Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

Oleh:  Emylia Arkana Putra  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
38Bab
9.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Heru–seorang suami dzolim akhirnya hanya bisa menyesal setelah Ningrum Anniyah–istrinya memutuskan untuk mengiya'kan perceraian yang diinginkan oleh dirinya.  Ning adalah istri yang tidak pernah menuntut. Meskipun nafkah yang diberikan oleh Heru jauh dari kata cukup. Dia tetap menerima dengan ikhlas.  Justru Heru lah yang tidak pernah bersyukur. Dengan uang tujuh puluh ribu rupiah per minggu, dia berharap istrinya bisa cantik dan berpenampilan menarik serta menyiapkan makanan enak setiap harinya.

Lihat lebih banyak
Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
silvia Rosalinda
bagus thor ceritanya. simple, padat dan gak bertele-tele.
2023-07-12 01:23:26
1
user avatar
Mayda Kyoto
mantap cerita nya..ning perempuan tegar dan nggak cengeng
2023-05-23 12:35:57
2
38 Bab
Bab 1 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Mas, boleh aku minta uang? Beras dan keperluan pokok lainnya sudah habis," terang Ning–istriku.Aku yang sedang mengenakan kemeja kerja langsung menoleh ke arahnya. "Habis? Harusnya 'kan uang mingguan yang aku kasih cukup untuk belanja kebutuhan satu minggu. Ini baru empat hari. Memang uangnya kamu ke manain?" tanyaku agak kesal. Aku kembali mengalihkan pandangan ke cermin. Merapikan pakaian dan menyisir rambut. Baru empat hari, bisa-bisanya uang belanja sudah habis. Padahal aku tidak pernah telat memberi uang mingguan pada Ning. Sebagai suami, aku sudah berusaha tanggung jawab, tapi istriku selalu saja boros. Bukannya uang tujuh puluh ribu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan satu minggu. Apalagi kita cuma tinggal berdua."Kemarin ada kebutuhan di luar itu, Mas. Aku ambil tiga puluh ribu untuk bayar arisan bulanan RT dan juga kas, aku udah nunggak tiga kali dan harus dibayar semua," terangnya."Mending ngga usah ikut RT'nan. Bi
Baca selengkapnya
Bab 2 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUIda sudah menungguku di depan kontrakannya. Mimik wajahnya bisa ditebak kalau dia sedang kesal. Semua gara-gara Ning, aku jadi terlambat menjemput kesayangan. "Niat jemput ngga, sih, Mas. Kamu terlambat sepuluh menit. Aku tuh paling males kalau disuruh nunggu.""Maaf, Da. Tadi Mas harus …," aku menghentikan ucapan. Tidak mungkin bilang sama Ida kalau tadi harus nganter Ning ke warung dulu. Bisa-bisa dia tambah ngambek."Harus apa?" "Harus ngisi bensin dulu, kemarin lupa mau ngisi sekalian. Tadi antri panjang." Segera turun dan mendekati Ida yang masih terlihat cemberut dengan tangan bersedekap. Meski sedang marah, tapi Ida tetap terlihat cantik. Hatiku semakin tak karuan dibuatnya. Seandainya aku bisa menikah dengannya, betapa bahagia dan beruntungnya aku. "Sudah, dong, cemberutnya! Nanti pulang kerja, Mas beliin kamu hadiah."Seketika kedua mata Ida berbinar, "bener, Mas? Kamu mau ngasih aku hadiah?"Aku menganggukkan kepala sembari memeg
Baca selengkapnya
Bab 3 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSebenarnya dari semalam aku ingin bicara sama Mas Heru, ingin periksa kandungan ke dokter. Selama hamil, aku belum pernah USG dan hanya periksa ke bidan di desa sebelah. Itu pun Mas Heru sering uring-uringan saat aku meminta uang untuk periksa. "Mas, mumpung kamu libur kerja, anterin aku periksa ke dokter, ya. Aku pingin USG, biar tahu perkembangan bayi kita di dalam kandungan." Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk bicara.Mas Heru tidak menggubris ucapanku, dia terlalu asyik dengan ponsel di tangannya. "Mas …," panggilku lagi."Kamu pikir periksa ke dokter ngga bayar? Ngga usah USG juga ngga pa-pa 'kan. Asal kamu bisa jaga baik-baik kandunganmu, bayinya pasti sehat."Aku merasa, semakin hari sikap Mas Heru semakin cuek padaku. Tidak ada perhatiannya sama sekali. "Mas … sekali ini saja. Aku cuma pengen tahu kondisi bayi kita," rengekku.Mas Heru berdiri dari duduknya dan mendekat ke arahku. Kini dia berdiri persis di depanku. "
Baca selengkapnya
Bab 4 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Ning … Ning," teriakku. Setelah berdebat tadi, aku memang meninggalkan dia untuk keluar jalan-jalan, tentunya bersama Ida. Setidaknya pusing di kepala ini langsung hilang ketika melihat senyum manisnya. "Ke mana, sih, perempuan ini? Selalu saja bikin aku emosi.""Assalamu'alaikum." Tidak berapa lama Ning datang."Astaga, suami pulang bukannya di rumah malah kelayapan."Ning hanya diam saja, sama sekali tidak menjawab ucapanku. Dia langsung pergi ke belakang mengambil segelas air putih untukku, dan masih tetap diam.Sok-sok'an ngambek segala. Memangnya aku peduli. Harusnya 'kan aku yang marah.Coba saja Ida yang menyambutku saat pulang ke rumah, pasti rasa lelahku langsung hilang. Tidak seperti sekarang, aku merasa tidak nyaman berada di rumah.***Pagi yang kunanti telah tiba. Waktu yang selalu membuat semangat karena akan bertemu dengan pujaan hati. Ida Indriyani … sedetikpun rasanya enggan untuk menghilangkan bayangannya dari pikiranku.
Baca selengkapnya
Bab 5 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"M-Mas Heru …. Aku tidak salah lihat 'kan? Barusan benar-benar Mas Heru. Istri? Dia menyebut perempuan yang dibonceng dengan sebutan istri. Lantas aku ini?"Aku yang baru saja turun ke jalan menghibur pengendara yang berhenti di lampu merah mendapat kejutan yang membuat hati ini tercabik, teriris. Begitu sakit.Menangis? Tidak, bahkan aku tidak mampu menangis. Aku menepuk dada ini berkali-kali untuk menghilangkan rasa sesak yang tak mampu kubendung. "Ning, kamu kenapa? Sakit?" tanya Bu Wati–ibu badut yang memberiku pekerjaan."Sa-sakit? Saya tidak apa-apa, Bu. Cuma sedikit nyeri saja perutnya, mungkin karena barusan bayi di dalam perut nendang." Aku berusaha tersenyum, meski hatiku menangis dan hancur."Benar? Kalau memang sedang tidak enak badan, jangan dipaksain. Kamu bisa mulai jadi badut kapan saja, yang penting kesehatanmu, Ning."Aku tidak boleh lemah, aku tidak boleh cengeng, aku perempuan kuat. Aku berusaha melupakan apa yang kulihat
Baca selengkapnya
Bab 6 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Ada apa dengan Ning? Sikapnya tiba-tiba berubah. Apa dia kesurupan karena seharian kelayapan?" ucapku sendiri sambil berusaha menghidupkan kayu bakar untuk masak air. Berkali-kali berusaha, tapi tetap saja tidak bisa. Sampai-sampai mataku perih. Hah … d*s*r istri tidak tahu diri. Disuruh menyiapkan air panas tidak mau, disuruh masak enak malah ngasih kertas. Apa, sih, mau dia?Coba sedang tidak hamil, sudah ku'tinggalkan saat ini juga. Hampir lima belas menit, masih saja aku tidak bisa menghidupkan apinya. Emosiku sudah sampai di ubun-ubun. Capek pulang kerja bukannya dilayani, malah disuruh masak air sendiri. Aku segera melempar kayu yang ada di depanku dan beranjak masuk untuk menyuruh Ning yang masak air. Karena itu sudah menjadi tugasnya.Ning yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat sangat santai, sama sekali tidak merasa bersalah telah menyuruhku mengerjakan tugas yang sudah menjadi tugasnya. Aku menarik tangan Ning mengajak
Baca selengkapnya
