Awalnya Guntur sangat tergila-gila pada selingkuhannya. Sampai-sampai dia melepas istri yang bernama Talia, dan percaya diri menikahi pelakor itu. Tapi, siapa yang menyangka, pasca mereka (Guntur dan Talia) benar berpisah, Guntur malah mengeluhkan semuanya. Dia menyesal, bahkan dia cemburu pada mantan istrinya.
View MoreDiam-diam dia bersembunyi dan menyaksikan suaminya bermesraan dengan wanita lain.
“Vilanya bagus banget, Mas!”
“Iya, ini milik teman aku.” Sang pria menjawab, memeluk pinggang si wanita lebih erat, lalu mencium pelipis kekasihnya.
“Oh iya, Mas, aku sudah beli barang yang aku lihatin ke kamu kemarin.” Si wanita memutar tubuhnya dan memeluk si pria dengan mesra. “Makasih ya, Mas, udah nurutin apa yang aku pengen.”
“Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu. Kamu itu segalanya bagi aku.” Si pria mencubit pelan dagu bulat wanita itu.
Cukup! Keduanya bagai pengantin baru, dan Talia sudah tidak tahan lagi di tempat persembunyiannya.
“Jadi begini kelakuanmu di belakangku, Mas?”
Seperti tersengat arus listrik, sepasang peselingkuh itu menoleh ke sumber suara. Mereka yang sedang saling berpelukan itu spontan berjarak setelah melihat kemunculan istri Guntur, pria yang sejak tadi bermesraan dengan wanita lain tersebut.
Tubuh Talia bergetar, tapi sepasang matanya tampak tidak gentar saat menatap pengkhianatan di depannya. Sekalipun matanya sudah mengembun.
Dadanya pun terasa sesak. Inilah yang ia dapatkan saat mengikuti kata hati untuk membuktikan kecurigaannya selama ini.
“Kenapa kamu ada di sini?”
Itu adalah respons pertama Guntur. Napas pria itu sedikit tersengal dan dia langsung mengikis jarak dengan Talia.
Namun, si istri sah mengambil satu langkah mundur.
“Tidak sulit–”
“Kenapa kamu ada di sini!?” sela Guntur dalam sebuah bentakan. “Hah? Kamu gak izin juga padaku. Sudah gak menganggapku suami? Iya?”
“Izin sama suami yang lagi selingkuh?” balas Talia. Tidak gentar, sekalipun tangannya gemetar. Wanita itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Bisa ya, Mas kamu bicara begitu, padahal kamu jelas-jelas sedang selingkuh?”
Talia mengalihkan tatapan pada Ineu, selingkuhan suaminya. Sekaligus sekretaris di kantor Guntur.
Dulu, Talia pernah memergoki suaminya selingkuh dengan wanita yang sama. Namun, Talia memaafkan dan memberikan kesempatan sekali lagi pada sang suami.
Hanya untuk kembali dikhianati.
Dirinya sungguh bodoh dan naif.
“Kamu bilang mau ke Bandung. Izinnya ada urusan pekerjaan.” Talia kembali berucap. “Tapi kamu malah mau menginap dengan selingkuhanmu ini ya?”
Wajah Guntur mengeras. “Jangan mengada-ada! Pikiranmu terlalu jauh. Aku di sini memang ada kerjaan. Sebagai sekretarisku, Ineu memang–”
Plak!
Ucapan Guntur terhenti ketika istrinya dengan satu tamparan keras di pipi kiri. Talia tidak tahan mendengar sangkalan sang suami yang tidak masuk akal.
“Kerjaan membelai perempuan yang bukan muhrim kamu itu, Mas?” ucap Talia. “Kalau kamu benar bekerja, aku tidak akan melihat kalian mesra seperti tadi!”
Suara Talia kini mulai gemetar, menahan emosi. Sedih, kecewa, dan marah. Dadanya terasa sesak dan tenggorokannya seperti dicekik perlahan.
Perempuan, jika dibodohi dan dibohongi berkali-kali pasti akan naik pitam juga. Sekuat-kuatnya Talia menghadapi perselingkuhan suaminya, saat melihat kemesraan dari pria yang menjadi pemimpin rumah tangganya itu dengan wanita lain, pasti sakit hati juga.
Air mata Talia akhirnya berhasil menetes begitu saja. Kakinya yang sejak tadi menumpu tubuh berdiri, seakan ingin ambruk saja saat itu.
Akan tetapi, ia tetap tegak.
“Talia. Sayang,” bujuk Guntur. Kali ini suaranya melunak. Ia berusaha mengambil tangan sang istri. “Kamu tenang dulu.”
“Sudahlah, Mas, akui saja hubungan kita di depan istri kamu.” Tiba-tiba suara si wanita selingkuhan itu terdengar. Wajahnya tampak angkuh. “Sudah telanjur juga, kan? Lagipula, bukannya kamu bilang kalau Mbak Talia enggak ada apa-apanya dibanding aku?”
