Alan adalah seorang wanita nerd yang dijodohkan oleh ayah angkatnya dengan seorang CEO tampan bernama Gavin Wildberg. Pernikahannya yang dilandasi perjodohan tak membuatnya bahagia karena sikap Gavin yang arogan, dan diam-diam laki-laki itu memiliki affair dengan adik angkatnya Luna Wellington. Penderitaan Alan tak sampai disitu, dia dipakasa bercerai dengan Gavin Oleh Nyonya Wildberg, ibu Gavin, karena Luna ternyata mengandung anak dari Gavin. Namun, kisah itu belum berakhir. Alan pergi dan keluarga kandungnya menemukannya. Hidup Alan berubah, dia bukan lagi seorang wanita nerd, beberapa tahun merubah hidupnya. Sekarang dia berubah menjadi seorang pewaris tahta dan dia akan kembali untuk menuntut balas.
View More"Penampilanmu terlihat baik, temani aku satu malam, sebutkan berapa hargamu?" Lyria menatap pria berpenampilan rapi di depannya.
Dia tidak yakin apakah pria itu seorang gigolo atau tidak, dia hanya mencoba keberuntungannya. Jika pria itu bukan gigolo maka dia akan menawarkan dirinya sebagai kencan satu malam. Dan jika pria itu tidak tertarik padanya maka dia hanya perlu mencari pria lain.
Di club malam seperti ini sangat mudah untuk menemukan teman kencan.
"Mari bicarakan harga setelah Anda menerima pelayanan dari saya." Axelsev menerima tawaran dari Lyria.
Lyria lega karena ternyata dia benar. "Ayo memesan kamar."
Club malam itu terletak di sebuah bangunan hotel, jadi mereka tidak perlu pergi jauh untuk mencari tempat bermalam.
Axelsev tersenyum kecil. "Ya, tentu saja."
Segera dua orang itu meninggalkan club malam dan berpindah ke sebuah kamar presidensial.
Lyria tidak memiliki cukup banyak uang, tapi uangnya masih cukup untuk memesan kamar dan membayar pria yang saat ini bersamanya.
"Dari mana kita harus memulai, Nona?" Axelsev bertanya dengan santai.
"Aku akan mandi terlebih dahulu." Lyria membalas tenang. Dia telah sangat bertekad malam ini, oleh sebab itu dia tidak gugup atau ragu sama sekali.
"Kalau begitu silahkan." Axelsev membiarkan Lyria mandi.
Saat Lyria sudah berada di kamar mandi, Axelsev mengeluarkan ponselnya. Dia menghubungi asistennya.
"Aku memiliki sesuatu yang mendesak, kau urus kerja sama dengan Tuan Dormund."
Usai mengatakan kalimat memerintah itu, Axelsev memutuskan panggilan. Tatapan matanya terarah ke kamar mandi. Senyum tampak di wajah pria tampan itu.
"Wanita yang menarik." Axelsev bergumam kecil.
Beberapa saat kemudian Lyria keluar hanya dengan memakai handuk di tubuhnya.
"Giliranmu untuk mandi," seru Lyria.
"Baik, Nona." Axelsev pergi ke kamar mandi, pria itu melepas semua pakaiannya dan membiarkan air hangat membasahi tubuhnya.
Dia selesai dalam beberapa menit kemudian. Pria itu keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya.
Otot-otot perutnya terlihat sangat kokoh. Pria ini memiliki tubuh yang sangat bagus, pikir Lyria.
Melihat Lyria yang tampak senang melihat tubuhnya, Axelsev membuka handuk yang ia kenakan sehingga bagian bawah tubuhnya terlihat dengan baik.
Lyria sedikit malu, telinganya kini memerah, tapi dia tidak memalingkan wajahnya.
Melakukan hal yang sama Lyria juga melepaskan handuknya. Wanita itu bergerak ke arah Axelsev.
"Kau memiliki tubuh yang bagus," puji Lyria.
Axelsev tersenyum ringan. "Anda juga memiliki tubuh yang bagus, Nona." Dan ia sangat menyukainya.
Lyria memulai duluan dengan mencium bibir Axelsev, lidah keduanya saling membelai satu sama lain.
Lyria memuji keterampilan berciuman Axelsev. Itu benar-benar memuaskan.
Kesenangan keduanya kemudian berlanjut. Suara indah bercampur dengan erangan kasar.
Kedua tangan Lyria meremas sprei, tubuhnya bergerak sesuai dengan hentakan Axelsev.
Setelah satu sesi panjang Lyria mencapai klimaksnya, disusul dengan Axelsev beberapa saat kemudian.
"Ayo lakukan satu kali lagi." Lyria merasa sangat bergairah dengan pengalaman pertama kalinya, setelah malam ini dia mungkin tidak akan bertemu dengan gigolo di atasnya lagi.
"Sesuai keinginan Anda, Nona." Axelsev kembali membuat Lyria menjerit senang.
Malam itu tidak hanya berakhir dengan dua sesi panjang saja, tapi tiga sesi.
Gavin kembali ke rumah dengan hati hancur. Nyatanya ia tak bisa lagi memiliki kesempatan untuk bersama kembali dengan Alan.Ia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, matanya menerawang ke atas langit-langit apartemen kecil, yang ia sewa setelah rumah mewahnya ia jual untuk menutup hutang puluhan juta dollar di bank, akibat perusahaan milik sang ayah pailit."Apa yang kau lakukan di sini, huh!" seru Grifida. Wanita itu datang dengan pakaian berkabung, membuat Gavin langsung bangkit."Mama, kau dari mana? Kenapa memakai pakaian berkabung? Siapa yang meninggal?" tanyanya. Grifida tak menunjukkan raut sedih sama sekali. Justru binar bahagia terpancar di wajahnya yang mulai keriput,0 akibat tak pernah melakukan perawatan wajah."Kau tahu, beban hidupku kini telah menghilang. Akhirnya wanita ular itu mati bersama anaknya yang cacat."Mata biru Gavin langsung mendelik mendengar perkataan sang Ibu. "Apa maksud, Mama?""Kau tahu maksudku, Gavin. Wanita ular itu, alias mantan istrimu, Aluna Welingt
Gavin menarik lidah Alan untuk bergulat hanya sebentar. Sementara tangannya bergerak lihai memelintir pucuk dua bongkahan kembar milik Alan yang mencuat karena terangsang. Memaksa Alan untuk mendesah nikmat di bawah kungkungan sang mantan.Terdengar kecupan penuh nafsu, dan gairah malam yang mereka gumamkan. Sedotan akan bibir tipis yang mendominasi, membuat Alan tak berdaya. Tubuhnya seperti tersengat aliran listrik, setiap lelaki di atasnya memberikan sentuhan yang tak pernah ia dapatkan selama ini."Eung...," lenguh Alan mendongak. Merasakan perutnya tergelitik, saat lidah Gavin bermain di area tubuh atasnya. Mengulum secara lambat, yang membuat Alan meremas surai hitam sang mantan suami.Gavin yang sejak tadi menyentuh tubuhnya, merasakan sesuatu yang tak bisa ia gambarkan. Sebuah perasaan sakit akan apa yang telah ia lakukan sekarang."Kita pindah kamar, ya?" ucap Gavin sembari menarik diri, saat ia kembali mengecup bibir Alan yang terbuka, dan menatap kedua maniknya meminta pers
"Alan apa yang kau lakukan?"Bukannya berhenti Alan justru melepas semua atribut yang menempel di tubuhnya. Hingga tubuh putih itu polos tanpa sehelai benang pun. "Kenapa kau diam saja, bukanlah kau menginginkan tubuhku, berengsek!" Alan berteriak. "Tidak."Alan tertawa nyaring, mengabaikan rasa malunya di depan Gavin. Ia melangkah maju mendekati sang mantan suami yang duduk dia tas sofa. "Apa kau sekarang telah berubah menjadi pria baik-baik, oh astaga. Ini mencengangkan sekali. Tapi mana mungkin kau bisa menolakku."Gavin susah payah menelan ludahnya gugup. Segala pikiran kotor ingin ia singkirkan, namun ia kalah dengan tubuh Alan yang menggoda. "Shit!" umpatnya, kala miliknya di bawah sana mengaum ingin dibebaskan. "Lakukan dengan cepat, dan aku tak ingin membuang waktu berhargaku, sialan!" umpat Alan tak kalah sarkas."Kenapa kau melakukan ini, Alan?""Kau tidak perlu bertanya."Bukannya langsung memenuhi keinginan Alan, Gavin justru menarik tubuh polos sang istri dalam pelu
Lelaki itu turun dari dalam mobil tepat di depan hotel yang Alan tunjuk untuk pertemuan mereka malam ini. Dia mengamati hotel berbintang lima yang begitu mewah di pusat kota Edlen. Gavin lalu buru-buru kembali masuk ke dalam mobil, dan mengendari kendaraan roda empat tersebut menuju basemen."Apa benar ini tempatnya, ya?" gumam Gavin seorang diri. Ia berjalan masuk ke dalam lobi hotel setelahnya. "Selamat malam, ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya sang resepsionis. "Nyonya Alanair Smitt, saya ingin bertemu dengannya."Resepsionis bernama Alexa itu tersenyum, ia meminta Gavin untuk menunggu, mencari data Alan di layar monitor."Nyonya Smitt menginap di kamar tiga ratus tujuh."Gavin mengangguk, lalu bergegas menuju lift yang akan mengantarkan dia ke lantai 3 tempat Alan menginap.Hatinya berdebar tak karuan, padahal hanya 10 menit ketika ia turun di lantai 3, namun rasanya sudah berabad-abad. Ia berharap malam ini Alan memberinya maaf, ia tak berharap banyak untuk kembali pada wa
"Aku turut berduka cita atas meninggalnya Ayahmu, Gav." Greg menepuk pundaknya dengan pelan, dan lelaki bermarga Wildberg itu hanya mengangguk lesu."Aku tahu itu berat bagimu, Gav. Tetapi cobalah relakan Ayahmu. Dengan begini, Tuan Wildberg tak lagi merasakan sakit. Dia sudah bahagia di atas sana."Gavin menghembuskan napas pelan, sebelum mengalihkan atensinya pada sosok Greg Martin yang berdiri di belakang tubuhnya. Ia memutar kursi, hingga kini ia tepat menghadap lelaki bermata biru tersebut. "Ini bukan soal Ayahku, Greg.""Lalu.""Ibuku tahu jika Alanair Smitt adalah mantan istriku, kau tahu apa yang Ibuku katakan?"Greg menaikan satu alisnya. Tetapi ia sudah tahu jawabannya, bahkan ketika ia tak perlu bertanya pada sahabatnya itu. "Ibumu menyuruh kau kembali pada Nona Smitt, right."Gavin mengangguk pelan. "Bahkan, tanpa aku menjawabnya kau sudah tahu apa jawabannya.""Maaf, tapi karena itu mudah sekali tertebak ketika kau sering menceritakan sikap Ibumu. Sekarang terserah kau s
"Dia Alanair Wellington, istriku dan bocah kecil itu adalah putraku, putraku dengan Alan." Gavin mengatakan dengan gamblang. Alan melotot, begitupula dengan Grifida, wanita itu menatapnya tak percaya. Grifia membekap bibirnya dengan telapak tangan. Dia tertawa miris dengan apa yang ia dengar di telinganya saat ini. "Bohong, kau pasti bohong. Mana mungkin dia adalah si jelek Alanair Welington?"Alan mendengus malas. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Sejak dulu, kau tak pernah berubah, ya, Nyonya Wildberg?""Karena aku percaya kau bukan Alanair, mana mungkin." Grifida masih bersikukuh."Karena Anda takut, bukan begitu. Anda takut mengakui saya sebagai Alanair Welington, Anda takut dengan kesalahan dan dosa Anda di masa lalu, Nyonya." Alan tertawa sinis, membuat wajah Grifida pucat pasi.Wanita itu memundurkan langkah. Mungkin Alan benar, dia takut dengan dosa masa lalunya. Dosanya yang telah mencampakkan menantunya yang polos, dan bahkan berhati mulia. Justru dia memelihara
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments