah basah.
"Baiklah. Aku akan memuaskanmu malam ini." Si pria mengangguk paham. "Kau akan menikmati permainanku."
"Terimakasih, Tuan."
Pria itu segera memberikan isyarat kepada pria lain yang sedari tadi berdiam diri di belakangnya, menyuruh untuk segera menyiapkan mobil.
Jack Olivander Jeffrod menatap perempuan itu sekali lagi, seketika juniornya mengeras.
"Ckk... Sial," runtuk Jack sembari membawa Zeta ke dalam gendongannya.
Dalam beberapa menit saja, mobil yang ditumpangi Jack sudah sampai di sebuah gedung besar dan mewah. Tak perlu lama untuk Jack mencapai pentahouse miliknya yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari club yang ia datangi tadi.
Jack merenggut tubuh Zeta ke dalam pelukannya sambil berdesis, "Mari kita lihat sampai mana jalang ini bisa bertahan." Jack menghiasi wajah tampannya dengan seringaian yang serupa senyum iblis.
Pria yang memegang kendali setir hanya bisa melihat Jack memeluk dan mencium perempuan di jok belakamg dari kaca yang menempel di atasnya.
"Ehemm..." Sang pria berdehem, mengingatkan Jack untuk segera bergegas. Selama bertahun-tahun ia bekerja di bawah naungan perusahaan Baron yang dipimpin oleh Jack sendiri, ia hafal betul kalau tuannya itu sudah tak bisa menahan diri untuk segera mencicipi tubuh perempuan itu. Bahkan, lima perempuan tak membuat Jack terpuaskan. Pria itu selalu ingin lagi dan lagi.
Jack mengerti arti deheman Aiden, pengawal pribadi sekaligus orang kepercayaannya itu.
Jack melesat menuju ke pentahouse mewah miliknya yang terdapat di lantai teratas gedung Jequlin. Gedung berarsitektur seni yang tinggi, bahkan untuk setiap inci hiasan yang terukir di batu dinding itu didatangkan langsung dari Roma. Bisa dibayangkan betapa indah dan megahnya gedung ini.
Jack telah sampai ke pintu pentahousenya setelah melewati beberapa lantai dengan lift. Bahu kekarnya mendorong pintu sampai terbuka lebar. Tangannya yang kokoh membawa tubuh Zeta ke atas kasur dengan kasar.
"Arghhh..." Zeta mengaduh kesakitan saat punggungnya terhempas di atas kasur, meskipun kasur tersebut sangat empuk, tapi tetap saja membuatnya terkejut setelah tadi Zeta sempat tertidur sebentar.
"Kau cantik juga, Sayang." Jack menyambar bibir Zeta dengan rakus.
Sementara itu Zeta yang masih terpengaruh obat perangsang yang sangat kuat tak segan-segan membalas ciuman Jack yang semakin membuatnya menggelinjang liar. Ia ingin lebih.
"Masuklah, Tuan." Zeta melebarkan kedua kakinya, memperlihatkan bagian sensitifnya tepat di depan wajah Jack.
"Ah, bukannya kita perlu pemanasan dulu, Sayang." Jack membelai wajah Zeta lembut, dan menariknya mendekat. Jack mulai mempermainkan tubuh Zeta, sampai keduanya bersatu di bawah gelapnya malam yang hanya berhiaskan lampu yang menyala remang-remang.
"Shit! Kau masih virgin, dan lihatlah milikku bisa berdiri tegak!" pekik Jack terus menghujam Zeta tanpa ampun, melepaskan semua cairan kenikmatan di luar, karena Jack tak mau terikat oleh perempuan mana pun hanya karena perempuan tersebut mengandung anaknya.
-To Be Continued-
Zeta dan Jack baru saja keluar dari gedung megah Grands Magasins di kota Paris. Zeta sama sekali tak menyurutkan senyumnya sedari tadi, membuat Jack ikut mengulas senyum melihatnya. "Kau terlihat sangat senang, Zeta. Setelah ini kita mau ke mana?" Jack melirik Zeta sebelum masuk ke taksi yang ia sewa untuk berkeliling kota Paris. "Tentu saja aku senang, Jack. Hari ini aku sudah mengunjungi banyak sekali tempat yang menakjubkan." Zeta menunjuk ke arah kedua tangannya yang membawa dua kantong belanja berisi parfum dan pakaian bermerk yang tadi Jack belikan untuknya. Zeta menarik napas. "Lebih baik setelah ini kita kembali ke hotel. Badanku sudah lelah, Jack. Tapi, sebelumnya aku ingin beli buket bunga," ucap Zeta dengan mata berkedip penuh harap. "Baiklah." Jack mengangguk paham. Ia dan Zeta masuk ke taksi yang segera membawanya ke sebuah toko bunga yang letaknya tak jauh dari lokasi hotel yang mereka inapi. Di dalam taksi, Zeta meletakkan kepal
