Share

Ini Semua Hanya Mimpi, Ternyata (Semoga)

Ingat ketika kubilang semua ini hanyalah mimpi buruk yang kepanjangan?

Kurasa begitu.

Kurasa, awalnya, aku baru aja pulang dari jam lembur yang bikin otak hampir meledak.

Bersama sejumlah orang-orang menyusahan yang mesti kusebut ‘kolega’ (dalam bahasa halusnya, sih: teman kerja, tapi mana sudi aku sebut mereka teman).

Sekumpulan orang tolol yang cuma puas akan satu tujuan.

‘Asal kebutuhan rumah cukup. Asal dapur masih ngebul. Asal besok masih bisa makan.’

Cuih!

Kuperingatkan, ya.

Yang namanya ‘cukup’ cuma mitos.

Cuma ada ‘kurang’ dan ‘kaya.

Bakal selalu ada tuntutan lain. Bakal selalu ada kemalangan yang gak terduga.

Mereka yang ngebatasin diri seperti itu cuma bakal jadi seonggok pion dalam papan catur yang lebih besar.

Sesuatu yang gak signifikan.

Sesuatu yang bakal disingkirin kalau udah gak berguna.

Dan figuran kayak mereka berani berpikir untuk ngekritisin aku?

Ya … bodo amat juga, sih.

Pendapat mereka sama gak pentingnya kayak lalat di tong sampah. Dan itu juga bukan kejadian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status