Bab 7 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSelama menikah, baru kali ini aku keluar rumah tanpa izin pada suami. Aku tahu ini salah, tapi aku juga punya batas kesabaran. Mengatur napas untuk melegakan sesak di dada, rasanya seperti terhimpit batu besar. Aku tidak pernah menyangka, pria yang pernah berjanji akan selalu menjaga dan menyayangiku di hadapan bapak dan emak tega mengingkari. Seandainya kedua orang tuaku masih ada, pasti mereka tidak akan membiarkan Mas Heru menyakiti aku seperti ini. "Ning, dari kemarin Ibu lihat kamu banyak melamun. Ada yang sedang kamu pikirkan?"Aku menoleh ke arah Bu Wati yang sedang menatapku. Seperti biasa, aku mengumbar senyum mengembang. "Ning baik-baik saja, Bu. Biasa, Ibu hamil bawaannya ngga menentu.""Ya sudah … kalau memang belum siap terbuka sama Ibu. Tapi kalau kamu memang sudah tidak kuat, Ibu siap menjadi pendengar segala keluh kesahmu, Ning. Apalagi orang hamil tidak boleh banyak pikiran, nanti berpengaruh pada bayinya," ucap Bu
Baca selengkapnya
Bab 8 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Terus ini gimana, Mas? Masa' iya aku ikut dorong motor sampai tempat kerja, yang ada kakiku gempor," protes Ida. "Lagian istrimu itu ngapain pakai ngambil kunci motor segala?" sambungnya lagi.Ning memang keterlaluan, aku tidak habis pikir dia menjadi badut jalanan seperti itu, memalukan. "Kamu naik angkutan saja, ya. Biar Mas dorong sendiri motornya."Ida menyembulkan napas, "ya sudah, Mas Heru cariin aku taksi. Kalau naik jalur ngga bisa turun sampai depan pabrik."Aku pun segera mencarikan Ida taksi biar dia tidak telat masuk kerjanya. "Aku duluan, ya, Mas," pamit Ida ketika taksinya sudah datang. Si*lan, gara-gara Ning aku harus dorong motor. Berduaan dengan Ida pun gagal. Ternyata dua hari ini Ning tidak ada di rumah karena menjadi badut? Berarti badut yang kemarin itu dia juga? Astaga … kok bisa aku sampai tidak mengenalinya. Sekarang Ning sudah tahu kalau aku memiliki perempuan lain di belakang dia. Pantas saja sikapnya sangat ane
Baca selengkapnya
Bab 9 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NING"Ternyata perempuan itu lebih berarti daripada aku dan anak kita, Mas. Kamu lebih memilih pergi meninggalkan kami," ucapku tanpa beranjak dari tempat duduk setelah Mas Heru benar-benar meninggalkan rumah.Laki-laki yang pernah mengucap janji suci, berjanji di depan bapak telah mengingkari ucapannya sendiri. Tidak ada maksud menjadi istri pembangkang, membantah dan berani menantang suami. Tapi Mas Heru sudah sangat keterlaluan. Bukan kata maaf yang terucap atas perbuatan yang dia lakukan, melainkan masih saja menyalahkanku. "Kita pasti mampu menghadapi semua ini, Nak. Ibu akan selalu menjagamu. Maafin Ibu belum bisa memberikan yang terbaik." ***Waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan berwudhu untuk menjalankan salat sunah tahajud. Hanya dengan mengadu dan berkeluh kesah pada Rabb'ku hati ini menjadi tenang. Menguntai sebuah doa dan harapan, memohon ampun atas segala kesalahan. Aku pasrahkan hidu
Baca selengkapnya
Bab 10 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Da, Ida …," panggilku sambil mengetuk pintu berkali-kali. Pagi-pagi buta aku sudah menyambangi kontrakannya. Tidak berapa lama Ida pun membuka pintu, wajahnya masih terlihat ngantuk. "Astaga, Mas Heru. Ngapain pagi begini sudah ke sini. Aku juga belum mandi, baru bangun tidur.""Boleh aku masuk dulu. Ngga enak kalau dilihatin orang." Aku celingak celinguk mengamati sekitar kontrakan Ida. "Cepetan!"Aku pun segera memasukkan barang-barangku.Semalam terpaksa aku tidur di pos ronda tak jauh dari kontrakan Ida, karena bingung mesti ke mana. "Da, aku nitip mandi, ya.""Hem … malah repot sendiri 'kan sekarang. Harusnya Mas Heru tidak usah pakai acara pergi dari rumah segala. Mestinya badut itu yang keluar. Sekarang dia malah enak-enakkan tinggal di rumah kamu.""Ngga pa-pa, Da. Ini juga untuk sementara saja. Besok setelah Ning melahirkan, aku akan ceraikan dia. Dan rumah itu akan aku minta." Terpaksa berbohong, padahal rumah tersebut memang mi
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status