Cinta yang Membawa Luka

Cinta yang Membawa Luka

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Oleh:  Rahima_AzuraOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
22Bab
174Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Zahra, siswi teladan di sekolah agama, menghadapi kenyataan pahit saat kehamilan di luar nikah mengguncang hidupnya. Dihadapkan pada rasa malu, penghakiman, dan penolakan, ia berjuang menemukan jalan menuju pengampunan dan kembali bangkit di tengah badai dosa dan tekanan lingkungan. "Mampukah ia memperbaiki diri di dunia yang sulit yang kejam ini?"

Lihat lebih banyak

Bab 1

panutan semua orang

"Ketika nama baikmu menjadi cahaya di mata orang lain, pastikan hatimu tetap bercahaya di mata Tuhan."

---

Langkah kaki Zahra terasa ringan ketika ia memasuki aula besar. Suara lantunan doa dan bacaan Al-Qur'an menggema, membangun suasana tenang yang menyelimuti ruangan. Zahra menatap sekeliling, menyapa beberapa teman dengan senyuman kecil sebelum mengambil tempat di barisan depan.

"Zahra, seperti biasa, selalu tepat waktu," bisik Aisyah, sahabat terdekatnya, sambil melirik arloji.

"Aku hanya mencoba menjaga amanah," jawab Zahra singkat, dengan senyum tipis.

Di hadapan mereka, seorang ustaz mulai memberikan materi tentang pentingnya menjaga hati dan niat dalam setiap perbuatan. Zahra mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap kalimat yang dirasa penting. Baginya, setiap pelajaran di tempat itu adalah pijakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, ada sesuatu yang mengusik perhatian Zahra hari itu. Di barisan belakang, ia menangkap sosok Hafiz. Tatapannya sesekali tertuju ke arahnya. Zahra mencoba mengabaikannya, tetapi perasaan tak nyaman itu sulit ia abaikan.

Setelah sesi selesai, Aisyah menarik tangan Zahra, "Aku lihat Hafiz sering menatapmu akhir-akhir ini. Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa," jawab Zahra cepat, "Mungkin hanya kebetulan."

Aisyah mengangkat alis, menunjukkan ketidakpercayaannya.l, "Kau yakin? Hafiz itu anak yang dikenal baik, tapi dia bukan tipe orang yang memandang orang lain tanpa alasan."

Zahra hanya tersenyum kecil dan mengalihkan pembicaraan, "Sudah, ayo kita ke perpustakaan. Ada tugas yang harus kita selesaikan."

---

Beberapa hari berlalu, Zahra kembali sibuk dengan rutinitasnya. Namun, kehadiran Hafiz mulai terasa lebih sering. Ia bukan hanya muncul di tempat-tempat yang Zahra datangi, tetapi juga mulai menyapanya dengan cara yang lebih personal.

"Zahra, kau selalu membawa buku itu, ya?" Hafiz mendekati Zahra yang sedang duduk di taman, sambil menunjuk kitab yang ada di tangannya.

"Ya, aku suka membacanya untuk menguatkan hati," jawab Zahra singkat, tanpa menatapnya langsung.

Hafiz tersenyum, "Aku juga suka buku itu. Bagian mana yang paling kau sukai?"

Zahra akhirnya menoleh. Ia ragu sejenak sebelum menjawab, "Bagian tentang pengendalian diri. Itu selalu menjadi pengingat untukku."

"Pengendalian diri memang sulit," kata Hafiz sambil menundukkan pandangannya, "Kadang, kita tahu yang benar, tapi tetap saja sulit untuk melakukannya."

Zahra mengangguk kecil, "Karena itu kita harus terus belajar."

Percakapan mereka berakhir ketika Zahra berdiri dan berpamiran untuk pergi. Namun, saat ia berjalan menjauh, ada perasaan aneh yang mulai tumbuh.

---

Malam itu, Zahra merenung di kamarnya. Ia memegang buku favoritnya, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Percakapan dengan Hafiz terus terulang di kepalanya.

"Apa maksud dia berbicara seperti itu?" gumamnya.

Zahra mencoba mengusir pikiran itu dengan membuka halaman baru di buku yang ia baca. Namun, matanya justru tertuju pada sebuah kalimat: "Hati yang bersih adalah hati yang tidak mudah goyah oleh hal-hal yang tidak memiliki tujuan."_

Kalimat itu seolah menjadi peringatan baginya. Ia menutup buku itu dengan cepat dan memutuskan untuk berdoa, meminta ketenangan.

---

Keesokan harinya, Zahra kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Namun, kali ini, Hafiz menghampirinya dengan keberanian yang lebih besar.

"Zahra, boleh aku bicara sebentar?" tanyanya dengan nada serius.

Zahra mengerutkan kening, "Tentu, ada apa?"

Hafiz menghela napas, seolah mencoba menyusun kata-katanya, "Aku... ingin meminta maaf jika aku membuatmu tidak nyaman belakangan ini."

Zahra terdiam sejenak, tidak tahu harus merespons apa, "Tidak apa-apa. Aku tidak merasa terganggu."

"Aku hanya ingin kau tahu," lanjut Hafiz, "Aku benar-benar menghargai dirimu. Kau adalah contoh bagi banyak orang di sini, termasuk aku."

Zahra merasa wajahnya memerah. Ia tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata Hafiz terasa tulus, tetapi ada sesuatu di baliknya yang membuatnya merasa waspada.

"Terima kasih," jawab Zahra singkat, sebelum beranjak pergi.

---

Hari-hari berikutnya, interaksi antara mereka semakin sering terjadi. Hafiz tidak pernah melewati batas, tetapi kehadirannya yang konstan mulai memengaruhi Zahra. Di satu sisi, ia merasa bahwa Hafiz memiliki niat baik, tetapi di sisi lain, ia takut akan tumbuhnya perasaan yang tidak semestinya.

"Zahra, kau terlihat gelisah akhir-akhir ini," kata Aisyah suatu hari.

"Aku baik-baik saja," jawab Zahra, berusaha meyakinkan.

Namun, Aisyah tidak mudah percaya, "Kalau ada sesuatu, kamu bisa cerita padaku. Jangan simpan sendiri, ya?"

Zahra hanya mengangguk, tetapi ia tahu bahwa apa yang sedang ia rasakan adalah sesuatu yang sulit diungkapkan.

---

Malam itu, Zahra duduk sendiri di sudut ruang baca. Ia membuka buku catatannya dan mulai menulis. Kata-kata yang keluar mencerminkan kebingungan yang ia rasakan:

"Apakah salah jika aku mulai merasa ada seseorang yang istimewa di hatiku? Tapi bagaimana jika perasaan itu membawa aku jauh dari jalan yang seharusnya?"

Ia menutup buku itu dengan cepat, seolah takut orang lain akan membaca isinya. Namun, saat ia hendak pergi, suara Hafiz terdengar dari belakang.

"Zahra, apa yang kau tulis?" tanyanya dengan nada penasaran.

Zahra terkejut dan buru-buru menyembunyikan buku itu di belakang punggungnya. "Tidak ada. Hanya catatan biasa."

Hafiz tersenyum tipis, "Kau selalu penuh misteri."

Zahra merasa jantungnya berdebar kencang. Ia ingin segera pergi, tetapi Hafiz berkata dengan nada yang lebih serius.

"Zahra, ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu. Ini tentang kita."

Kalimat itu membuat Zahra terdiam. Kata-kata Hafiz menggantung di udara, meninggalkan pertanyaan besar yang menghantui pikirannya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
22 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status