A Romantic Story Between Football and You

A Romantic Story Between Football and You

last updateLast Updated : 2021-12-16
By:  Aldy arcOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings. 13 reviews
6Chapters
2.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Friska benar-benar sakit hati setelah Franz, kekasihnya, mencampakkannya begitu saja. Franz memutuskan hubungan sepihak dengan datang bersama perempuan lain ketika ia bertemu Friska. Hubungan mereka yang sudah terjalin bertahun-tahun lamanya kandas begitu saja. Friska tidak terima. Ia marah, kesal, kecewa, terutama sakit hati dengan perlakuan Franz yang meninggalkan dirinya. Berhari-hari ia tidak bisa melupakan, terbelenggu oleh kesedihan. Sampai akhirnya Friska pergi berlibur ke Italia setelah Ayah dan Ibu membujuknya untuk menenangkan diri. Friska yang memiliki kenangan buruk di negeri pizza itu sempat menolak. Namun, demi menghilangkan pikiran tentang Franz akhirnya ia memutuskan pergi ke Italia. Di sana, Friska bertemu dengan seorang pria yang mampu membuat sakit hatinya sirna. Seorang pria yang dengan mudah menyelusup masuk ke dalam hatinya. Sampai suatu hari, Friska harus berhadapan kembali dengan sesuatu yang membuat perasaannya terluka.

View More

Chapter 1

Bab 1

Alunan lagu yang diputar di kafe saat itu begitu nyaman terdengar di telinga Friska. Sesekali ia ikut melantunkan lirik dari lagu berjudul Terlalu Cinta milik Rossa. Sebuah lagu yang menjadi favoritnya sejak masa sekolah.

Perempuan itu duduk di sudut kafe seorang diri, menanti kehadiran kekasihnya. Ia mengaduk-aduk strawberry milkshake miliknya sambil sesekali pandangannya mengarah pada pintu masuk, berharap Franz segera datang.

“Aku mau ketemu. Kamu bisa datang ke kafe favorit kita jam empat sore?”

Friska senang bukan main saat membaca pesan yang dikirim Franz tadi pagi. Hatinya mengembang penuh kemenangan, karena akhirnya sang kekasih yang pertama kali menghubungi setelah pertengkaran mereka saat terakhir bertemu.

Ia sudah menjalin hubungan dengan Franz sejak lama, ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Sempat putus nyambung berkali-kali. Namun, kisah cintanya dengan Franz cukup awet hingga sekarang mereka memasuki dunia kerja.

Meski tak bisa dipungkiri ia merasa cukup khawatir karena pertengkarannya tempo hari bisa merusak hubungan. Sebab, seminggu lebih Franz tidak juga datang padanya untuk meminta maaf. Berhari-hari kekasihnya itu tidak ada kabar. Tidak ada pesan, tidak ada telepon, bahkan sampai mengambil cuti dari perusahaan tempat mereka bekerja.

Oleh karena itu, ia merasa lega dengan datangnya hari ini setelah lelah menunggu. Namun, sial, saking bahagianya, Friska datang satu jam lebih awal, membuatnya harus rela kembali menunggu. Entah sudah berapa gelas minuman yang ia habiskan.

“Mau pesan lagi, Mbak?” tanya salah seorang pelayan begitu mengambil gelas kosong di meja Friska.

Friska hanya tersenyum garing, jika memesan lagi takut kandung kemihnya penuh. Jika tidak, ia juga malu diam di sana tanpa memesan di saat Franz belum datang. Akhirnya ia menunjuk pada sebuah minuman yang menjadi kesukaannya,   .

Pelayan tadi mengangguk, lalu kembali hendak menyiapkan pesanan.

Ponsel Friska tiba-tiba bergetar, dengan cepat tangannya membuka tas mengambil benda pipih itu mengira ada panggilan dari Franz. Wajahnya seketika tertekuk begitu nama Dito terpampang di layar. Dengan malas ia mengangkat telepon dari teman masa kecilnya itu.

“Iya, Dit, ada apa? Jangan telepon dulu, deh. Aku lagi nunggu Franz, mau kencan,” cerocos Friska tanpa mengucap salam terlebih dahulu.

Ia cukup risi oleh sikap Dito akhir-akhir ini yang selalu mengajaknya pergi. Entah jalan-jalan di sekitar kompleks, nonton ke bioskop, atau lari pagi ke taman kota. Sebenarnya ia tak masalah dengan hal itu. Namun, rasanya ia menangkap gelagat lain dari teman lelakinya itu.

“Hah? Kencan? Bukannya kamu lagi marahan sama Franz?”

Dengan santai Friska menjawab. “Udah baikan, kok.”

Terdapat jeda beberapa saat, Dito tidak lantas menjawab membiarkan panggilan tetap terhubung.

“Kamu pulang jam berapa?”

“Kenapa emang?” respons Friska cepat sambil tetap memberi nada suara angkuh.

“Kamu lupa? Bukannya kemarin kamu bilang ‘iya’ waktu aku ngajak nonton?”

Friska menepuk jidat, ia benar-benar lupa dengan janji yang dibuatnya kemarin saking bahagianya mendapat kabar dari Franz. Meskipun sebenarnya ia menerima tawaran itu hanya untuk melepas penat. Kali ini, ia merasa bersalah pada Dito.

Beberapa saat kemudian, pintu masuk kafe kembali terbuka, Friska refleks memalingkan pandang. Senyuman sontak tercetak di wajah begitu ia melihat lelaki dengan badan ideal bertubuh jangkung. Berambut cepak memakai jaket levis dan celana hitam panjang memasuki kafe. Sebastian Franz telah datang.

“Maaf, Dit, aku enggak bisa. Batalin aja, ya, nontonnya.” Friska segera memutuskan panggilan, lalu merapikan rambutnya.

Di saat yang sama, alis Friska bertaut. Ia memandang heran ketika Franz ternyata tidak datang seorang diri. Lelaki itu bersama seorang perempuan berambut panjang dan bergigi gingsul. Busana off shoulder putih dengan celana pallazo yang perempuan itu kenakan membuatnya terlihat begitu menawan

Kepala Franz bergerak ke kanan dan kiri, mencari keberadaan Friska, sampai tatapannya berhenti di meja paling sudut. Lelaki itu tersenyum, lalu berjalan mendekat diikuti perempuan di belakangnya.

“Maaf, aku telat. Kamu udah lama?” tanya Franz sembari duduk berhadapan dengan Friska, sementara perempuan yang datang bersamanya berdiri di samping meja.

Friska menelan ludah sambil menggeleng pelan. Ia sedikit melirik pada perempuan itu. Perempuan yang tidak diketahuinya. Ia sudah kenal dengan kakak atau adik Franz, bahkan ia juga sudah mengenal sepupu kekasihnya itu. Namun, ia belum pernah melihat perempuan yang kini terlihat jelas di bola matanya.

“Ini, Mbak, minumannya,” ucap pelayan tadi, meletakkan gelas minuman di depan Friska. “Kalau, Mas, sama mbaknya mau pesan apa?” Ia menatap ramah pada Franz.

“Nanti saja, Mbak. Saya masih bingung mau makan apa.” Franz menyunggingkan senyum.

Pelayan itu tersenyum garing, kemudian meninggalkan mereka.

Kali ini, Friska memandang Franz sembari memberi isyarat tentang siapa perempuan yang datang bersamanya. Namun, Franz tidak menangkap maksud Friska.

“Aku ngajak kamu ketemu karena ada hal penting yang harus diomongin secara langsung.” Franz memandang Friska lembut.

Pasti kamu mau minta maaf. Pakai basa-basi segala. Friska membatin.

Franz menoleh, menatap perempuan di sebelahnya lalu menyuruh duduk di sampingnya. Ia tersenyum manis sekali menampilkan gigi putihnya yang berderet rapi. Franz juga sempat merapikan rambut panjang perempuan itu yang sedikit menutupi mata.

Pemandangan itu jelas membuat Friska kesal. Ia tak habis pikir Franz berani melakukan itu di hadapannya. Ia memang belum tahu siapa perempuan itu. Entah sepupu atau teman, tapi yang jelas, ia rasa Franz tidak seharusnya bersikap demikian.

“Siapa, sih, cewek itu? Kamu kok perhatian banget!” seru Friska tak mampu menahan rasa cemburu.

Franz tetap tenang tidak terpancing dengan omongan Friska. Lelaki itu memejamkan mata sejenak, lalu membukanya perlahan-lahan.

“Dia yang mau aku omongin sama kamu.” Tatapan Franz mengarah tajam pada Friska, membuat perempuan itu sedikit gugup. “Aku harap, kamu bisa maafin aku setelah tahu yang sebenarnya.”