“Oh?” Talia tersenyum getir. Selingkuhan suaminya ini baru menunjukkan taringnya. “Begitu?”
“In, kamu diam dulu.” Guntur menegur selingkuhannya.
“Mas, kamu kok gitu?” Ineu menyahut. “Kata kamu, Mbak Talia itu kelihatan dekil. Gak pintar dandan. Tubuhnya kurus seperti batang lidi–”
“Ineu!”
Ineu mengerucutkan bibirnya. Ada rasa kesal dalam hatinya karena Guntur terkesan tidak tegas. Karenanya, ia nekad menyalakan api.
Sementara itu, Talia terdiam.
Karena itukah dia diselingkuhi berkali-kali?
“Mas,” ucap Talia sembari menarik diri. Wanita itu menarik napas dalam-dalam. “Cukup. Kalau memang kamu masih mencintai selingkuhanmu, buat apa aku tetap menjadi istrimu?”
Guntur mengernyit. “Maksud kamu?”
“Sekarang aku persilakan kalian untuk bersama. Tanpa perlu sembunyi-sembunyi,” ucap Talia. Ia berdeham, lalu dengan suara yang lebih tegas, wanita itu berucap, “Tapi ceraikan aku lebih dulu, Mas.”
“Talia!” bentak Guntur. Namun, Talia berbalik dan mulai berjalan pergi. “Talia! Berhenti di sana!”
Talia tidak ingin dibodohi lagi. Tidak ingin diselingkuhi lagi dan jatuh ke lubang yang sama.
Karenanya, ia tidak berhenti melangkah.
“Oke kalau itu mau kamu, Talia. Kita akan bercerai. Aku akan talak kamu. Ingat, kalau kamu menyesal, aku gak akan mau balik sama kamu lagi!” Guntur memekik dengan kesal. Raungannya itu lantas sampai membuat hati Talia seperti ditusuk tanpa henti. Dipukuli bertubi-tubi.
Tetesan air mata Talia kini semakin merebak. Tapi, dalam hatinya dia berkata, bahwa suaminyalah yang akan menyesal setelah menceraikan dirinya.
“Aku bahagia dengan keputusan kamu, Mas. Lihat saja, siapa yang akan menyesal. Aku akan membuktikan itu sama kamu!”
Pernikahan Ineu dengan Guntur telah selesai dilaksanakan. Mulai dari acara akad nikah sampai resepsi pernikahan, dilanjutkan mengabadikan foto pernikahan mereka, telah berjalan dengan mulus.Tamu undangan yang hadir juga nyaris satu persen. Hanya saja, tidak ada pihak mantan dari Ineu. Anak semata wayang Ineu juga tidak ada. Hanya sanak keluarga Ineu terdekat saja yang hadir.Selesai acara tentu saja banyak hal yang dinanti. Meski masih ribet beberes barang-barang yang menjadi aksesoris dan pelengkap di acara pernikahan, tuan rumah tidak ikut mengerjakan. Apalagi Lastri, ibu kandung Guntur itu memiliki pikiran khusus di malam hari ini.Belum terlalu larut, bahkan senja baru saja lenyap dari pandangan mereka. Baru saja terdengar adzan Maghrib. Lastri pun belum memutuskan untuk pulang dari rumah putranya. Dia masih ingin tetap ada di sana untuk ikut serta membuka isi amplop dari para tamu undangan.Dia berharap Guntur–putranya segera mengganti uang yang dipinjam. Ditambah lagi nanti dib
“Hah, Mas mau dijodohin sama saya? Apa saya nggak salah dengar?” Setelah termenung beberapa saat, Talia mengutarakan keterkejutannya. Bukan ke-gr-an tapi memang dia ingin mengkonfirmasi takutnya salah dengar.“Iya. Entah kamu punya apa sampai Mama saya ngebet pengen jodohin saya sama kamu. Padahal nilai plus kamu cuma karena pernah nolongin Mama saya.” Dengan enteng tanpa beban, Ardhya mengatakan hal itu kepada Talia. Apalagi matanya yang melarak lirik kesana kemari. Membuat Talia merasa bahwa laki-laki dihadapannya itu tidak dewasa sama sekali.“Ya ampun, Mas, Saya yakin itu hanya gertakan Ibu Mas saja. Mungkin ibu Mas Ardhya mengatakan hal itu karena kesal sama anaknya yang nggak kawin-kawin, Mas. Apalagi kalau beliau sampai melihat kejadian tadi. Saya yakin Mas Ardhya akan dihukum di rumah.”Ardhya langsung mengangkat dagunya.“Kamu jangan berani-berani ya katakan hal tadi sama mama saya. Lagi pula saya juga udah putus sama perempuan gak tau diri itu. Dasar perempuan matre!” pekik
