Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri

Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri

Oleh:  ikan kodok  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.5
13 Peringkat
88Bab
296.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nana masih tidak percaya jika suami yang begitu ia cintai mengkhianatinya, dan parahnya dengan sahabatnya sendiri. Tidak hanya itu, orang-orang yang Nana anggap istimewa ternyata berniat menghancurkannya. Apa salahnya? Kenapa takdir begitu menyakitkan untuknya. Mampu kah Nana bertahan dan membalaskan rasa sakit, saat di mana bayang-bayang masa lalu datang menghampirinya. Saat pria yang pernah mengisi hatinya datang sebagai obat.

Lihat lebih banyak
Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Itta Irawan
bener2 keren ceritanya
2024-04-22 20:11:12
0
user avatar
Chaira Ummatin
ceritanya bagus
2024-02-25 13:17:00
0
default avatar
Amelia Ba'bud
Suka sekali sama ceritanya
2023-12-03 16:48:45
0
user avatar
Retno Wpg
cerita yang bagus
2023-07-10 14:38:02
0
user avatar
Heriah Rya Alya
......... banana ...
2023-07-03 19:16:45
0
user avatar
Rasmah Nursira
baru kali ini beli koin buat baca cerita ini
2023-04-01 21:20:07
0
user avatar
Isabella
cerita yg benar benar keren
2023-02-18 16:27:32
0
user avatar
Bella
...️...️...️ keren
2023-01-18 04:35:18
0
user avatar
Asty Kania
aku suka sekali cerita ini. awal awal ngerasa ah paling juga sama kayak yang lainnya. ternyata beda aku suka bgttttt
2022-10-22 14:44:37
0
user avatar
Milan
hmmmmmmmmmm
2022-07-13 18:50:43
0
user avatar
Lukisan
next, thor
2022-06-15 19:35:41
0
user avatar
Novy Mamanya Annabel - Felicia
Sdh baca sampai selesai, jujur awal tertarik krn di cerita ini, karakter Nana sgt kuat menghadapi perselingkuhan suami & sahabatnya. Tp lama2 ceritanya kurang greget & kurang logis. Bgmn anak dgn trauma, ditelantarkan ortunya, bs tumbuh dgn baik & baik hati? Tdk diceritakan lbh lanjut, sayang sekali
2023-04-29 11:50:31
0
user avatar
Hawa Susana
lumayan baguss
2022-08-23 15:58:59
0
88 Bab
Rahasia Dibalik Ponsel Yang Tertinggal
SAAT PONSEL SUAMI TERTUKAR DENGAN PONSEL ISTRI"Sayang, aku berangkat kerja ya," ucap Mas Reza sambil memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Ia menyisir rambutnya asal."Nggak sarapan dulu?" Aku bertanya sembari menghampirinya. Ia terlihat tergesa-gesa padahal ini masih pagi.Aku berinisiatif membantunya mengenakan dasi, setelah itu mengantarnya sampai depan rumah kami. "Aku sarapan di kantor, pagi ini ada meeting," jawabnya. "Ya sudah hati-hati di jalan.""Aku berangkat. Nanti siang kamu gak perlu repot-repot antar makan siangku." Mas Reza menarik pinggangku, ia mendaratkan kecupan singkat di kening ini sebelum mmasuk mobil. Aku tersenyum memandangnya. "Sayang ..."Dahiku mengerut, aku menatap Mas Reza dalam. "Apa ada yang ketinggalan? Berkas?""Nggak. Oya nanti malam aku gak pulang, dan mungkin sampai tiga hari ke depan," katanya padaku. Alisku bertaut mendengarnya. Kenapa dia baru bilang sekarang?"Memangnya kamu mau kemana?""Keluar kota?""Keluar kota?" Ulangku masih bingu
Baca selengkapnya
