My Chilly Fiance

My Chilly Fiance

Oleh:  Akarihikarii  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
11 Peringkat
18Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hanna tak pernah merasakan kebebasan apapun dalam hidupnya, apalagi setelah jodohnya ditentukan dari wasiat almarhum sang ayah. Dengan berat hati, ia pun harus rela bertunangan dengan Solar, seorang calon pewaris perusahaan ternama se-Asia. Awalnya, ia berpikir kalau Solar hanyalah lelaki dingin yang irit bicara, tidak pernah tersenyum, dan workholic. Namun semakin lama bersamanya, Hanna menyadari bahwa Solar menyimpan banyak luka di balik topeng dinginnya, terlebih setelah terungkap sebuah fakta bahwa Solar adalah saudara tiri dari Aufan, sahabatnya. Namun, ketika ibunya membebaskan Hanna memilih untuk melepas atau melanjutkan pertunangan ini, pilihan apa yang akan Hanna pilih? Apakah pertunangan mereka akan berakhir begitu saja? Mampukah mereka merajut asmara hingga hari pernikahan tiba?

Lihat lebih banyak
My Chilly Fiance Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zila Aicha
aku suka cara penggambaran tokohnya. kuat. author nya bisa menjabarkannya dengan cerdas. keren thor..
2021-09-10 17:05:28
1
user avatar
Habbi Fillah
Suka gak suka, perjodohan di jaman ( yg katanya ) modern itu masih ada, aku suka tema cerita seperti ini, ditunggu bab berikutnya kaka.
2021-07-17 18:48:14
1
user avatar
NurNur
Wah, karakter-karakternya menarik. Emaknya licik deh. Kesan pertama ketemu Solar bikin orang serba salah 😆
2021-07-17 17:20:43
1
default avatar
windaore
Ceritanya unik. Apalagi nama tokoh nya 'Solar' hehehe.. mantap Thor. Sukses terus Thor ...
2021-07-15 17:02:44
1
user avatar
indie
Ceritanya menarik Lanjut thor
2021-07-15 14:49:00
1
user avatar
SNYX
Hanna dalam bahasa Albania artinya bulan. Terus ada Solar. Wah, bau-bau mereka jodoh. Semangat terus nulisnya ka!
2021-07-15 10:41:17
2
user avatar
Wynaatlyn
Aku suka sama bahasanya😋
2021-07-15 09:34:32
1
user avatar
tuanputri
ceritanya bikin deg deg ser nih Thor. ditunggu lanjutannya yaaa🌹🌹
2021-07-10 19:54:40
1
user avatar
sarahAnderson
bahasanya ringan beud, bacanya jd asik. tinggal tingkatkan narasinya biar ngalir ya Thor👍👍👍
2021-07-10 19:51:02
1
user avatar
youarestarsx
bagus ceritanya, nextt semangat nulisnya!
2021-07-09 20:50:54
1
user avatar
Arsenerka
Lanjutkan thor
2021-07-09 14:17:49
1
18 Bab
Bab 1 : Wasiat Sang Ayah
“APA? TUNANGAN!?”Hanna hampir saja melotot, jika tidak ingat wanita di depan ini adalah ibu yang telah membesarkannya selama ini. Begitu mendapat isyarat mata dari sang ibu, Hanna kembali menyandarkan punggungnya di bangku meja makan dengan berat hati.“Iya, tunangan, Nak. Maafkan ibu yang baru memberitahumu sekarang. Soalnya, ini wasiat dari almarhum ayahmu.”Hanna menghela napas panjang dan memijat keningnya yang seketika pening. Daging panggang di depannya tak lagi menggugah selera. Diliriknya sang ibu yang kembali memakan steak ayam dengan elegan, tak terlihat raut bersalah sedikit pun di sana.  Pantas saja ibunya mengajaknya ke suatu restoran mewah tanpa mengajak kedua adiknya—sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh ibunya selama ini. Apalagi sampai memesan daging panggang kesukaannya yang lumayan mahal.Sekarang semua logis. Ternyata, ibunya menginginkan dirinya untuk bertunangan dengan seseorang yang te
Baca selengkapnya
Bab 2 : Namanya Solar
Semuanya terjadi begitu cepat. Hanya dalam satu jam, ibunya mengungkapkan masalah perjodohan Hanna dengan seorang lelaki mapan, calon penerus perusahaan ternama. Lalu sekarang, tiba-tiba saja lelaki yang dimaksud sang ibu telah datang dan duduk di depan Hanna.Hanna sampai bengong karena otaknya yang biasanya cerdas ini tiba-tiba terasa begitu sulit untuk menangkap apa yang tengah terjadi.“Nah, ini yang tadi Ibu bilang ke kamu, Hanna. Namanya Solar Alexandre, calon tunangan kamu,” ucap sang ibu sambil mempersilahkan lelaki itu untuk duduk. “Nah, sekarang ibu tinggal dulu, ya. Kalian bisa kenalan dulu atau ngobrol dulu. Oke?”“Baik, Tante. Terima kasih, ya.”Hanna mendelik pada lelaki di depannya yang tengah tersenyum sopan. Kemudian ia beralih pada sang ibu yang hendak beranjak pergi. Bibirnya kembali terbuka, tidak bisa menyembunyikan perasaan cemasnya lebih lama lagi.Sungguh, Hanna tidak mau ditinggalkan di s
Baca selengkapnya
Bab 3 : Coba-coba, Katanya?
Hanna tahu kalau setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, tetapi ia masih tidak menyangka kalau hidupnya akan terus ditentukan oleh kedua orang tuanya, termasuk soal perjodohan.Setelah semua yang terjadi begitu mendadak hanya dalam beberapa jam, Hanna tidak bisa tidur semalaman. Benaknya terus mengulang kejadian di restauran layaknya kaset rusak. Ia tidak tahu bagaimana Solar memandangnya semalam, yang pasti ia hanya bisa berharap kalau tingkahnya enggak malu-maluin.Setelah mengantarnya semalam, Hanna tahu kalau Solar sempat berbincang sesuatu pada sang ibu, tetapi ia keburu masuk ke dalam kamar. Dan sekarang Hanna hanya bisa berharap kalau Solar tidak mengatakan hal yang aneh-aneh pada ibunya.Karena terus kepikiran, akhirnya Hanna baru bisa terlelap saat jam tiga subuh. Sialnya lagi, ia lupa kalau ada kelas pagi. Alhasil, ia melewatkan sarapannya dan hampir saja telat pada kelas si dosen killer nan pelit nilai, Pak Johan.“Duh, lapar
Baca selengkapnya
Bab 4 : Platonic
 Terkadang ada sesuatu yang tidak bisa Hanna jelaskan pada dua teman dekatnya ini tentang hidupnya. Bukan karena tidak percaya, melainkan karena ia tahu mana batasan yang harus diceritakan dan mana yang tidak. Karena terkadang, seseorang tak butuh nasihat, tetapi hanya butuh didengar.Hanna kembali melihat layar ponselnya setelah tertera nama “Aufan” di notice paling atas. [Tidak apa kalo kamu mau ke sini besok. Kondisiku sudah membaik. Kamu bisa bebas bercerita apapun besok.]Hanna tersenyum tipis dan hanya membalas pesan tersebut dengan stiker acungan jempol. Ia jadi tidak sabar bertemu dengan sang empunya nama.“Lagi senyum sama siapa?”Hanna terlonjak kaget, menyadari Solar yang telah menunggunya dari tadi. Buru-buru ia memasukkan ponsel ke dalam tasnya kemudian terkekeh canggung.“Bukan siapa-siapa. Ah, maaf ya aku lama. Kamu udah nunggu dari tadi?” tanya Hanna, berusaha merubah
Baca selengkapnya
Bab 5 : Aufan
Hanna menatap cemas pada ikon baterai di layar ponselnya yang menunjukkan angka 5%. Sebelum ponselnya benar-benar mati, ia harus mengirimkan pesan singkat pada Solar supaya tidak menjemputnya di kampus. Bisa gawat jika Solar menunggunya selama berjam-jam.[Solar, maaf aku lagi enggak di kampus sekarang. Kamu enggak perlu repot-repot menjemputku. Lalu, bateraiku tinggal 5% jadi aku enggak bisa menghubungi kamu nanti. Maaf, ya.]Setelah mengirimkan pesan tersebut, ponselnya benar-benar mati. Hanna pun merutuki dirinya yang ceroboh karena tidak membawa charger di saat genting seperti ini. Andaikan saja ia punya powerbank, pasti ia tak perlu risau dengan keadaan baterainya.Hanna menghela nafas panjang, kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas dan kembali menyusuri pada lorong rumah sakit. Dilihatnya beberapa pasien yang tengah berlalu lalang ditemani perawat. Biasanya, jam sore adalah waktu yang paling ramai untuk membesuk. Namun, sekarang rasan
Baca selengkapnya
Bab 6 : Kunjungan Dadakan
Matilah aku. Mereka benar-benar sudah menungguku lama dari tadi! batin Hanna panik.Hanna tersenyum paksa di tengah dua keluarga yang berbincang hangat. Di sebelah kirinya, ada sang ibunda tercinta yang selalu memasang senyuman manis, terlihat sangat senang akan kedatangan kedua tamunya ini. Bolak-balik ia selalu mempersilahkan tamunya untuk mencicipi camilan dan meminum teh selagi hangat.Sementara di sofa seberang, ada calon tunangan beserta bapaknya yang tengah menyesap teh panas hangat. Keduanya mengenakan balutan kemeja hitam yang tampak mahal dan sangat rapi. Aroma parfum khas pria kaya tercium sampai di tempatnya. Hanna semakin minder jika menyandingkan dirinya dengan mereka. Bahkan cara minumnya pun benar-benar penuh tata krama.Duh, Hanna jadi tidak bisa membayangkan kalau ia benar-benar menjadi istri dari seorang calon pewaris perusahaan ternama. Ia sangat-sangat minder. Soalnya, bau rakyat jelata dan konglomerat itu beda jauh!“K
Baca selengkapnya
Bab 7 : Pagi yang Berbeda
