Sepulangnya ayah mertua, secepat kilat Candra berjalan kearah dapur. Tangannya dengan cekatan mengambil baskom lalu ia isi dengan air hangat.
Sejujurnya Candra tak terima ketika melihat wanitanya babak belur, apalagi dengan kejamnya sang ayah mertua menyiksa Ayana membuat beberapa kali hatinya memberontak penuh penyesalan, beberapa kali hatinya mengatakan kalau ini salahnya yang malah diam saja menyaksikan kekejaman sang ayah mertua hingga ia terlambat menyelamatkan Ayana.
Saat Candra membuka pintu kamar dengan membawa baskom yang telah diisi air hangat untuk membersihkan luka-lukanya serta peralatan medis lainnya. Ia malah tak sengaja melihat punggung Ayana yang bergetar hebat, sepertinya ia sedang menangis.
"Makannya kalau mau apa-apa itu izin dulu. Kasih kabar, biar saya bisa menjawab pertanyaan ayah kamu" ucap Candra berjalan masuk, mendekati Ayana. Buru-buru Ayana mengusap air matanya, lalu membalikkan badan kearah Candra.
"Sini, lukanya biar di bers
'Cemburu itu memang tanda cinta, namun cinta uang bagaimana yang layak dicemburui?'🍃🍃🍃Allah huakbar ... Allah huakbar ...Kumandang suara adzan subuh mengagetkan kedua anak manusia yang sedang tertidur pulas dengan posisi terduduk saling berpelukan satu sama lain."Astagfirullah," kaget Candra. Sontak Ayana terbangun dengan cepat melepaskan pelukanya dan menjauh dari tubuh Candra."Kesiangan," lirih Candra yang masih merutuki kebodohannya. Bisa-bisa subuh ini ia kesiangan dan yang mengumandangkan adzan di mesjid bukanlah dirinya. Sial, ini pasti gara-gara keasikan tertidur dalam hangatnya pelukan Ayana.Wajah merah padam kini telihat jelas di wajah Ayana. Malu! Ya, itulah yang saat ini Ayana rasakan. Orang yang selama ini ia anggap musuhnya malah menjadi orang yang paling peduli serta tempat ternyaman baginya. Ah sial, mengapa ini bisa terjadi?"Kamu sudah tidak papakan kalau saya tinggal ke mesjid?" tanya Candra dengan buru
'coba tanyakan pada hati kecilmu, siapa yang lebih kamu cintai saat ini. Apa iya masih orang dimasalalumu atau dia yang saat ini sedang bersamamu? Coba tanyakan! Tanyakan sejujur mungkin!' 🍃🍃🍃Kedua kaki jenjang Candra memasuki rumah sakit dengan gontai. Wajah dinginnya ia tekuk, sapaan-sapaan para pegawainya pun tak ia jawab sama sekali. Rasa kesal yang masih menyelimuti hatinya membuat semua orang dirumah sakit ini kena imbasnya.Bayangan-bayangan Bisma yang begitu akrab merangkul Ayana kini berputar-putar bak kaset rusak di pikirannya. Sial, kenapa ia bisa sekesal ini melihat tingkah mereka?"Sus!" teriak Candra. Matanya menatap tajam kearah berkas yang ia baca saat ini."Iya pak, ada apa?" tanya suster tersebut dengan membungkukan badannya."Panggilkan dokter Qori sekarang juga!" pintanya tegas."Baik pak, segera saya panggil" Suster tersebut pun segera pergi dengan perasaan yang penuh keta
'coba tanyakan pada hati kecilmu, siapa yang lebih kamu cintai saat ini. Apa iya masih orang dimasalalumu atau dia yang saat ini sedang bersamamu? Coba tanyakan! Tanyakan sejujur mungkin!' 🍃🍃🍃Kedua kaki jenjang Candra memasuki rumah sakit dengan gontai. Wajah dinginnya ia tekuk, sapaan-sapaan para pegawainya pun tak ia jawab sama sekali. Rasa kesal yang masih menyelimuti hatinya membuat semua orang dirumah sakit ini kena imbasnya.Bayangan-bayangan Bisma yang begitu akrab merangkul Ayana kini berputar-putar bak kaset rusak di pikirannya. Sial, kenapa ia bisa sekesal ini melihat tingkah mereka?"Sus!" teriak Candra. Matanya menatap tajam kearah berkas yang ia baca saat ini."Iya pak, ada apa?" tanya suster tersebut dengan membungkukan badannya."Panggilkan dokter Qori sekarang juga!" pintanya tegas."Baik pak, segera saya panggil" Suster tersebut pun segera pergi dengan perasaan yang penuh keta
'Seperti berharap pada hembusan angin kosong yang harus siap menelan pahitnya kekecewaan' 🍃🍃🍃Canda tawa yang mengiringi langkah Ayana dan Bisma sungguh membuat hati Tika muak. Ia sudah tak bisa lagi menahan sabar kala dihadapkan dengan suasana yang seperti ini."Lama banget lo di toilet, ngapain?" keberadaan Leo yang bersandar di tembok dekat toilet perempuan, membuat Tika sontak mundur teratur saking terkejutnya."Ya ampun Le, ngagetin aja. Untung Tika gak jantungan!" suara Tika yang begitu memekikan telinga, membuat Leo dengan sigap menutup kedua telinganya."Ya emang untung, tapi Tik bisa gak kalau volume suara lo itu diturunin sedikit? Pengang nih kuping, masih untung kalau suara lo bagus kaya Ayana. Lah, ini? Cempreng!"Lagi, lagi Ayana yang ia puji dihadapan Tika. Mau sampai kapan mereka mengagung-agungkan Ayana pada siapa pun? Sungguh, moodnya sekarang begitu sangat buruk."Terserah lo aja Le, gue pusing!"
Ujian itu akan terus ada selama kamu hidup sebab percaya atau tidak sejatinya manusia itu ada untuk di uji🎉🎉🎉"Sudahlah Tik, lo gak usah nangis pilu kaya gini. Cowok mah banyak, bukan si Bisma doang" Leo menghela napas berkali-kali saat mendengar isakan tangis Tika yang tak kunjung berhenti. Di usapnya punggung Tika dengan lembut, beharap isak tangis itu segera mereda."Lo gampang banget Le kalau ngomong, ini masalah hati mana mungkin bisa secepat itu menghapuskan" ucap Tika lirih setelah berhasil menguasai tangisnya."Iya gak akan mungkin cepat, tapi lo harus cepat sadar Tik. Dia tidak mencintai lo," Leo mengingatkan Tika begitu lembut."Tapi gue mencintainya Le, dan betapa sialnya. Kenapa harus Ayana dan Ayana lagi yang dicintai oleh setiap laki-laki yang gue inginkan, kenapa harus dia? Kenapa gak gue aja!" nada Tika berubah menjadi tegas. Matanya yang bengkak bahkan mencerminkan kegetiran hatinya.Leo hanya terdiam, mencoba berusaha unt
Decakan serta geraman berkali-kali Adinda lakukan saat panggilannya di tutup sepihak."Sial, kenapa dia susah sekali di dapatkan!" kembali Adinda menggeram kesal. Bahkan kini tangannya telah meremas kuat ponsel yang ia genggam."Loh dok, kenapa?" tanya salah seorang suster yang tak sengaja melewatinya dan melihat tingkah Adinda yang menakutkan."Gak!" jawab Adinda ketus."Oh," ucap suster tersebut kembali berjalan melewatinya.Adinda pun menggeleng, segera pergi menuju ruangan Haris. Berharap ia mendapatkan informasi lebih jauh dari Haris sang sahabat pria yang dicintainya.Tangan Adinda menggantung di udara kala ia ingin mengetuk pintu ruangan Haris."Ketuk gak ya?" gumam Adinda bertanya pada dirinya sendiri.Clek ...Baru saja tangan adinda hendak mengetuk, tiba-tiba saja pintu sudah terbuka menampakan sosok Haris yang menatapnya dengan kening mengerut bingung."Eh pak," ujar Dinda kikuk. Tangannya segera ia turun
\Memaafkan itu memang hal mulia, tetapi jauh lebih mulia jika kamu melakukan keduanya. Memaafkan serta meminta maaf duluan pada dia yang menganggapmu salah meski yang terjadi sebenarnya dialah yang salah itu jauh lebih baik!🍃🍃🍃Duduk terdiam dibawah guyuran sower sepagi ini bukanlah inginnya, namun keadaan yang memaksa ia duduk berlama-lama di kamar mandi.Rasa kesal yang menjalar tiada bisa ia bendung, bahkan isak tangis ini tak kunjung mereda malah semakin terisak kuat."Bodoh kamu Ayana, mengapa bisa tidur bersamanya" rintih Ayana. Kedua tangannya menyibakkan rambut yang sudah teramat basah itu kebelakang."Arghh, kenapa ini bisa terjadi? Sial!" umpat Ayana begitu kesal. Setelah dirasa tubuhnya menggigil ia memutuskan untuk mematikan kran sower tersebut.Sementara di balik pintu kamar mandi, Candra nampak begitu cemas.Beberapa kali ia berjalan mondar-mandir di depan pintu tersebut."Ya saya bisa jelasin, kamu salah paham!
Seperti biasa suasana kantin kampus begitu ramai, dengan tergesa Ayana menghampiri para sahabatnya yang tengah asik menyantap sarapan paginya.Ya, begitulah aktivitas para sahabatnya sedari dulu. Jika tidak ada kelas pagi, mereka akan menyempatkan untuk kumpul di kantin yang dimana salah satu warungnya milik orang tua Asep."Gimana tugas lo?" tanya Asep ketika menyadari jika Ayana baru saja sampai dan tengah berdiri setengah menunduk disampingnya. Napasnya terdengar tak beraturan, bak seperti habis berlarian.Ayana mendongak, berusaha mengatur napasnya. "A plus" bangganya dengan menunjukan deretan gigi rapinya.Prok ... Prok ...Semua sahabatnya bertepuk tangan dengan bangga, tak terkecuali Tika. Ia nampak begitu cemberut sejak kedatangan Ayana."Keren, pertama kalinya dalam sejarah. Seorang Ayana putri kencana sari diningrat mampu mendapatkan nilai sempurna tanpa bantuan kita" puji Guntur dengan segala kelebaiannya.Riuh tawa membaha