Bersandar pada Ketakutan

Bersandar pada Ketakutan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Oleh:  Nalla ElaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
75Bab
689Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Amethyst Callahan, seorang gadis dengan gangguan kecemasan bertemu dengan Dominic Blackwood yang tampak kuat dan protektif, namun ternyata posesif dan sulit dikendalikan. Alih-alih membuatnya merasa aman, hubungan ini malah memperburuk kecemasan yang selama ini ia coba atasi. Berkali-kali Amethyst berusaha lari, tapi Dominic selalu berhasil menahannya. sampai akhirnya ada orang lain yang ikut campur dan membuat Dominic menggila. Dominic sering meracau dengan berat badan turun drastis mengetahui Amethyst menghilang bak ditelan bumi. Ia menyesali segala yang telah ia lakukan demi memaksa Amethyst untuk tinggal disisinya. Apakah Dominic layak untuk mendapat kesempatan kedua?

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Pelukan di tengah badai

Hujan deras menghantam jendela apartemen Amethyst, irama derasnya terasa seperti ancaman, bukan kenyamanan. Petir menyambar dengan suara menggelegar, mengguncang seluruh ruangan yang gelap gulita. Amethyst duduk meringkuk di sudut sofa, tubuhnya gemetar hebat. Nafasnya pendek dan terputus-putus, hampir seperti dia mencoba mencari udara di ruang hampa.

Amethyst menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isak yang mulai mendesak keluar. Namun, pikirannya mengkhianatinya, menariknya kembali ke kenangan yang berulang kali berusaha ia lupakan.

"Kau ini bodoh! Tak ada gunanya!" Bentakan ayahnya menggema di benaknya, seperti rekaman yang tak henti diputar. Ia teringat tatapan penuh amarah pria itu, tangannya yang selalu terangkat untuk menegaskan kekuasaan atas keluarganya. "Jangan berani-berani menjawab ku, Amethyst!"

Saat itu ia hanya seorang anak kecil, tubuhnya terlalu kecil untuk melawan, terlalu lemah untuk melindungi dirinya sendiri. Dia akan meringkuk di sudut kamar, sama seperti sekarang, berharap seseorang datang menyelamatkannya. Tapi tidak ada yang pernah datang—tidak ibunya, tidak Michelle, tidak siapa pun.

Kilatan petir lain menyambar, menyinari ruangan sejenak. Dalam cahaya itu, Amethyst melihat bayangannya di kaca jendela. Tubuhnya yang gemetar, matanya yang dipenuhi air mata, tampak begitu rapuh. Dia membenci betapa lemahnya dirinya saat ini, betapa ketakutan masih memiliki cengkeraman kuat dalam hidupnya.

Ponselnya terus bergetar di meja kopi, layar menyala menampilkan nama Dominic berulang kali. Namun, tangannya terlalu lemah untuk meraihnya. Dunia di sekitarnya terasa kabur, pikirannya diselimuti bayangan gelap yang kian menyesakkan.

Petir kembali menyambar, menggetarkan kaca jendela. Amethyst memejamkan matanya erat-erat, tubuhnya kini mulai kehilangan keseimbangan. Ini terlalu banyak... aku tidak bisa...

Lalu terdengar suara keras dari arah pintu. Pintu apartemen terbuka dengan hentakan, dan langkah kaki cepat terdengar mendekat. Dominic muncul, basah kuyup dari ujung kepala hingga kaki, rambutnya meneteskan air ke lantai. Matanya menyapu ruangan yang gelap hingga menemukan Amethyst yang duduk meringkuk di balik sofa dengan penampilan berantakan.

"Amethyst!" serunya, suaranya tegas namun penuh kepanikan.

Dalam beberapa langkah, Dominic sudah berada di sisinya. Tanpa ragu, ia melepas jas dan kemejanya, membiarkannya jatuh ke lantai, hingga hanya tersisa kulit telanjang yang berkilauan oleh air hujan.

Dia berlutut di depan Amethyst, menarik tubuhnya yang gemetar ke dalam pelukannya. Mencoba memberinya rasa aman di tengah kekacauan.

"Dengarkan aku, sayang. Aku di sini. Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu," ucapnya sambil mengusap punggung Amethyst yang bergetar.

Nafas Amethyst masih tersengal-sengal, tetapi dia bisa merasakan kehangatan tubuh Dominic, juga kekuatan di balik pelukannya. Dominic menyentuh pipinya dengan lembut, memaksa Amethyst untuk menatapnya.

"Ikuti nafasku, Amethyst. Tarik nafas perlahan... masuk... lalu keluarkan. Seperti ini."

Dia memandu Amethyst dengan perlahan, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Meskipun berat, Amethyst mulai mencoba mengikuti irama nafas Dominic. Setelah beberapa saat, gemetar di tubuhnya mulai berkurang, meskipun belum sepenuhnya hilang.

Dominic meraih kantong kecil dari jaketnya, mengeluarkan botol obat penenang yang sudah dia persiapkan. "Minumlah ini, sayang. Ini akan membantumu merasa lebih baik."

Dengan tangan gemetar, Amethyst menerima kapsul itu, menelannya dengan bantuan segelas air yang Dominic sodorkan. Begitu obat itu mulai bekerja, tangis Amethyst akhirnya pecah. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Dominic, tubuhnya terguncang oleh isakan.

"Aku... aku tidak bisa... aku merasa akan mati," isaknya pelan.

Dominic mengecup puncak kepalanya, pelukan di sekeliling Amethyst semakin erat. "Kau tidak akan mati, Amethyst. Aku di sini. Aku akan selalu di sini. Bahkan jika dunia runtuh sekalipun, aku tidak akan pergi darimu."

Dia terus membisikkan kata-kata lembut, membiarkan Amethyst meluapkan semua emosinya. Hingga akhirnya, tubuh Amethyst mulai tenang di pelukannya, meskipun matanya masih sembab oleh air mata.

"Kenapa kau datang, Dominic?" bisik Amethyst, suaranya serak.

Dominic tersenyum tipis, menatapnya dengan tatapan dalam yang tak bisa Amethyst selami. "Karena aku tidak bisa membiarkanmu sendiri, terutama di saat seperti ini. Kau adalah milikku, Amethyst. Dan aku akan selalu menjagamu, apapun yang terjadi."

Hujan masih mengguyur di luar, tetapi di dalam apartemen itu, ada kehangatan yang Dominic ciptakan dengan caranya yang dominan. Amethyst merasa terlindungi, meskipun ada sesuatu yang samar. Suatu hal yang sedikit menyentil alarm di sudut hatinya.

Dia memeluk Dominic erat, mencengkeram punggungnya seolah takut pria itu akan menghilang. “Aku benci ini, Dominic. Aku benci semuanya. Aku benci bahwa aku begitu lemah,” isaknya.

Dominic mengecup keningnya lembut, meskipun tubuhnya sendiri menggigil. “Kau tidak lemah, Amethyst. Kau adalah hal terkuat yang pernah aku temui. Kau menghadapi begitu banyak, dan kau masih di sini. Aku tidak akan membiarkan siapa pun atau apa pun menyakitimu lagi.”

Untuk pertama kalinya malam itu, Amethyst merasa dirinya tidak sendirian melawan ketakutannya. Ia membenamkan wajah di dada Dominic, membiarkan aroma khas pria itu menenangkan pikirannya yang porak-poranda. Di tengah gemuruh petir yang masih terdengar, Dominic adalah satu-satunya suara yang membuatnya merasa aman.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
75 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status