Mendadak perasaan Friska jadi tidak enak. Memang ia mendengar kata maaf keluar dari mulut Franz, tapi entah kenapa rasanya lain. Perkataan itu seperti mengantarkan suatu perasaan gelisah pada hatinya. Terdengar dari nada bicara Franz yang berbeda.

Suara alunan musik yang sedari tadi memenuhi telinganya seolah hilang begitu saja. Ia begitu terpaku dengan irama jantungnya yang tiba-tiba berdebar cepat.

Franz mengangkat tangan kanannya yang sedari tadi ia simpan di atas paha, memperlihatkan cincin yang tersemat di jari manisnya.

Sambil memejamkan mata, Franz berkata lirih, “Aku sudah bertunangan.” Bola mata Franz melirik pada perempuan di sampingnya. “Dia namanya Jessi, yang jadi tunangan aku,” lanjutnya lagi sembari tersenyum dengan mata terpejam. “Aku sudah cerita semuanya tentang kita sama Jessi. Makanya aku ajak dia ke sini, biar bisa memahami perasaan aku.”

Friska masih belum bisa menyerap setiap perkataan Franz. Tatapannya kosong dengan mulut menganga, ia sama sekali tidak bergerak seolah-olah jiwanya sudah meninggalkan raga. Ia benar-benar tidak bisa memahami apa yang terjadi. Franz tunangan? Dengan perempuan yang ada di sampingnya?

“Fris?” Franz kembali berbicara setelah melihat Friska terdiam untuk beberapa menit. “Kamu enggak apa-apa?”

Akhirnya Friska tersadar, ia mulai bisa menguasai diri.

“Kamu udah tunangan? Kapan?” Friska menatap tidak percaya, matanya mulai memerah.

“Dua hari yang lalu. Rencananya, tahun depan kami menikah.”

Franz seperti tanpa dosa berkata seperti itu langsung kepada Friska. Ia seakan-akan tidak memikirkan Friska terluka karenanya.

“Kenapa?” Tak sadar air mata Friska mulai berlinang. “Kenapa harus seperti ini?”

Franz mengusap wajah perlahan, lalu mengembuskan napas.

“Aku kira kamu bakal minta maaf karena pertengkaran kita waktu itu. Tapi ternyata—“ Friska tertahan, tak mampu melanjutkan ucapannya. Matanya semakin berkaca-kaca. “Tapi ternyata kamu malah kasih aku sesuatu yang bikin aku sakit, Franz.” Ia mengusap air yang mulai mengalir dari matanya. Berusaha menaha intan-intan bening itu agar berhenti menetes

Suara Friska sedikit bergetar senada dengan hatinya yang begitu teriris melihat kenyataan yang sedang ia hadapi. Ekspektasi tinggi akan sore hari yang indah bersama Franz setelah mereka berbaikan. Kini sirna dengan kabar yang dibawa lelaki itu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Tane
Semoga nggak sad ending ...
2021-11-26 08:10:05
1
user avatar
The_BlueMoon
Cocok nih kalo lagi pengen baca cerita yang sad tapi sweet :"
2021-11-25 11:34:28
1
user avatar
Buenda Vania
Friska pasti bisa memilih kemana hatinya akan berlabuh. luka itu pasti segera sembuh Friska
2021-11-25 11:28:58
1
user avatar
Jasmine
Sweet... masalah percintaan emang bikin penasaran n menarik buat diikuti..lanjut kk
2021-11-25 08:23:19
1
user avatar
Nina Milanova
Iya betul kata Astrid. Sakit hati juga termasuk sakit :D Lanjutkan, Thor!
2021-11-25 05:29:25
1
user avatar
Faver
Seru kak. Lanjut up ya.
2021-11-24 23:37:05
1
user avatar
Iekyu
keren ceritanya kak
2021-11-24 14:48:08
1
user avatar
Erik Setyawan
Lanjuttt lanjuttt thor
2021-11-20 07:33:48
1
user avatar
Titin Ramawati
Romance yang renyah dengan bahasa yang ringan. ...
2021-11-20 07:29:57
1
user avatar
Shell
Seru ceritanya. Semangattt thorrrr
2021-11-15 08:17:15
1
user avatar
Ditarina
dibuka dengan kisah sedih. uhuuuy...! mantap!!
2021-11-14 19:49:26
1
user avatar
Putra pribumi
lanjutt nuliss kak, semangat...
2021-11-14 19:48:49
1
user avatar
Susan S
Lanjuttt Kak Aldy.... renyah banget nih ceritanya. Bikin nagih. Mangaatttt jiwaaaa
2021-10-11 20:41:47
1
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status