Share

Bab 15

Penulis: Mita Yoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-17 21:00:24

Kamar Lysandra diketuk perlahan. Dua orang pelayan berdiri di depan pintu kamarnya.

Lysandra tertegun melihat dua perempuan di depan pintunya. Mereka seperti bayangan cermin. Wajah yang sama persis, rambut hitam diikat rapi, mata cokelat yang tajam namun sopan.

Hanya pita kecil di seragam mereka yang membedakan. Delia dengan pita biru di sebelah kiri, Elise dengan pita hijau di sebelah kanan.

“Nona Lyra. Kami pelayan yang diperintahkan Kaisar untuk mengurus Anda,” ujar Delia, yang memakai pita biru, suaranya lembut namun tegas. “Saya Delia, dan ini kembaran saya, Elise.”

Elise, dengan pita hijau, membungkuk dengan sempurna. “Salam, Nona Lyra. Saya Elise.”

Lysandra merasa tidak nyaman dengan sikap mereka. Bagaimanapun juga, dia berada di tubuh seorang budak saat ini. “Ka-kalian bisa memanggilku Lyra. Aku bahkan hanya budak di sini.”

Elise menggeleng halus, senyumnya tidak berubah. “Budak pribadi Kaisar Xyl
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 18

    Lysandra terdiam sejenak, ada sesuatu yang lebih mengganggunya dari kalimat yang diucapkan Kaisar. Dirinya adalah aset yang berguna untuk saat ini. Kata-kata itu sedikit melukainya, meski seharusnya tidak. Dia tahu dari awal dia hanyalah alat dalam permainan Kaisar. Namun mendengarnya diucapkan dengan begitu dingin pada Janda Permaisuri, itu berbeda.Lysandra memegang kunci kecil ke paviliun barat.‘Apakah ini semua bagian dari rencananya untuk menyelidiki kematianku? Apakah Kaisar menduga bahwa Lyra memiliki hubungan dengan Lysandra, dan sedang memancing pemberi informasi keluar dari persembunyiannya?’ pikir Lysandra.Lysandra menduga, mungkin saja ada sedikit ketulusan di balik keinginan Kaisar untuk mengetahui penyebab kematiannya. Sebuah kenangan dari masa lalu yang bahkan tidak dia ketahui.Tiba-tiba, ada ketukan pelan di pintu kamarnya.“Nona Lyra? Ini Elise.” Suaranya berbisik. “Ada sesuatu yang mendesak.”

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 17

    “Sekarang, cium aku,” ucap Kaisar pelan.Lysandra merasa seluruh darah di tubuhnya membeku. Perintah itu diucapkan Kaisar Xylas dengan suara datar, namun terdengar keras di ruang jamuan yang tiba-tiba hening. Semua mata tertuju padanya. Tatapan Duke Henrick yang penuh selidik, sorot mata para bangsawan yang terkejut, dan pandangan dingin Inggrid dari seberang ruangan.Dia masih duduk dengan kaku di singgasana Kaisar, di pangkuannya. Namun tangannya masih berada di atas gaun birunya. Liontin bunga matahari di lehernya terasa seperti beban pemberat yang menenggelamkannya.“Jangan buat aku mengulang, Lyra.” Suara Kaisar kali ini lebih rendah, hanya bisa didengar Lysandra. Namun, nada di dalamnya tidak ada ketegangan romantis, hanya perintah tegas seperti seorang jenderal di medan perang.Lysandra mengerti jika perannya itu adalah bagian dari pertunjukan. Dia harus meyakinkan Duke Henrick bahwa dirinya benar-benar selir yang disaya

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 16

    Malam itu, Lysandra berdiri di depan cermin, dia mengenakan gaun yang diberikan Kaisar. Gaun sederhana namun elegan, berwarna biru langit yang membuat matanya bersinar. Liontin bunga matahari tergantung di lehernya, terasa lebih berat karena di sana, dia akan menjadi pusat perhatian.Saat dia masuk ke ruang jamuan, semua mata tertuju padanya. Rasa malu dan tegang menghantamnya. Dia melihat wajah-wajah yang penuh penilaian menatapnya. Inggrid yang cemburu dan marah, bangsawan lain yang penasaran, dan pengawal yang tak percaya.Kaisar Xylas, dari singgasananya, mengulurkan tangan. “Kemari, sayangku.”Lysandra berjalan pelan, merasakan setiap langkahnya seperti di atas permukaan kaca yang mudah pecah. Saat dia duduk di kursi kecil yang disediakan di samping Kaisar, dia mendengar bisikan dari seorang bangsawan tua, “Dia … dia memakai liontin Kerajaan Utara. Apa maksud Kaisar?”Sebelum Lysandra bisa berpikir lebih jauh, pintu terbuk

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 15

    Kamar Lysandra diketuk perlahan. Dua orang pelayan berdiri di depan pintu kamarnya.Lysandra tertegun melihat dua perempuan di depan pintunya. Mereka seperti bayangan cermin. Wajah yang sama persis, rambut hitam diikat rapi, mata cokelat yang tajam namun sopan.Hanya pita kecil di seragam mereka yang membedakan. Delia dengan pita biru di sebelah kiri, Elise dengan pita hijau di sebelah kanan.“Nona Lyra. Kami pelayan yang diperintahkan Kaisar untuk mengurus Anda,” ujar Delia, yang memakai pita biru, suaranya lembut namun tegas. “Saya Delia, dan ini kembaran saya, Elise.”Elise, dengan pita hijau, membungkuk dengan sempurna. “Salam, Nona Lyra. Saya Elise.”Lysandra merasa tidak nyaman dengan sikap mereka. Bagaimanapun juga, dia berada di tubuh seorang budak saat ini. “Ka-kalian bisa memanggilku Lyra. Aku bahkan hanya budak di sini.”Elise menggeleng halus, senyumnya tidak berubah. “Budak pribadi Kaisar Xyl

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 14

    Kaisar Xylas terdiam sejenak. Matanya yang berwarna abu-abu menatap wajah Lysandra.“Tidak,” akhirnya Kaisar menjawab. “Kau membela diri. Dan kau membuktikan sesuatu padaku malam ini.” Dia berbalik, memandangi koridor kosong tempat Lord Verian dibawa pergi.Lalu dia pergi, meninggalkan Lysandra sendirian di koridor yang kembali sunyi, dengan jantung yang masih berdegup kencang.Lysandra mengusap darah di bibirnya. Dia mendesah pelan. Kaisar selalu memberinya  rasa penasaran.“Sudahlah. Aku memang harus mencari tahu sendiri. Sekarang, lebih baik aku kembali ke kamar dan beristirahat,” gumam Lysandra pada diri sendiri.***Keesokan paginya, sebelum fajar menyingsing, seorang pengawal setia Kaisar membawa kabar buruk kepada Kaisar yang sedang berada di perpustakaan pribadinya.Lysandra yang sedang membersihkan debu berhenti. Memasang telinganya lebar-lebar untuk mendengar kabar yang disamp

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 13

    Kaisar lalu melangkah pergi, meninggalkan Lysandra sendiri. Lysandra masih terdiam sebelum meninggalkan ruangan itu.Saat dia melangkah pelan menuju kamarnya, tiba-tiba saja dia tergerak untuk melihat ke jendela atas istana. Ada bayangan seorang pria tinggi berdiri di sana.Kaisar Xylas.Dia sedang menunggu.Lysandra mengepalkan tangan, lalu memutuskan untuk berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Dia tidak pergi ke taman.Lysandra memilih untuk tidak memenuhi panggilan Lord Verian. Namun, saat dia melewati koridor yang sepi, tiba-tiba ada tangan yang menariknya ke dalam ceruk gelap!Sebuah tangan menutup mulutnya.“Jangan bersuara,” bisik suara yang sangat dikenalnya berdasarkan ingatan masa lalunya.Suara Lord Verian.Dia masuk ke dalam istana!“Mereka tidak akan peduli jika aku membunuh seorang budak, ‘kan? Kau benar-benar membuatku tertarik,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status