“Itu, semuanya sudah saya ganti rugi. Beres kan?” Ardhya nampak sudah mengotak-atik handphone miliknya. Sedangkan orang yang berseteru di sana sudah tidak ada lagi. Bahkan, kendaraannya pun sudah enyah. Ya, hanya Ardhya yang sanggup dan mampu bertanggung jawab di cafe plus resto itu.“Terima kasih. Tapi bukan berarti Mas nanti bisa porak-porandakan lagi kafe ini ya, Mas? Ini peringatan. Kalau sampai terjadi lagi, saya gak akan segan-segan bawa Mas ke kantor polisi!” kata manajer itu sedikit mengancam. Dia terlihat sudah melihat nominal uang masuk, untuk memperbaiki barang-barang yang rusak. Di sana ternyata sudah ada Talia. Dia tadi maju ke depan dan ikut menengahi. Apalagi Talia juga merasa kalau itu sebuah perikemanusiaan. Talia datang untuk meredam suasana. Sayangnya, perempuan yang masih diakui Ardhya masih pacarnya itu sudah pergi dengan pria yang berseteru dengan Ardhya. Mereka juga seperti menghindar, tak mau ganti rugi.Ardhya sudah
Talia menepikan kendaraan. Dia seperti melihat Ardhya yang ada dalam perkelahian itu. Ada juga seorang wanita yang menjerit-jerit, seakan berusaha menengahi. Ditambah orang-orang sekitar, mereka meraih keduanya masing-masing untuk menghentikan perseteruan.“Cukup, kalian kayak anak kecil!” pekik wanita yang memakai pakaian seksi itu. Talia melihat dengan jelas, memang benar di sana Ardhya. Apa sedang memperebutkan wanita?“Sudah-sudah, kalian akan kami bawa ke kantor polisi kalau terus membuat gaduh!” Salah seorang warga berkata. Keduanya pun kini memang nampak sejenak meredam emosi.Talia semakin mendekat. Dia sangat penasaran, kenapa sampai mereka beradu? Padahal tadi Ardhya baik-baik saja, malah marah-marah pada Talia. Sekarang berhenti di tempat berbeda, dan sudah berkelahi?“Mas, bagaimana, kalian mau kami bawa?” tanya salah seorang warga lagi yang sedang menahan pria asing yang satunya. Mereka tampak sebaya, pasti sedang memperebutkan sesuatu.“Oke, kita pergi saja. Dasar orang
“Mas Ardhya, maafin saya, Mas. Saya gak sengaja. Tadi saya ….” Talia benar-benar sulit untuk bicara. Menjelaskan apa? Ardhya tidak akan tahu menahu dengan kronologi yang terjadi.Talia terlihat bingung. Dia takut juga dikira mengada-ada. Kok bisa kebetulan itu mobilnya Ardhya ya?“Saya, apa? Kamu ngapain coba di sini? Jelasin kalau bener lagi ada sesuatu.” Ardhya sengaja menggertak Talia yang kini mematung kebingungan. Ardhya menyangka, kalau itu hanya akal-akalan Talia agar bisa merusak dan mengganggu hidupnya. Ardhya menduga Talia dendam pada dirinya.“Saya … saya lagi ….” Intinya Talia juga bingung. Apa dia perlu bicara kalau sedang mengintip Mirza tadi yang sedang berkomplot dengan preman? Tapi Ardhya tahu apa? Ini sama sekali bukan urusannya.“Pokoknya kamu harus ganti rugi. Lihat, mobil saya jadi lecet!”Talia yang masih kebingungan pun kaget bukan main. Dia seperti disambar oleh petir ketika diminta ganti r
Saat ini Talia berada di perjalanan pulang. Dia memutuskan untuk tidak ikut bersama Mirza karena tidak enak sama sekali.Tadi Talia coba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja itu untuk memperjarak agar perasaan Mirza tidak semakin dalam pada dirinya.Talia berharap Mirza bisa bertemu dengan perempuan lain dan memikirkan orang lain. Kalau terus dekat dan sering jalan bersama Bagaimana bisa Mirza melupakan Talia?Talia membawa kendaraan dengan lumayan kencang. Rasa trauma memang masih melanda tapi dia ingin segera berada di rumah.Untung saja di perjalanan pun ramai. Dia yakin, preman tadi sudah kabur jauh.Sampai di rumah nanti, rencana Talia yaitu ingin mengompres bagian tubuhnya yang dirasa memar. Setelah itu dia pun ingin istirahat.Masih mengendarai dengan penuh kecemasan, Talia pun mengingat sesuatu. Entah kenapa ada benda yang tidak ikut dengannya. Tadi, perasaan pergi ke kondangan dia ditemani tas kecil. Sekarang mana?Talia pun kini menepi lagi. Badan terasa rings
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments