"Nooon ... ada temen Non di depan!" lapor Tuti pada Jelita yang sedang bersiap di depan cermin."Iya, Tut. Suruh tunggu aja di ruang depan, bentar lagi aku ke sana.""Iya, Non."Jelita mengulas senyuman saat melihat Revan sedang duduk menunggunya, seolah kembali ke masa lalu, di mana dia sering bertemu dengannya di rumah ini."Van!" panggil Jelita dengan dandanan ala ABGnya tak lupa memakai kacamata hitam dan topi, agar tidak terlalu kentara dia sedang pergi dengan pria lain, selain suaminya."Li ... kalau penampilan kamu kayak gini, jadi inget waktu kita masih SMA yah, haha ...!" ucap Revan matanya tak lepas memandangi Jelita."Kebetulan aku gak bawa baju, yang ada di lemari baju ini, yah aku pakai aja.""Tapi kamu kelihatan cantik, Li. Masih seperti dulu, saat kita masih sama-sama SMA." Jelita tersipu mendengar pujian Revan."Kamu, mujinya segitu aku jadi malu.""Tapi kamu beneran cantik, Li. Makanya aku jatuh cinta sama kamu."Ungkapan perasaan cinta Revan makin membuat Jelita mela
"Tutiii ... !" panggil Jelita, masuk ke rumah setelah mobil Revan pergi.'Tuti, ngapain di situ, itu ditanyain Non Jelita!" ujar Bi Onah, yang mendapati anaknya itu sedang mengintip majikannya lagi."I-iya Bu, sebentar aku ke sana kok!" Tuti segera menghampiri sang majikan.'Ini anak kerjaannya ngintipin Non Jelita aja, gimana kalau ketahuan sama Non Jelita atau Nyonya Rima, bisa-bisa kena semprot dia.' Bi Onah menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan putri semata wayangnya itu."Iya Non, ada apa?" tanya Tuti."Baju saya udah pada kering belum?""Udah kayaknya, tapi belum saya angkatin semua.""Ya udah sekarang kamu angkat semuanya, terus setrika yah!""Iya Non, saya kerjain sekarang."Sambil menunggu Tuti membereskan pekerjaannya, Jelita masuk ke kamarnya.Dia membuka lemarinya, amplop putih yang terselip diantara pakaiannya dia keluarkan.Dia buka kembali semua memori tentang dia dan Revan kala remaja. 'Vaan ... kita ketemu lagi, aku senang bisa ketemu lagi ...' gumam Jelita
Tak ingin terus dalam dekapan Arman, Jelita melepaskan perlahan tangan Arman yang melingkar di tubuhnya, dia harus menemukan foto itu sebelum Arman yang menemukannya. Tapi begitu tangan Arman terlepas dari tubuh Jelita, Arman bergerak.'Ya ampun apa dia akan bangun!' Jelita berpura-pura memejamkan matanya, dan kembali tidur di pelukan Arman.Arman mulai membuka matanya, dia lihat Jelita masih tertidur di pelukannya.'Hmmm ... ternyata ini bukan mimpi, Jelita benar-benar ada di pelukanku, tidurku benar-benar nikmat, padahal niatnya mau ngajak pulang, Eeeh malah ketiduran!' Arman melepaskan dekapan tangannya."Makasih yah Sayang, walaupun hanya dipeluk aku sangat senang bisa merasakan pelukan sang istri, mungkin suatu saat kamu bisa memberikan aku lebih, Sayang," ucapnya pelan, tapi masih bisa didengar Jelita, membuat hati Jelita terenyuh.Cup! Arman mengecup kening Jelita, sambil mengucapkan, "Aku sangat mencintaimu, Sayang!" Rasanya membuat dada Jelita bergetar mendapatkan perlakuan
"Mudah-mudah sih emang gak apa-apa!" ujar Arman yang masih merasa khawatir dengan ibunya.Karena masih libur, Jelita sengaja mengajak sang suami jalan-jalan menghilangkan suntuk.Berbeda ketika sedang jalan dengan Revan, kini Jelita bisa bebas berjalan berdua tanpa harus menyamar menutupi kecantikannya dengan topi dan kacamata hitam."Jelita, selama aku menikah aku belum beliin kamu apa-apa, apa kita beli sesuatu yang sepasang, gimana?" tanya Arman tiba-tiba."Kita juga menikah baru empat bulan Mas, nafkah yang kamu kasih saja udah lebih dari cukup!""Gak apa-apalah, kali-kali. Ayok!" Arman mengajaknya ke dalam toko jam tangan yang cukup ternama di Mall itu."Mbak, carikan kami jam tangan untuk couplean."Pegawai toko itu memberikan banyak pilihan jam tangan untuk pasangan."Bagus-bagus yah, Mas?" Jelita merasa takjub dengan model jam tangan yang ada di toko itu semuanya tampak bagus "Ini gimana?" Arman memilih salah satu model jam tangan."Bagus Mas, aku suka modelnya, elegan!" "Mb
