Pagi harinya Esme terbangun dengan kondisi tubuhnya yang begitu sehat dan nyenyak karena kemarin malam Esme dapat tertidur pulas tanpa ada sebuah gangguan sedikitpun dari laki laki buaya kelas kakap yang entah tidur dimana ia kemarin malam. Esme segera turun dari kasurnya dan segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Esme juga sempat melihat jam yang baru menunjukkan pukul 5 pagi.
Seharusnya Austin masih belom bangun untuk jam segini, batin Esme menebak nebak dalam hatinya. Setelah Esme selesai mandi ia langsung membereskan kembali sofa yang sempat ia dorong ke arah pintu agar pintunya tidak bisa terbuka lalu langsung membuka kuncinya. Suasana dirumah Austin begitu sepi, suram sekali di dalam. Esme tidak melihat ada orang yang berlalu lalang di koridor ruangannya berada. Dan seketika Esme mendapati Kiana yang sedang berjalan menaiki anak tangga ...
"Morning Kiana..." sapa Lawrence tersenyum
"Mornin
"Apa yang ingin kau ketahui dariku ?" tanya Austin tiba tiba sambil menatap dengan manik matanya yang tajam ke manik mata EsmeEsme diam seribu bahasa, apa yang dimaksud oleh Austin ? Kenapa tiba tiba dia bertanya seperti itu pada Esme ? Apakah Austin sudah mengetahui siapa Esme itu ? Sontak Esme langsung menunjukkan wajah bingungnya dan sekaligus sedikit panik."Apa maksudmu ?" tanya Esme bingung"Apakah sebegitu penasarannya kau dengan ruangan pribadiku Esme ?" tanya Austin memanggil nama panggilannyaSontak Esme tentu saja langsung kaget bukan main ketika Austin mengetahui nama aslinya. Walaupun Lawrence juga merupakan nama aslinya tetapi Esme lebih banyak dikenal dan memang nama umumnya. Dan sekarang Austin mengetahuinya, apakah ia juga mengetahui kalau Esme adalah Agent CIA yang sedang bertugas mengawasinya ? Apakah aku akan mati sehabis ini karena mengetahui identitasnya ?
Suasana pesta pernikahan teman Austin di dalam Ballroom yang begitu besar dan megah. Dipenuhi dengan orang orang yang berpakaian sangat rapi dan juga indah. Saat Austin dan Esme memasuki ruangan ballroom tersebut, tidak sedikit pasang mata laki laki yang menatap ke arah Esme dengan tatapan jahilnya. Tetapi Esme hanya membuang muka tak acuh dan mengikuti Austin yang terus menggemgamnya dengan sangat erat.Ternyata Austin membawanya kepada teman-temannya yang sudah memanggilnya dari arah jauh. Esme sempat mengenali beberapa wajah dari mereka, beberapa pernah Esme temui ketika berada di Sixth sense dan ada satu orang yang masih Esme ingat wajahnya yaitu partner bisnis gelap Austin. Austin dan teman-temannya pun mengobrol menggunakan bahasa Spain yang tentu saja dapat Esme pahami. Sedangkan Esme sibuk dengan mengamati seluruh ruangan terlebih kepada tamu yang diundang.Dan ketika Esme melihat ke arah sebrangnya tepat disitu terdapat dua sepasang
Esme langsung merasakan sebuah tangan yang begitu hangat yang dengan leluasanya menyusuri setiap jengkal kulitnya dengan perlahan dan begitu lembut. Posisi dimana Esme yang hanya mengenakan pakaian dalemannya saja membuat Austin dapat dengan asik melakukan aksinya sekarang. Esme sedikit memejamkan matanya untuk menahan sensasi rasa geli dari perutnya karena tangan Austin yang terus menggodanya di bagian perutnya."Apakah kau takut, Esme ?" tanya Austin dengan suara rendahnya tepat di teinga EsmeEsme berbalik ke arah belakang sehingga sekarang mereka saling berhadap-hadapan satu sama lain. Esme menjawabnya dengan sebuah gelengan dari kepalanya, dan melihat hal itu Austin langsung menerobos dan mencium Esme dengan sangat brutal dan juga sangat menuntut. Dalam tautan mulut mereka yang saling beradu, Austin mengarahkan Esme dengan sedikit mendorongnya membuat Esme terus berjalan ke belakang hingga akhirnya ia terjatuh di atas sebuah kasur
Esme terbangun dari tidurnya yang begitu pulas, tidak perlu dipungkiri lagi karena ia sangat kelelahan kemarin malam setelah dilahap habis habisan oleh Austin. Esme mengerjapkan matanya dan yang pertama kali ia lihat adalah Austin yang masih tertidur dengan begitu pulas. Mereka berdua masih tidak mengenakan busana apa apa yang menutupi tubuh mereka. Berhubung Austin masih terlelap dalam tidur, mungkin ini akan menjadi kesempatan Esme untuk menggeledah tempat ini.Esme segera bangun dan berdiri tetapi ia merasakan seluruh kakinya yang sangat ngilu dan susah untuk digerakkan. Esme tidak mengira kalau sakitnya akan sangat mengilukan seperti itu, tapi untungnya tubuh Esme terbuat dari baja jadi ia tidak pedulikan dengan betapa sakit kakinya. Esme mengenakan pakaian tidur Austin yang tergeletak dibawah kakinya dan barulah Esme mencari tau seluruh kondisi ruangan ini.Beberapa jam kemudian, Austin yang baru saja terbangun karena merasa
Esme hanya bisa terdiam di dalam sebuah lemari pakaian yang begitu kecil yang hanya muat untuk seluruh tubuhnya seorang saja, bahkan di dalam lemari pun Esme tidak dapat selonjoran melainkan ia harus menekuk kakinya seperti orang yang meringkuk. Esme masih memandangi peristiwa yang ada di depan matanya melalui celah kecil di lemari pakaian itu. Esme dapat melihat kilatan tajam dari mata dan wajah Ayahnya Austin ketika dipukul oleh anaknya sendiri."Eres un chico muy insolente, mátalo si no quieres verme matarlo !" ucap Ayahnya Austin dengan nada Tinggi melengking(Kau memang anak yang sangat kurang ajar, Bunuh dia kalau kau tidak mau melihat aku yang membunuhnya !)Siapa yang tidak takut ketika orang yang sedang mereka bicarakan mendengar semua dan jelas jelas mengerti setiap kata serta ucapan yang dikeluarkan dari mulut mereka. Esme hanya bisa terdiam saja ketika mendengar sebuah ancaman yang sangat sering ia dengar bahk
Esme dan Austin yang sedang dalam perjalanannya menuju Mansion Austin sama sekali tidak ada suara di dalam taxi yang mereka naiki. Esme yang mengutuk dirinya karena tindakannya saat berada di posisi siaga mewajibkan dirinya harus mengeluarkan sebuah pistol yang selalu ia simpan. Esme sudah dapat menebak kalau Austin pasti akan mempertanyakannya mulai dari pertanyaan Siapa dirinya dan bagaimana Esme bisa menembak dengan sangat ahli. Saat ini Esme hanya bisa berharap kalau ia masih bisa selamat kedepannya ...Sedangkan Austin yang sibuk dengan pikirannya sendiri sambil memandangi pemandangan kota spanyol di kaca jendela luar. Sedari tadi Austin masih sibuk dengan satu pertanyaan yang ada di dalam benaknya, Siapa Esme sebenarnya. Walaupun Austin cukup terpukau melihat Esme yang tampaknya bukanlah wanita biasa, ia handal dalam mengendarai mobil ketika sedang dikejar, lalu ia handal dalam menembak dan segala macamnya yang kurang lebih berhubungan dengan dunia mafia.
Esme kembali terbangun di siang hari bolong dengan kondisi tubuhnya yang begitu pegal terlebih begitu perih di bagian antara kedua pahanya. Esme sudah tidak bisa berkata kata lagi mengenai kemarin malam, karena memang Austin sudah snagat gila dalam bermainan yang tidak kunjung berhenti. Entah sudah ke berapa kali mereka bermain kemarin malam sampai akhirnya baru bisa tertidur di pagi hari. Esme menghela nafas beratnya melihat seorang laki laki yang ada di sampingnya yang masih tertidur pulas seperti anak bayi orok. "Dasar lelaki penuh dosa !" umpat Esme pelan Esme pun langsung berencana untuk turun dari kasur dengan memaksa kedua kakinya untuk berdiri tegak dan berjalan. Walaupun sebenarnya Esme bisa dibilang sedikit terlambat tetapi tidak ada salahnya ia kembali menyusuri seluruh yang ada di ruangan ini. Esme menarik baju kemeja putih Austin yang begitu kebesaran saat Esme pakai. Esme pun mulai berjalan dan lebih meneliti lagi dis
Esme memasuki sebuah ruangan yang bahkan ia sendiri belum pernah memasukinya, ini akan jadi pertama kalinya bagi Esme memasuki sebuah ruang kerja pribadi dari seorang ketua mafia. Ngomong ngomong mengenai mafia sepertinya Esme sedikit bisa memprediksi akan seperti apa ruang kerjanya berhubung Esme pernah menjadi salah satu geng mafia yang paling ditakuti orang pada masanya, Mafia Roycival.'Doors Open' tertulis sebuah tulisan di layar monitor kecil samping pintu utamaEsme segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan menutup kembali pintu ruang kerja Austin agar tidak telrihat melongo dari luar. Dan seketika jantung Esme langsung turun di perut ketika melihat seisi ruangan yang sangat jauh dari dugaan Esme. Walaupun ia adalah mantan dari geng mafia dan juga seorang agent CIA tetapi melihat kondisi sekarang sepertinya bisa dikatakan kelewatan untuknya.Bagaimana tidak ... di sekeliling ruangan ini dipenuhi o