Share

Hukuman dari Ibu

Kata-kata itulah yang ingin kuucapkan pada Fai. Namun, bibir ini kelu untuk mengungkapkan kebenaran tentang calon suaminya. Air mata masih berjatuhan di pipi Fai, atas kepergian Ibu. Rasanya, aku tak tega memberinya kesedihan yang baru. Jadi, kuurungkan niat ini dan menunggu waktu yang tepat di lain hari.

"Kenapa kau diam saja, Mel? tanya Fai seraya mengibaskan tangan di depan wajahku. Aku tersadar dari kegalauan.

"Kau pulanglah lebih dulu. Aku sedang tak ingin bicara denganmu!" titahku dengan nada ketus. Sengaja kupasang muka jutek, agar dia merasa tak nyaman di dekatku dan cepat-cepat pergi. Aku tak ingin melihat kesedihannya, meski aku pun tengah merasakan kesedihan yang sama.

"Tapi kenapa? Apa kau merasa tersinggung karena tadi aku bicara tentang membeli rumah baru untukmu?" Fai bertanya sambil menyeka air mata dengan ujung jilbabnya, membuatku ingin memeluk dan menenangkannya. Tapi, ah ... aku terlalu gengsi, karena di matanya aku hanyalah 'orang jahat' yang tak punya perasaan. "
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status