Keluarga Hamid yang sedang diuji dengan kendala keuangan, sehingga membuat Hamid harus bekerja keluar kota demi menafkahi keluarganya. Bagaimana kelanjutannya? Selamat membaca
View More[Klunting]
Terdengar pesan dari aplikasi berwarna hijau di HP Hamid.
Pesan itu dari istrinya, Ria. Dengan secepat kilat dia mengambil HPnya dan segera membaca pesan dari istrinya itu. Biasanya setiap akhir bulan Ria menanyakan jatah bulanannya, namun ini berbeda baru tengah bulan dia sudah menanyakan kepada Hamid, lantaran sisa uang bulanan yang Hamid berikan hanya separohnya saja, dan dia berjanji untuk memberikan sisanya hari ini.[Mas, hari ini jangan lupa transfer ya, SPP Fahmi sudah nunggak 3 bulan dan harus segera dilunasi. Kalau tidak dibayar nanti Fahmi tidak bisa ikut ujian sekolah.]
[Iya dek, aku usahakan hari ini uangnya aku transfer. Maafin mas ya dek, selama ini uang yang mas kirim belum bisa memenuhi semua kebutuhan kalian dan bahkan sering telat.]
[Iya mas, aku tunggu yaa!]
Setelah membaca pesan dari istrinya tak terasa air mata Hamid menetes juga, rasa sedih berkecamuk di dalam hati Hamid. Dia merasa bersalah karena masih belum bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya.
Sudah 4 bulan terakhir uang yang di kirimkan Hamid kepada Ria kurang dan bahkan sering telat, bukan karena Hamid pelit, atau punya wanita idaman lain. Namun karena dia 4 bulan ini dia sering sakit, jadi beberapa hari tidak bisa bekerja. Pekerjaan Hamid adalah sebagai kuli bangunan. Upahnya sangatlah minim. Selama 6 hari kerja dia mendapatkan upah 450.000. Upah itu belum dikurangi dengan pengeluaran makan dan lain-lain. Demi bisa mengirimkan uang belanja ke istrinya, Hamid rela setiap pagi hanya sarapan 1 buah gorengan dan secangkir kopi, kalau siang dia jarang makan, dia biasanya baru makan kalau malam hari.
Sedangkan kalau untuk tidur, Hamid tidur di bedeng proyek jadi lumayan bisa menghemat pengeluaran.Hamid sudah hampir 2 tahun bekerja di luar kota diajak sepupu Ria, karena usaha yang selama ini dia kelola sudah gulung tikar. Untuk menyambung hidup dia memutuskan bekerja di luar kota, ya meski hanya sebagai kuli bangunan dengan upah minim tetap dia syukuri apapun pekerjaannya yang penting halal.
Sebelum menikah dengan Ria, Hamid bekerja di luar negeri sebagai TKI, dan bisa dibilang sukses. Dari hasil kerja kerasnya di luar negeri, dia bisa membeli rumah dan membuka usaha bengkel, serta rumah orangtuanya juga dia renovasi. Karena kesuksesannya itulah Hamid bisa memperistri Ria.
Ria dan Hamid sudah menikah 15 tahun lamanya, mereka menikah karena dijodohkan. Dari hasil pernikahan mereka, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan yang kini duduk di kelas VII.
Ria di desanya, bisa disebut sebagai kembang desa. Sampai sekarang wajah cantiknya masih belum luntur dan bahkan lebih kelihatan awet muda dibandingkan dengan teman-teman seumurannya. Karena wajah cantiknya itulah banyak laki-laki yang jatuh cinta padanya.
Bahkan ada seorang laki-laki dimasa lalunya sampai sekarang masih belum menikah, entahlah mungkin saking cintanya dia kepada Ria hingga dia rela membujang.Sampai sekarang lelaki itu masih sering mencari tahu keberadaan Ria dan bahkan dia pernah mengirim pesan di aplikasi berwarna biru ke Ria hanya untuk menanyakan kabar.Lelaki tersebut adalah mantan pacar Ria, Rizal namanya.Hubungan mereka tidak berlanjut ke pelaminan karena tidak direstui ibu Ria.----------
Di sore itu setelah selesai kerja, Hamid cepat-cepat membersihkan diri, dan segera pergi ke ATM untuk mentransfer uang ke istrinya.Ketika dia membuka dompet untuk mengambil ATM, ternyata barang pipih yang dia cari tidak dia temukan di tempatnya. Segera dia langsung telp ke call center untuk segera memblokir ATMnya supaya tidak disalahgunakan orang lain.
'Apa mungkin jatuh. Kenapa aku bisa teledor seperti ini, padahal aku sudah janji dengan Ria untuk segera mentrasfernya, tapi mana mungkin aku bisa transfer kalau tidak ada ATM.'
Dengan berat hati Hamid berjalan pulang, sambil dia ingat-ingat dimana dia telah menaruh barang berharganya itu.
Setelah sampai di bedeng Hamid segera menelpon istrinya, Ria. Untuk memberi tahu kalau hari ini belum bisa transfer.
"Dek, maafin mas ya, ATM mas hilang, jadi hari ini belum bisa transfer, insya Allah hari senin mas ke bank untuk mengurusnya. Setelah selesai uangnya langsung aku transfer ke kamu ya dek."
Namun dari seberang tidak ada jawaban sama sekali dari Ria, Ria hanya diam.
"Dek... dek... kamu dengar mas bicara kan?"
---"Iya mas aku dengar, baik mas."Setelah selesai diurus ke bank, Hamid tak lupa mentransfer uang kepada Ria.
Dan segera dia mengirimkan pesan ke Ria kalau uangnya sudah dia transfer.[Dek, uangnya sudah aku transfer ya.]
----
Sore itu setelah Hamid pulang bekerja, Hamid menyempatkan untuk telfon Ria. Namun telpon dari Hamid tidak Ria angkat. Setelah dia cek chatnya tadi pagi belum centang biru, tanda kalau belum dibaca Ria. Dia coba menelfonnya kembali tapi tetap tidak diangkat. Biasanya kalau Ria pergi selalu ijin dulu ke Hamid. Namun kali ini tidak ada kabar sama sekali.Jam menunjukkan pukul 20:00 namun belum ada kabar dari Ria. Hamid mencoba menelfon Ria berulang kali namun tetap tidak diangkat.
Hamid terlihat sangat gelisah karena khawatir dengan keadaan Ria, Hamid segera menelpon Tya, adik iparnya.
"Assalamu'alaikum Tya, mas mau tanya kak Ria apa ada di sana? soalnya aku telfon gak diangkat, dichat juga belum dibuka."
"Mbk Ria tidak ada disini mas Hamid."
"Kalau begitu mas mintak tolong, Tya ke rumah kak Ria ya, nanti kalau sudah di sana, tolong mas kabari, nanti aku telfon."
"Baik mas."
"Asslamu'alaikum. Mas Hamid kak Ria tidak ada di rumah, Mas. Di rumah hanya ada Fahmi. Aku tanyain dia juga tidak mengerti keberadaan kak Ria, katanya dari pulang sekolah Fahmi sudah tidak mendapati kak Ria di rumah."
'Ya Allah dimanakah Ria?'
Bersambung
"Bagaimana ini Tya?" "Sudahlah Mbak, jangan terlalu dipikirkan! Biarkan Mas Seno yang menanggung. Kalau aku boleh saran lepaskan saja Mas Seno, Mbak. Semenjak tahu mengenai perlakuan buruk Mas Seno, kepada Mbak Niken aku sudah tidak respect lagi kepadanya. Aku takut kalau Mas Seno akan menyakiti Mbak lagi." "Aku sebetulnya juga sudah tidak ingin meneruskan hubungan ini dengan Mas Seno,Tya. Tapi, aku tidak tega dengan Hani. Aku tak tega jika Hani tahu Ibu dan Ayahnya sudah tidak bersama." "Tapi coba pikirkan baik-baik, Mbak! Aku juga tidak memaksa. Aku soalnya sangat kepikiran jika Mbak Niken masih bertahan dengan Mas Seno. Coba bayangkan jika Hani tahu kalau selama ini Mbak Niken diperlakukan dengan kasar. Sampai sekarang pun Mbak Niken juga tidak beri nafkah." "Iya Tya." Niken terlihat cemas ada perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Sebenarnya saat dia datang di rumah Bu Rahmi dia berencana akan menggugat cerai suaminya. Tapi saat setelah melihat anaknya dia kembali mengurung
"Mas Seno menghilang Dek." "Menghilang? Maksudnya bagaimana?" "Mas Seno membawa kabur upah para pekerja termasuk upahku juga dia bawa kabur." "Ya Allah kok bisa begitu Mas?" "Awalnya dia memberikan upah itu tidak utuh, katanya untuk tabungan gitu. Aku sempat curiga dan beberapa orang yang lain juga menolak. Tapi Mas Seno meyakinkan kami lagi, kalau ini peraturan dari pihak atasan jadi para pekerja diwajibkan. Itu terjadi selama empat bulan. Dan bulan kelima upah yang seharusnya kita terima belum dia berikan, katanya ada keterlambatan. Dari situlah akhirnya aku yakin kalau kecurigaan selama ini adalah benar." "Kemudian kami berembuk untuk menanyakan ke atasan untuk keterlambatan upah dan sistem tabungan yang disampaikan Mas Seno. Setelah kami bertemu dengan atasan, ternyata apa yang disampaikan Mas Seno itu hanya karangan dia saja, kita sudah ditipu. Setelah kebohongan Mas Seno terbongkar, dia pun pergi entah kemana. Kita cari-cari tidak ketemu. Kita mencoba menghubungi saja tidak
"Kamu buka sendiri kalau sudah di rumah!" perintah Bu Martha."Baik Tante, Ria dan Mas Hamid pulang dulu."Kemudian mereka pulang berdua. Tak lupa mobil Ria, mereka kendarai."Mas, aku kok jadi penasaran dengan amplop coklat ini.""Sudahlah, nanti kalau sudah tiba di rumah langsung kamu buka," kata Hamid sambil tersenyum melihat perilaku istrinya itu."Tapi kita sekarang mau kemana, Mas?""Kita jalan-jalan dulu berdua, sudah lama kan, kita nggak pernah jalan berdua? Anggap saja kita lagi pacaran," kata Hamid sambil tersenyum. Tak lupa tangannya memegang tangan Ria, dengan lembut."Tapi, Mas. Aku pakai baju seperti ini. Malulah nanti kalau dilihatin orang-orang!""Tidak apa-apa, setelah ini kita mampir dulu beli baju.""Iya Mas."Mereka saling tersenyum bersama. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan kegiatan ini berdua, semenjak kebangkrutan Hamid. Jangankan jalan-jalan, buat makan sehari-hari saja mereka harus mengirit.Setelah selesai berbelanja baju untuk Ria, Hamid pergi ke temp
"Seno sudah tahu tentang masalah ini belum, Niken?""Saya belum memberitahu kepada dia, Bu. Entahlah rasanya sekarang sudah tidak penting lagi untuk memberitahukan semua kejadian ini kepada mas Seno. Mas Seno sudah tidak perhatian lagi kepada kami. Makanya saya nekad untuk bekerja karena memang Mas Seno sudah tidak peduli.""Tidak peduli, apa maksud kamu, Niken?" tanya Bu Rahmi kaget."Selama ini Mas Seno sudah tidak memberi nafkah kami, Bu. Bahkan tak jarang dia melakukan kekerasan kepadaku.""Ya Allah..." Bu Rahmi bisa memahami apa yang di rasakan mbk Niken. Dia ikut bersedih mendengar pengakuan dari Niken."Kamu itu sudah aku anggap sebagai anak aku sendiri Niken, jika aku mendengar seperti rasanya hatiku teriris-iris, tidak ikhlas.""Kalau begitu kamu tinggal di sini aja, Niken! Kamu bisa bantu-bantu masak di sini. Apalagi sekarang usahaku mulai tumbuh sangat pesat, karena Tya sekarang juga memasarkannya di media sosial.""Tapi, aku sudah banyak menyusahkan keluarga Bu Rahmi. Apal
"Siapa ya? kok kayak mbak Niken. Tapi itu dia naik mobilnya siapa?" Sesosok perempuan itu akhirnya sudah sampai di depan rumah pintu Bu Rahmi dan tak lama kemudian pintu itu berbunyi dengan suara ketokan yang sangat keras dan terburu-buru. Tya bergegas membuka pintu itu. Setelah pintu itu terbuka ternyata benar dia adalah mbak Niken. "Mbak Niken?" tanya Tya. Tya menemukan Niken yang memakai pakaian minim namun bagian dadanya dia tutup menggunakan jaket. "Iya Tya ini aku Niken. Aku mau ajak Hani pulang ke kampung. Dimana dia sekarang?" tanya mbak Niken terlihat terburu-buru. "Dia sedang tidur mbk. Pulang kampung besok saja mbk, biarkan Hani tidur." "Tidak ada waktu lagi Tya. Aku sudah terburu-buru." "Tapi kenapa mbak?" Tya mencegah mbak Niken masuk ke kamar dimana Hani sedang tidur bersama ibu Rahmi. "Tolong jelaskan sebentar saja kepadaku mbk! supaya aku tidak berfikiran kotor kepada mbak Niken." Memang saat Tya melihat penampakan Niken sekarang, pikirannya sudah traveling k
28"Bu, bukannya Tya membela mas Hamid. Tapi Tya yakin banget kalau mas Hamid tidak akan melakukan hal itu kepada kak Ria. Percayalah bu. Aku saja bisa yakin, kenapa ibu tidak? jadi aku mohon percayalah ini hanyalah salah paham," ujar Ria sambil memegang tangan ibunya."Memang dulu mas Hamid itu kaya bu, mau keluar duit berapa aja gampang. Tapi bagaimanapun namanya kehidupan ya pasti ada saja cobaannya. Roda kehidupan itu berputar bu, kadang di bawah kadang juga di atas. Sedangkan mas Hamid dulu di atas sekarang sedang di uji dengan posisi di bawah. Yang penting sekarang mas Hamid juga sudah berusaha untuk bekerja meski hanya sebagai kuli bangunan itu tandanya mas Hamid bertanggung jawab dengan keluarganya, bu. Coba ingat-ingat dulu perjalanan ibu untuk bisa seperti ini bagaimana, pasti ada naik turunnya kan bu? gak tiba-tiba langsung kaya, kan tidak. Semua perlu proses. Ingat tidak, ketika kita tinggal di rumah yang sangat kecil dan ibu menitipkan hasil masakan ke tok
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments