Share

Bab 3 Hukuman

Author: Wii
last update Last Updated: 2023-01-29 22:04:05

"Assalamualaikum."

Gea menjawab panggilan telepon dari Sherly saat tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya. Ia merindukan Sherly yang hari ini terpaksa pulang karena di-skors. Terlebih, baru saja dia kembali bertengkar dengan atasan tak tahu dirinya itu.

"Waalaikumsalam," jawab Sherly cepat dari ujung telepon. "Gimana hari ini?"

"Apanya yang gimana?" tanya Gea tak mengerti. 

'Apa Sherly tahu...?'

Belum sempat mengatakan apapun, Sherly kembali berbicara panjang lebar, "Ya kerjaannya dong. Kan hari ini lo kerja sendirian. Gimana perasaan anda, Nona Gea Shanindya."

Gea sontak tertawa mendengar Sherly menyebut nama panjangnya. Jika sedang kesal, Sherly akan melakukan hal itu. Jadi, bagi Gea, itu sudah biasa.

"Tuhkan, kebiasaan nih anak. Pasti lagi bengong kan?" terka Sherly semakin kesal.

Gea tertawa lagi dan menjawab, "Iya, maaf ya. Jangan ngambek dong."

"Udah ah. Males. Mau ngambek aja. Bete."

Gea pun menyandarkan tubuhnya di kursi. Punggungnya terasa pegal karena terus menelungkup sejak tadi di atas meja. "Ya udah, biar nggak bete, entar mau dibelikan es krim atau nggak?"

"Nggak."

"Dih, sok nolak. Entar disodorin juga langsung dimakan," ledek Gea.

Terdengar tawa Sherly menggelegar di telinga Gea. "Iya deh mau. Nanti lo mampir ke rumah gue, kan?"

"Iya. Nanti gue mampir bentar," jawab Gea.

"Oke deh. Gue tunggu. Ya udah, lo kerja lagi ya. Gue mau tidur dulu. Tata!"

Gea tersenyum. "Tata! Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tut!

Setelah Sherly menjawab salamnya, Gea segera mematikan panggilan dan menyimpan ponselnya di saku celana. Gea kembali menatap layar komputer yang masih menyala untuk kembali bekerja. Tapi, sang pengacau kembali datang dengan tatapan yang tidak ramah.

Dengan sangat terpaksa, Gea berdiri dan membalas tatapan pria itu. Gea melirik sekilas ke arah berkas yang menumpuk di tangan Ervan. Sudah pasti berkas itu akan Ervan jadikan senjata untuk membuat Gea lelah hari ini.

Brak!

"Periksa berkas ini dalam waktu dua puluh menit!"


Benar dugaan Gea. Berkas itu langsung Ervan berikan kepada Gea dengan kasar. Untung saja Gea sigap menerimanya. Jika terjatuh, Ervan akan semakin marah.

"Ingat, dua puluh menit!"

"Baik, Pak," jawab Gea dengan nada ketus.

Perutnya juga sedikit mual saat mencium parfum Ervan. Mungkin pengaruh dari kehamilannya. Entahlah. Gea juga tidak terlalu paham karena ia belum pernah merasakan ngidam.

Ervan bergegas keluar dan sedikit membanting pintu. Membuat Gea sedikit terkejut.

"Astaghfirullah," ucap Gea sambil mengelus dada.

***

Dua puluh menit kemudian, Gea sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Ia bergegas membawa berkas itu ke ruangan Ervan. Gea mengetuk pintu ruangan Ervan beberapa kali, namun tidak ada sahutan dari dalam.


"Lagi pergi kali ya," gumam Gea.

Dengan tanpa mengurangi rasa hormat, Gea memutuskan untuk masuk karena kebetulan pintunya tidak dikunci.

Saat masuk ke dalam, kelopak mata Gea melebar. Tubuhnya mendadak kaku dengan jantung yang berdegup kencang. Tatapan matanya tertuju ke arah sofa, dimana seorang pria dan wanita sedang bergumul di sana tanpa menggunakan pakaian apapun.


Ervan yang menyadari kehadiran Gea langsung mendorong wanita yang sedang menikmati permainannya di atas Ervan. Pria itu tampak gelagapan dan memakai pakaiannya dengan asal. Sementara wanita yang didorong justru tampak santai dan tetap membiarkan tubuhnya transparan seperti itu.

"Lain kali ketuk pintu dulu!" bentak Ervan sambil menyugar rambutnya ke belakang.

Gea masih saja membisu. Ia langsung teringat dengan kejadian waktu itu. Kejadian Ervan merenggut paksa kesuciannya. Jika saja tak mengingat dirinya butuh pekerjaan, sudah pasti pria itu telah ia pukuli sampai babak belur!

Namun, Ervan justru terlihat santai. Pria itu menatap Gea yang tidak memberi respon apapun. Bahkan, ia menepuk pundak  Gea, hingga perempuan itu pun tersadar dari lamunannya.

"Ma-Maaf. Tadi saya udah ketuk pintu. Tapi nggak ada suara apapun," ucap Gea lalu menyerahkan berkas itu pada Ervan. "Ini berkasnya udah siap. Saya permisi."

Gea segera keluar dari ruangan tersebut. Sebelum sampai ke ruangannya, Gea sudah merasakan mual di perutnya. Hingga Gea berlari ke arah toilet. Gea memuntahkan cairan kental itu lagi. Untung saja toilet sedang sepi. Jadi, tidak akan ada yang curiga padanya.

Gea membasahi bibirnya dengan air di wastafel, lalu mengeringkannya dengan tisu. Setelah itu, Gea tidak langsung balik ke ruangan. Ia menunggu beberapa saat di toilet sambil bersandar di dinding. Adegan tak senonoh di ruangan Ervan masih berseliweran di pikirannya.

"Hhh! Sial banget gue lihat yang gituan!" Gea memukul kepalanya beberapa kali. "Bisa-bisanya gue punya boss mesum kayak dia dan dihamilin orang macam Ervan. Gimana nasib gue kalau nikah sama tuh orang?"

Gea bergidik saat membayangkan pernikahannya dengan Ervan.

"Gea!"

Gea terkejut setengah mati saat seseorang memanggilnya. "Eh, Lia?"

'Apa dia denger ucapanku barusan?' batin Gea panik.

"Ngapain lo bengong di sini? Entar kesambet setan loh," ucap Lia akhirnya. Wanita yang bekerja sebagai staf keuangan di perusahaan ini mulai menatap Gea curiga.

"Eh, anu, gue tadi …."

"Lo dipanggil Pak Ervan. Tadi dia nyariin lo di ruangan." Lia memotong kalimat Gea.

Gea mengernyit heran. "Mau ngapain?"

"Nggak tahu. Buruan disamperin. Entar ngamuk tuh orang," ujar Lia mengingatkan.

"Oh, oke. Gue duluan ya," pamit Gea.

Gea pun kembali berjalan menuju ruangan Ervan. Seperti kata Ervan, ia harus mengetuk pintu terlebih dulu. Tapi kali ini, ketukan itu cukup keras.

"Masuk!" perintah Ervan dari dalam.

Gea bergegas masuk sambil mengedarkan pandangan ke arah lain. Wanita itu sudah tidak ada. 

Tapi, ada hal yang lebih mengejutkan lagi untuk Gea. Ervan tiba-tiba menutup pintu dan menguncinya. Ternyata, sedari tadi Ervan berada di balik pintu.

Gea berbalik badan dan terkejut. Tatapan Ervan tak biasa kali ini--seperti waktu itu.

Alarm di tubuh Gea sontak berbunyi. "Bapak mau apa?!"

"Aku mau kasih hukuman buat kamu." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 127 Akhir

    Delapan tahun kemudian....“Papa!”Iqbal berseru riang saat melihat sang ayah sudah menunggunya di parkiran mobil. Saat ini, Iqbal sudah bersekolah di Sekolah Dasar yang cukup terkenal dan bonafit di Semarang. Iqbal baru saja selesai ulangan matematika dan mendapatkan nilai terbaik. Ia tidak sabar ingin menunjukkan hasil ulangannya pada sang ayah.Iqbal berlari-lari kecil menghampiri ayahnya. Setelah hampir sampai, Iqbal tersandung batu dan hampir terjatuh. Untunglah sang ayah dengan sigap menangkap tubuhnya.“Astaga, Iqbal. Kamu tuh jangan suka lari-lari. Hampir aja jatuh kamunya. Kalau sampai ada yang luka, Papa yang dimarahi Mama,” ucap Ervan.Iqbal justru tertawa lalu meminta maaf pada Ervan. “Iya maaf ya, Pa. Soalnya aku semangat banget mau nunjukin hasil ulangan matematika aku ke Papa.”“Kamu ada ulangan matematika hari ini?” tanya Ervan.“Iya, Pa. Ini hasilnya.”Iqbal menyodorkan selembar kertas ulangan pada Ervan. Ervan pun dengan senang hati menerimanya dan memeriksa hasil ul

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 126 Kebahagiaan Ervan dan Fahri

    Dua tahun kemudian, Ervan tampak disibukkan dengan toko sembakonya yang semakin hari semakin ramai pembeli. Padahal ia sudah memiliki tiga orang pekerja, namun dirinya masih harus membantu jika sudah ramai pesanan. Belum lagi ada pesanan yang berasal dari beberapa toko kelontong yang harus diantar. Ervan benar-benar kewalahan, namun tetap bersyukur karena kios sembakonya selalu ramai pembeli.Hingga malam pun tiba, Ervan bergegas masuk ke kamar untuk tidur setelah menghitung keuntungan hari ini. Saat masuk ke kamar, ia melihat istrinya masih belum tidur. Sedangkan Iqbal sudah tidur di kamar satunya.“Sayang, kok belum tidur?” tanya Ervan sambil memeluk istrinya yang berdiri memandangi langit malam dari jendela kamar.“Aku belum bisa tidur, Mas. Tadi udah minum susu hangat, tapi belum ngantuk juga,” jawab Gea. “Oh iya, gimana keuntungan hari ini, Mas?”“Alhamdulillah makin meningkat, Sayang. Aku kayaknya butuh dua karyawan lagi deh, Yang. Soalnya setiap hari pembeli makin ramai. Kadang

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 125 Ikhlas

    Seminggu setelah kepergian Intan, Ervan dan Gea memutuskan untuk mengikhlaskan semuanya. Mulai dari permasalahan awal dengan Intan dan Irma, sampai merembet ke masalah Wahyu yang dendam karena kematian Jelita. Bahkan sampai menyeret beberapa orang, termasuk Restu. Mereka sudah mulai berdamai dengan masa lalu dan akan memulai kehidupan baru bersama-sama.Dan pagi ini, mereka berniat melihat kondisi terkini Irma dan juga Dira. Mereka berada di RSJ yang sama. Namun, mereka hanya bisa melihat dari kejauhan saja. Kondisi Irma dan Dira sangat buruk dan sulit untuk dikendalikan, terutama Irma yang terkadang berteriak bahwa dirinya adalah orang paling kaya di muka Bumi ini. Obsesinya menjadi orang kaya memang masih sangat melekat di pikirannya, sehingga membuatnya depresi ketika keinginan itu tak tercapai.Setelah selesai melihat kondisi Irma dan Dira, mereka memutuskan untuk berkunjung ke makam Wahyu dan Intan. Hanya sebentar karena mereka sekeluarga berencana untuk liburan ke tempat rekreas

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 124 Kabar Tentang Intan, Irma dan Dira

    Fahri berjalan memasuki kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Ervan malam ini. Pagi tadi, ia ditugaskan Ervan untuk mengunjungi para pelaku yang sudah mengganggu kehidupan Ervan. Hanya sekadar mengetahui keadaan mereka masing-masing. Kalau Restu, Ervan sendiri sudah mempekerjakannya lagi mulai besok, dan itu atas permintaan Gea. Ervan juga sudah bisa memaafkan kesalahan Restu, mengingat kondisi Restu saat itu sedang terdesak.Ervan yang melihat keberadaan Fahri langsung melambaikan tangan. Posisi duduknya memang sedikit ke belakang area kafe karena lebih sepi dari bagian depan. Untung saja Fahri bisa menyadari lambaian tangannya dan bergegas menghampirinya.Fahri duduk di hadapan Ervan. Wajahnya tampak murung setelah mengunjungi Intan, Irma dan Dira. Ervan bisa merasakan aura tidak enak dari tatapan mata Fahri.“Ada apa, Ri?” tanya Ervan.Sebelum berbicara, Fahri menghela napas terlebih dulu. Helaan napasnya terdengar sangat berat sekali. Kemudian, Fahri berkata, “Van, gue puny

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 123 Hari yang Membahagiakan

    Gea melambaikan tangan ketika mobil Bagus sudah melaju meninggalkan rumahnya. Senyum bahagia Gea tak luntur sedetikpun. Hatinya sangat-sangat lega sekarang. Bagus kembali bersikap seperti biasanya dan justru menerima putranya sebagai cucu.Hingga tak lama kemudian, suara Ervan terdengar jelas di telinganya. Gea menoleh dan ternyata Ervan sudah berdiri di sampingnya.“Loh, ini kado dari siapa, Yang?” tanya Ervan sambil mengernyit heran.“Dari Papa, Mas.”Ervan melongo mendengar jawaban Gea. “Hah? Papa?”“Iya, Mas.”“Papa kesini?” tanya Ervan lagi.Gea mendengus dan hanya mengangguk. Sementara Ervan mencoba menepuk pipinya. Ia merasa sedang bermimpi. Namun hal itu justru membuatnya terlihat lucu di mata sang istri, sampai membuat istrinya tertawa.Ervan lantas menatap istrinya dengan alis yang tertaut samar. “Kok kamu ketawa, Yang?”“Ya soalnya kamu lucu,” jawab Gea apa adanya.“Lucu kenapa?”“Itu tadi, tepuk-tepuk pipi.” Gea menekan pipi Ervan yang tampak sedikit berisi. “Kamu itu lagi

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 122 Situasi Membaik

    “Ma, makasih banyak udah kasih pencerahan Gea. Berkat Mama, dia sekarang jauh lebih tenang dan nggak jadi pergi,” ucap Ervan lega.“Iya, Van. Mama ngelakuin ini demi kebahagiaan kalian. Jangan sampai kalian berpisah hanya karena ocehan dari tetangga. Memang pernikahan kalian terjadi atas dasar kesalahan. Tapi, bukan berarti mereka berhak menilai kalian seenaknya.”Saat ini, Ervan dan Lastri sedang duduk di ruang tamu. Sedangkan Gea dan Iqbal sudah tidur di kamar. Mereka masih mengobrol sambil menikmati segelas teh yang dibuat oleh Lastri.Ervan benar-benar lega sekali ketika hati Gea luluh oleh nasehat Lastri. Ia tidak menyangka, ucapan Lastri sangat berpengaruh pada keputusan Gea. Hingga akhirnya, Gea membatalkan keputusannya untuk pergi meninggalkan Ervan.“Ehm, atau kami pindah aja ya, Ma. Ke Semarang lagi. Soalnya tetangga di lingkungan sana baik-baik banget, terutama sama Gea. Beda sama tetangga di sini,” ujar Ervan.Lastri tersenyum dan berkata, “Van, mau kalian keliling dunia p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status