Dukungan Mertua
Part 2 (Dukungan Mertua)Buru-buru aku menutup pintu rumah, tidak lupa menguncinya. Kemudian berjalan cepat menuju mobilku. Saat hendak membuka pintu mobil. Aku dikejutkan dengan suara orang yang memanggil namaku. Refleks, aku pun menoleh. "Nana ..." Kudapati mertuaku berdiri di depan gerbang. Wanita paruh baya itu segera berjalan menghampiriku. "Mama.""Kamu mau ke mana?" tanya Mama selidik."Aku ada urusan Ma, ini penting banget.""Yah, padahal hari ini Mama mau ngajak kamu belanja. Mama kesepian. Tapi ngomong-ngomong urusan apa, Na?" tanya Mama lagi. "Penting banget ini Ma, nanti ya kita bicara lagi. Aku buru-buru banget." Aku mendudukkan pantatku di jok kemudi. Tampak Mama Mas Reza masih berusaha menahanku. "Kamu kenapa sih, Na? Kok kayaknya kesal banget. Gak suka ya Mama datang ke sini.""Bukan begitu Ma. Ini aku mau ke rumah Salma. Udah ya, keburu Salma gak ada di rumah."Mama mendengkus. "Salma sahabatmu itu?""Iya Ma.""Memangnya kamu mau ngapain ke sana?""Ceritanya panja
Baca selengkapnya
Informasi Dari Sonya
Part 3 (Informasi Dari Sonya)Sesampainya di kantor Mas Reza, aku dan Mama langsung menemui sekretarisnya. Perempuan bernama Sonya itu tampak gugup. Ia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku takut."Ada perlu apa Ibu memanggil saya?" tanya Sonya gelisah. Aku berdecak kesal, berharap dia tidak membungkam mulutnya. Dan mengatakan yang sebenarnya. "Di mana suami saya?""Ibu tanya Pak Reza?""Iya. Suami Nana siapa lagi kalau bukan anak saya, Reza." Mertuaku menyahut, Sonya meneguk ludahnya kasar. "Kenapa diam? Ayo jawab! Kamu pasti tahu kan anak saya ada di mana sekarang?" Dengan mata menyala Mama bertanya. Aku beruntung memiliki mertua yang kini berada di pihakku dan ikut membantuku. "Emm—""Jangan am-em, am-em. Buruan jawab!""Maaf Bu, Pak Reza tidak ada di kantor.""Tadi pagi dia pamit ke kantor, katanya ada meeting.""Hari ini tidak ada meeting Bu, Pak Reza menyuruh saya untuk membatalkan semua agenda hari ini," jelas Sonya, ia mencengkram ujung kemejanya. "Keterlaluan, aku di
Baca selengkapnya
Mereka Ada di Bali
Part 4 (Mereka Ada di Bali)"Tunggu dulu." Pria itu berucap. Ia mencoba menghalau Mama yang hendak masuk ke dalam ruangan Zeen, anaknya. "Saya mau ketemu Zeen, dia pasti ada di dalam!" Masih dengan napas memburu Mama mertuaku menjawab. Rona padam masih terpancar di wajahnya. Kilatan amarah itu terlihat jelas di sana. "Mohon maaf, Bu. Pak Zeen sedang rapat. Beliau tidak ada di ruangannya sekarang.""Lalu di mana ruang rapatnya?" Mama berkacak pinggang. Ia menoleh sambil tersenyum tipis padaku. "Zeen itu anaknya keras kepala, dia tidak ada perduli pada siapa pun. Biar Mama yang memintanya," ucap Mama yang menyerupai bisikan. Aku menganggukkan kepala. Mengikuti apa yang Mama mertuaku katakan. Kutarik napas panjang, lalu mengembuskannya pelan."Cepat katakan? Ruangannya ada di sebelah mana?" Mama mengulang pertanyaan membuat pria itu terlonjak. "Mohon maaf, Bu. Rapat sedang berlangsung sekarang, Ibu bisa menunggu Pak Zeen di ruangan beliau," jawab pria itu sopan. Mama mendengus, mat
Baca selengkapnya
Lempar Telur!
Part 5 (Lempar Telur!)Setibanya aku di rumah. Aku langsung menggeledah lemari tempat di mana Mas Reza menyimpan aset berharga. Tanpa pikir panjang lagi aku lekas mengambil berkas-berkas penting. Tidak sampai di situ, brankas yang sempat mencuri perhatianku pun tak luput kubuka, mataku berbinar kala menemukan uang yang jumlahnya tidak lah sedikit. Hati boleh sakit Nana, tapi otakmu itu harus tetap waras. Itulah yang Mama mertuaku katakan.Tak ingin membuang waktu, aku lantas mengambil uang tersebut. Kumasukkan semua uang itu ke dalam tas kecil milikku. Aku tidak akan ikhlas kalau Salma yang menghabiskan uang-uang tersebut. Lebih baik kusimpan sebagai tabungan untuk masa depanku. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. "Sertifikat rumah ini udah. Perhiasan juga udah. Uang udah. Ini saatnya aku susul Mas Reza dan Salma ke Bali!" Kututup pintu lemari, lalu menguncinya. Kemudian berjalan meninggalkan ruang kerja Mas Reza sambil menjinjing tas. Berulang kali aku menghel
Baca selengkapnya
Jual Beli Bacotan
Part 6 (Jual Beli Bacotan)Musik tiba-tiba saja berhenti, lagu yang tadi mengalun merdu di telingaku kini tak lagi terdengar. Para tamu undangan saling menatap sambil berbisik-bisik. Mungkin mereka terkejut, mendapati seorang wanita yang datang dan langsung membuat kekacauan di pesta semeriah dan semegah ini."Nana," ucap Mas Reza, ia menelan ludah kasar. Pupil matanya masih membesar. Tangan yang tadi melingkar di perut Salma kini terlepas. Senyum merekah yang terukir di bibirnya telah di ganti dengan raut keterjutan. "Apa, Mas? Mau ngomong apa kamu, hah? Mau bilang ini semua tidak benar Nana? Ini sandiwara, begitu, hah! Kamu pikir aku ini, bodoh! Dasar munafik! Dan kamu Salma! Kamu tega hianati persahabatan kita. Apa kurangnya aku selama ini? Sampai hati kamu tikung sahabatmu sendiri! Otakmu itu kamu taruh di mana!" ujarku seraya menunjuk-nunjuk wajah Salma. Dadaku naik turun seiring amarah yang menggebu-gebu. Kulempar telur busuk ke arah Salma saking geramnya aku melihatnya. Jijik.
Baca selengkapnya
Kacau Sudah
Part 7 (Kacau Sudah)"Tutup mulutmu Reni! Lebih baik kamu ajari itu menantumu sopan santun. Haknya Reza mau nikah lagi atau tidak. Kamu lebih baik diam saja. Ibu macam apa kamu ini yang lebih membela anak mantu. Ketimbang anakmu sendiri!" hardik Tante Rona. Mama yang mendengar hal itu tentu saja tidak terima. "Apa kataku? tidak salah dengar aku ini, hah. Ajari itu anakmu biar tahu malu, sini kembalikan uangku. Penipu, kulaporkan polisi mampus kau Rona!" murka Mama. Seketika raut wajah Tante Rona berubah. Wanita paruh baya itu mengerjapkan matanya tak percaya. Mama menyeringai tipis. "Kenapa diam? Takut kau, hah! Seenaknya kau hina menantuku! Lihat Nana, dia jauh lebih berkelas ketimbang anakmu yang murahan itu!" tuding Mama berapi-api, gemuruh dalam dadanya membuncah hebat. Hanya ada emosi yang merasuki dirinya. "Ma, menantumu bukan hanya Nana, aku juga. Aku ini sekarang istrinya Mas Reza. Mama harus tahu itu." Salma menyahut membuat Mama langsung menatap perempuan itu tajam. "Men
Baca selengkapnya
Kegaduhan
Part 8****"Salma, tolongin Ibu! Ibu gak mau masuk penjara, Salma!" teriak Tante Rona. Wajah Salma berubah bias. Ia seketika panik mendapati tangan Ibunya telah dibrogol polisi. "Ibu ..." panggil Salma, perempuan itu mengangkat gaunnya, ia lari berbirit-birit menghampiri ibunya. Tidak perduli kotoran telur itu berceceran di lantai, atau suara cibiran orang yang mengatakannya bau dan meneriakinya pelakor. "Lepaskan Ibuku, jangan coba-coba kalian bawa ibuku ke kantor polisi! Ibuku tidak bersalah," hardik Salma, ia menatap garang polisi yang membawa paksa Tante Rona. Sudah tahu salah, ngeles terus. Tidak anak, tidak Ibu, mereka berdua sama saja. Tampang mereka yang jahat itu selama ini tertutup dengan rapi. Tapi kali ini, tidak lagi. Tuhan telah membuka kedok mereka yang busuk itu. "Hee, Salma! Menyingkir lah kau, jangan ikut campur! Ibumu itu seorang penipu, dia sudah membawa kabur uang arisan 1, 5 miliyar, dan dia membawa kabur tas branded ku yang harganya tidak murah!"Mataku mem
Baca selengkapnya
Kegaduhan II
Part 8 (Kegaduhan II) *** "Sudahi dramamu, seret aja kalau gak mau." Tak lama. Tante Rona akhirnya di bawa polisi, Salma menangis melihat punggung Ibunya yang mulai jauh. Tamu undangan memberikan sorakan. Nampak Mas Reza mengusap wajahnya kasar. "Lihat Nana, ini semua akibat ulahmu. Ibuku tidak bersalah malah harus jadi korban kebusukkanmu!" "Huh, ngaca, dikit-dikit nyalahin Bu Nana. Coba aja introspeksi dirimu! Ibumu itu salah, penipu memang pantas di penjara. Udah merugikan banyak orang!" Salma terdiam, terdengar suara Mas Reza. Pria itu berbicara melalui Microphone. "Mohon maaf atas kejadian yang tidak mengenakan ini. Kalian bisa meninggalkan tempat ini." "Terima kasih karena berkenan hadir di acara repsepsi pernikahan saya," tuturnya. Aku melirik Zeen, ia membalas lirikan ku. "Apa pun yang terjadi, Mama menitipkanku padamu." "C'k, dasar menyusahkan," cibir Zeen. Aku berjalan ke arah Mas Reza. Kilatan amarah terpancar di matanya. "Nana!" bentak Mas Reza. Rasa ta
Baca selengkapnya
Si Mulut Pedas
Part 9 (Si Mulut Pedas)"Banana, tunggu aku di mobil," ucap Zeen merapikan kemejanya. Aku memicingkan mata. "Namaku Nana Zeen, berhenti memanggilku Banana." Aku berdecak kesal, Zeen mulai memancing emosiku. Aku masih kesal dengan adiknya. Dan kini ia mengaduk-aduk amarahku yang mulai surut. "Mau Banana, mau Nana, sama saja, kau tetap tol*l dan b*doh!"Aku berhenti, lalu memutar badan. Apa katanya tadi? Apa aku tak salah dengar? Ia menyebutku t*lol dan b*doh?"Zeen jangan membuatku marah, aku tidak akan segan-segan mencekik lehermu!" Aku mendelikkan mata, Zeen mengedikan bahunya. "Aku bicara kenyataan, Nana! Ini fakta, tanpa Mama kau tidak akan bisa menang!""Kau lihat tadi, adikmu kutampar 2 kali, kupukul dengan tasku. Kulempar mereka dengan telur, apa kau mau kulempar dengan telur busuk juga?" Aku menyilang kedua tanganku. Tampak dahi Zeen mengerut heran."Kau terlalu bar-baran Nana, dan lihat ini. Akulah yang susah!""Aku tidak memintamu mengurus kekacauan yang kubuat. Aku akan m
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status