Jelita kembali bekerja hari itu, matanya terus lekat pada jam tangan pemberian Arman.'Kenapa aku begitu senang dengan pemberian Mas Arman ini yah?' gumamnya sambil terus tersenyum."Haaai ... Jel, ada yang mau aku bicarakan sama kamu!" ujar Hanny sengaja mendatanginya di ruangannya."Ada apa, mukanya serius amat?" tanya Jelita."Waktu hari sabtu aku sama anakku jalan di Mall, aku lihat ada seseorang mirip kamu sama Pak Revan lagi jalan berdua, keluar dari wahana permainan."Deg! 'Ya ampun, Hanny lihat aku sama Revan waktu jalan Sabtu kemarin, bisa gawat nih, jangan sampai dia tahu!' gumam Jelita agak panik."Kamu salah lihat kali, Han. Sabtu aku seharian di rumah Mama, nyuci!" Jelita berusaha mengelak, tak ingin sampai sahabatnya tahu tentang hubungannya dengan Revan."Nyuci?" Hanny mengerutkan dahinya."Kamu jangan ketawa yah! Masa aku disuruh nyuci sama mertuaku pakai tangan coba, mana cucian aku sama Mas Arman itu banyak banget, alasannya mesin cucinya rusak coba!" Jelita berhasi
"Ayo, Mas!" Jelita mengajak Arman ke toilet.'Aku gak tega melihatnya kepedesan seperti itu, berbeda ketika melihat ibunya aku sangat puas, melihatnya menderita karena kepedasan,' batin Jelita.Jelita mengajak Arman masuk ke dalam toilet lalu mengunci pintunya.Arman menggaruk kepalanya yang tak gatal, berpikir mau apa istrinya itu mengajaknya ke toilet dikunci pula."Jelita Sayang, mau apa kamu bawa aku ke sini?" tanya Arman."Bentar yah Mas, aku lihat dulu situasi!" Jelita membuka kembali pintu toilet, kepalanya celingukan melihat keadaan luar toilet, "Amaaan ...!!" katanya."Apanya yang aman?" Dahi Arman berkerut.Jelita pun mengunci kembali pintu toilet itu."Mas, bibir kamu masih merasa panas?" tanyanya sambil menyentuh bibir Arman yang terlihat memerah dan membengkak."Ya ampun sampai segininya, maaf yah Mas aku malah memksamu makanan super pedas itu!""Aku gak mau mengecewakan kamu, Sayang, kalau aku menolaknya!" jawabnya sambil menahan rasa terbakar dari bibirnya.Jelita teren
Jelita kembali ke kantor, tapi lirikan karyawan supermarket dan pandangan sobatnya Hanny disertai cekikikan membuatnya tak nyaman."Han, kok ngeliatin akunya kayak gitu, pake cekikikan lagi?" tanya Jelita sewot."Kamu habis ngapain sama Bebeb, sampe bibir kamu bengkak gitu, hahaha ...?!" Hanny tak tahan menahan tawanya melihat bibir Jelita yang bengkak seperti digigit tawon."Haaa ... bibir aku bengkak, iyakah?" Jelita kelimpungan dia pun mencari cermin dalam tasnya.Begitu Jelita bercermin, "Astagfirullah ... kenapa bibirku bisa Segede ini?" Jelita meraba bibirnya yang membengkak dua kali lipat dari ukuran biasanya."Hahahaha ... baru nyadar kamu, Jel... tadi pas ngelakuinnya emang gak sadar ya, terlalu enak yah, hahaha ..." Hanny terus saja meledek Jelita membuat Jelita kesal."Iiih ... apaan sih Han, ini digigit serangga tahu!" jawab Jelita sambil cemberut."Iya serangga laki-laki, hahaha ...!" Hanny sama sekali tak percaya dengan alasan Jelita, dia malah tertawa lebih keras membu
Jelita sudah memutuskan untuk mulai melupakan cintanya pada Revan, dia akan mulai menerima kehadiran Arman di hatinya."Mas, ayo bangun! Aku udah siapin sarapan!" ujar Jelita sambil menepuk pelan bahu Arman.Arman mendengar suara Jelita tapi dia sengaja membiarkan Jelita terus memanggilnya."Maaas ... ayo bangun, nanti terlambat lagi, mana belum mandi lagi!" Jelita duduk di samping Arman dan kali ini posisi wajahnya lebih dekat, tangannya kembali menepuk pipi Arman.Arman yang sebenarnya sudah terbangun dari tadi, mulai jahil dia menarik tubuh Jelita."Aaaw ...!" teriak Jelita terkejut, karena kini tubuhnya berada di atas Arman."Apa-apaan sih Mas!" Wajah Jelita memerah kini dia berada dalam posisi yang sangat intim.Wajahnya begitu dekat dengan wajah Arman, bahkan deru napas Arman bisa dia dengar."Hmmm ... boleh tidak akuuu ... meminta sesuatu?" tanya Arman ragu dan juga malu."Maaaas ... minta a-apa??" Jelita panik.'Ya Tuhan, apa dia akan meminta haknya pagi ini?' Jantung Jelita b