Hanna tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Setelah Solar membalas pesan singkatnya dan mengajaknya untuk bertemu setelah makan siang, sosok pria tampan itu langsung memenuhi isi kepalanya. Memikirkan apa yang sepatutnya mereka bahas, atau bagaimana mereka berbincang nantinya, Hanna terus mencari cara agar percakapan  mereka tidak lagi canggung dan awkward sampai ia gemas sendiri dengan pikirannya itu.Dan sekarang, ia bahkan berpenampilan rapi dan memoleskan make up tipis. Surai hitam sepunggungnya itu ia biarkan tergerai rapi. Karena jam kuliahnya hari ini berakhir tepat sebelum jam makan siang, ia sampai membawa pouch make up yang jarang sekali ia sentuh jika tidak ada urgensi untuk bertamu.Menatap pantulan wajahnya di cermin, Hanna sudah lupa kapan ia terakhir kali mendandani dirinya serapi ini sebelum kuliah. Biasanya, ia tidak terlalu memedulikan penampilannya. Namun, kali ini tentu saja berbeda. Hanna harus memantaskan penampilannya setara
Baca selengkapnya
Bab 8 : Malu-maluin
  “Halo, Mas Solar! Perkenalkan, kami teman-temannya Hanna! Aku Via dan di sebelahku Elora! Salam kenal, ya!” “Salam kenal, calon tunangan temen saya yang paling ganteng!” Hanna mengusap wajah gusar saat dua teman gilanya ini memaksakan diri untuk berkenalan dengan Solar. Lihatlah sekarang wajah Solar yang tampak bingung, bahkan sampai menatap Hanna, seolah meminta penjelasan atas kekacauan semua ini. Seharusnya, Hanna tinggalkan saja dua orang itu setelah ia selesai salat dzuhur tadi. Kalau tahu bakal malu-maluin begini, ia enggak akan sudi menunggu mereka dari tadi. Sekarang Hanna benar-benar menyesal. Sungguh, Hanna malu punya teman enggak tahu diri kayak mereka! “I-iya, ini teman-teman aku. Teman kuliah,” ucap Hanna dengan ogah-ogahan. “Oh, kalau begitu salam kenal.” Sudut bibir Solar terangkat sedikit, membentuk sebuah senyuman formalitas. “Salam kenal juga, Mas! Mas tau, enggak? Hanna pas menceritaka
Baca selengkapnya
Bab 9 : Kompor!
“Hee? Solar enggak menjemputmu hari ini? Kalian enggak berantem, kan?” Via dengan suara cemprengnya kembali mengheboh-hebohkan keadaan. Sengaja ia besar-besarkan suara, memanas-manasi Hanna yang tengah menyantap mie ayam spesial.“Kenapa, nih? Kenapa? Ada sesuatu, kah?” Elora yang tak mau kalah itu langsung ikut-ikutan mengompori situasi.Hanna menghela napas panjang dan memutar bola mata jemu. Ekspresinya kembali jengkel melihat bagaimana respon dari dua teman gilanya ini. Makan siang yang tadinya damai, berakhir ribut hanya karena Hanna mengatakan Solar tidak ke sini. Seketika ia menyesal sudah mengungkit nama Solar di tengah makan siang mereka.  “Bukan begitu. Aku ini mau bimbingan dulu, woi! Udah tiga hari skripsiku terlantar, belum ada progressan. Aku ini enggak mau nambah semester lagi!” Hanna mengacung-acungkan garpunya pada dua gadis di depannya itu dengan geram.Iya, sudah tiga hari berturut-turut Solar s
Baca selengkapnya
Bab 10 : Sisi Manis
“Hm, kayaknya kita masih perlu membandingkan gaun tadi sama yang lain.”“Se-serius?”“Iya. Kata Papa, ada rekomen pakaian bagus di sana.”Hanna mengusap wajah gusar ketika Solar kembali menunjuk sebuah toko pakaian. Ini hari minggu, hari dimana seharusnya ia mrehatkan otak dan tubuhnya. Tetapi hari ini berbeda karena Solar mengajaknya untuk mencari gaun dan jas yang cocok untuk pertunangan mereka yang tinggal dua hari lagi. Sudah lima jam lamanya mereka mengitari mall ini, tapi entah kenapa sulit sekali mencari pilihan yang sesuai dengan selera Solar.Padahal saat kemarin mencari cincin dan beberapa keperluan lain, mereka tidak perlu berlama-lama seperti ini. Tapi entah kenapa, untuk yang satu ini begitu berbeda. Lelaki itu mudah sekali mengajaknya ke toko lain untuk sekedar mencoba, lalu mereview baju tersebut dan meskipun sesekali ia memuji Hanna cantik, tetap saja Solar merasa belum puas.Seketika Hanna merasa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status