"Sepertinya kota Paris bagus, Dad. Sekalian aku dan Zeta akan honeymoon kedua di kota romantis itu." Jack menaik turunkan alisnya. Ia tersenyum penuh arti kepada Zeta."Jack, kita kan sudah honeymoon. Masa mau honeymoon lagi?" Zeta bergeleng, menolak ide Jack tersebut.Edwin mengamati Jack dan Zeta bergantian. "Baiklah. Aku akan membelikan dua tiket ke Paris untuk besok.""Apa besok, Om. Eh... Dad?" Zeta terbelalak tak percaya. Ia semakin keras bergeleng."Thanks, Dad." Jack menyela, ia merangkul pundak Zeta dan mengulas senyum manis kepada Edwin.*Aiden menatap bangunan besar yang berdiri angkuh di depannya. Ia tak berpikir panjang lagi dan memilih untuk menggerakkan kaki memasuki gedung tersebut.Kedatangan Aiden disambut oleh para staf yang menjaga rumah sakit jiwa, di mana Lisa sedang dirawat. Terlihat ada beberapa perawat berlarian menuju ke pintu ruangan yang tertutup."Ada yang bisa say
"Kau mau ikut, Merry?" Edwin berdiri lalu menghampiri Merry yang bersedekap di depannya."Tidak. Kau saja yang pergi." Merry membalas dengan acuh tak acuh."Kau tidak mau melihat cucumu? Kau tidak penasaran seperti apa rupanya?" Edwin menyentuh pelan kedua pundak Merry.Merry bergeleng. "Tidak.""Hmmm... Kau berubahlah, Merry. Kau jangan terus menaruh rasa bencimu itu kepada Jack, apalagi kepada cucumu yang baru saja lahir. Dia tidak tahu apa-apa. Ya... Meski kau begitu, karena merasa tertekan sejak kau melahirkan Jack sampai sekarang. Tapi, Jack juga darah dagingmu. Berhentilah membencinya, Merry." Edwin menatap Merry dengan sendu.Merry terbungkam oleh perkataan Edwin. Sejak kapan pria itu berubah? Merry merasa Edwin kembali seperti masa mudanya, ketika mereka masih berpacaran dulu. Edwin begitu peduli, dan ucapannya selalu meneduhkan. Sosok Edwin itu telah tenggelam lama dalam ambisius pria itu yang ingin mendirikan perusahaan besar, sampa
Jack menggendong Max kecil, berusaha untuk menenangkannya. Ia lalu membaringkan Max ke atas ranjang yang kemudian diperiksa oleh dokter sebelum bayi tersebut diperbolehkan pulang.Zeta yang ada di sisinya menatap Jack. Ia baru saja diperiksa dan keadaannya baik. Maka, besok pagi ia sudah diizinkan meninggalkan rumah sakit."Jack..." panggil Zeta yang langsung ditanggapi oleh senyuman lembut Jack."Apa Zeta?" Jack bergerak mendekati Zeta. Ia membawa dirinya untuk berdiri tepat di sisi Zeta."Besok aku sudah diperbolehkan pulang, Jack. Tinggal menunggu Max selesai diperiksa." Zeta menyentuh punggung tangan Jack yang dipakai pria itu untuk menyangga tubuhnya di tepi ranjang, sementara wajahnya mencondong pada Zeta.Jack mengangguk mengerti. "Jadi, apa kau ingin membuat pesta kecil untuk menyambut bayi kita? Pesta baby newborn?"Zeta beralih memandang langit-langit ruangan seraya berpikir sejenak. "Sepertinya, boleh juga, Jack. Harus ada h
"Tuan..." Aiden menunduk pelan di depan Edwin. Ia lalu menegakkan kembali kepalanya, menanti ucapan apa yang akan Edwin lontarkan ketika dirinya kedapatan hendak meninggalkan kantor tanpa izin.Edwin mengamati Aiden dengan alis terangkat satu. "Kau mau ke mana, Aiden?"Aiden tidak langsung membalas pertanyaan Edwin tersebut. Ia mencoba mencari jawaban lain, namun tak kunjung dapat. Maka, ia berucap jujur. "Saya hendak ke rumah sakit untuk menegok Tuan Jack dan Nona Zeta."Edwin melipat kedua tangannya di depan dada. "Zeta sudah melahirkan?"."Sepertinya belum, Tuan. Maka dari itu saya hendak ke sana untuk mencari tahu karena... Tuan Jack sulit untuk saya hubungi." Aiden nyaris keceplosan. Ia tadi hampir saja mengatakan kalau Jack tak memperbolehkannya ke rumah sakit. Kalau saja ia sampai berkata demikian, ia tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan pria paruh baya di depannya.Edwin hanya mengangguk. Ia berbalik, berderap meninggalkan Ai
Sembilan bulan telah berlalu, semenjak kematian Max. Jack kini meluangkan banyak waktunya untuk menemani Zeta. Ia tak pernah jenak jika harus meninggalkan Zeta sendirian, bahkan untuk bekerja. Pikirannya akan dipenuhi Zeta dan itu membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.Untung saja, Edwin memaklumi itu, bahkan dirinya ikut membantu mengelola Baron group sehingga pekerjaan Jack jadi tidak terlampau berat. Entah kenapa, sejak kematian Max semua telah berubah.*Jack duduk di tepi ranjang, ia mengulurkan tangan untuk memberikan sapuan lembut kepada Zeta yang terbaring di sisinya. Perempuan itu tersenyum padanya.Zeta sudah memasuki usia kandungan sembilan bulan. Perutnya sudah buncit dan jika menurut prediksi dokter, ia akan melahirkan di waktu dekat ini."Jack, kau tidak bekerja lagi hari ini?" Zeta mendongak dengan alis yang tertaut.Jack menggeleng. "Tidak. Aku ingin menemanimu terus, Zeta," tekan Jack seraya mengulas senyum lembut
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments