DIAM DISANGKA BABU, BERGERAK JADI RATU

DIAM DISANGKA BABU, BERGERAK JADI RATU

Oleh:  Bintu Hasan  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
17 Peringkat
180Bab
21.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

JANGAN BACA KALAU GAK MAU PENASARAN!!! ___________ (Season 1) Zanna yang diperlakukan seperti pembantu oleh suami sekeluarga akhirnya dijatuhi talak ketika ada perempuan lain yang dianggap jauh lebih baik. Mereka membuang Zanna tanpa peduli pada perasaannya. Namun, perempuan itu akan kembali membalaskan dendam dengan identitas barunya. ___________ (Season 2) Bagaimana jika aku mengatakan bahwa dendam akan selalu tumbuh meski puluhan tahun telah berlalu? Apa ada yang akan percaya kepadaku? Tentu saja harus. Aku adalah salah satu dari sekian banyak manusia yang menolak mati sebelum berhasil membalaskan dendam. Entah itu berhasil atau tidak, aku tetap akan melakukannya!

Lihat lebih banyak
DIAM DISANGKA BABU, BERGERAK JADI RATU Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Bintu Hasan
Mohon maaf apabila alurnya tidak sesuai harapan Kakak Semua. Terkesan ambigu, lebay, dipaksakan, atau apa pun itu. Saya masih harus belajar lagi karena ada juga beberapa dari wanita yang saya lihat harus butuh waktu untuk bangkit.
2024-03-14 15:56:53
1
user avatar
Aarelith
semangat author
2024-03-14 15:52:44
2
user avatar
Anna Hasanah
haduh aq pling gk suka dg wanita yg klemar klemer
2024-03-14 00:57:37
2
user avatar
Bintu Hasan
Bab 10 loncat ke 15, itu lagi tahap revisi ya, Kak. Salah posting bab. Semoga cepat di-acc
2024-02-22 15:06:47
3
user avatar
Zi Vilia
libur gini EMG enak baca novel. lanjut terus. keknya bkl ada misteri baru ni. smoga ga cpt tamatnya trus happy ending
2024-02-08 15:28:22
2
user avatar
Elena Wills
semangat thor!!!!
2024-02-08 15:17:06
1
user avatar
Fang Yin
ini mksdnya gimana, ya? Zanna masa ga ngasih tahu Vita kalau Gunawan ada main sama Sandra? Bab brp tadi ya saya lupa, Zanna dtg ke rumah Sandra gtu. Bnr benci ma Dimas doang?
2024-02-08 15:03:21
3
user avatar
Zaid Zaza
Kerreen Bangeett! Rugi kalau nggak baca! izin promo ya Thor! Mampir yok di novel, "ROH KAISAR LEGENDARIS"
2024-02-07 23:31:16
2
user avatar
Elena Wills
update-nya cepat <3
2024-02-07 08:10:17
2
user avatar
Thuti Astuti
Suka, Thor. Seru ceritanya. Ditunggu next part
2024-02-05 16:16:49
1
user avatar
Mey
Aaaaa sukaaaaaa!!!!!!!!!
2024-02-05 16:14:39
1
user avatar
Juliana
sesuai harapan. mampus lu Dimas sekeluarga!!!!!
2024-02-05 16:13:22
1
user avatar
Zi Vilia
mampus sekeluarga. awalnya Zanna emng nyebelin, mungkin krn karakternya gak jahat d awal jadi susah. tp baguslah karena ada Alyssa yang bantu smpe bisa brgerak sendiri
2024-02-05 16:11:46
1
user avatar
Unchy Alesha
ceritanya bagus. aku suka. semangat melanjutkan
2024-02-05 16:09:39
1
user avatar
Bintu Hasan
terima kasih untuk semua pembaca yang sudah mampir. saya doakan kalian banyak rezeki. aamiin ya Rabb
2024-02-05 13:53:28
1
  • 1
  • 2
180 Bab
Bab 1. Aku Bukan Pembantu
"Ana, sini kamu!" Teriakan ibu mertua begitu memekakkan telinga. Aku yang baru saja keluar dari kamar kecil tersentak kaget dan hanya bisa mengelus dada. Wanita paruh baya itu berdiri di beranda pintu seraya melipat kedua tangan di perut, matanya melotot tajam."Iya, Bu. Ada apa? Kerjaan lagi?"Ibu mertua memutar bola mata, lalu melangkah panjang untuk mengikis jarak di antara kami. Aku bisa menebak bahwa setelah ini hati pasti merasakan luka dalam lagi, seperti hari-hari sebelumnya. Aku menelan saliva lantas mengadu kesakitan ketika ibu begitu lancangnya menarik rambutku."Ada apa, ada apa. Ke mana saja kamu, hah? Di luar pekerjaan rumah masih banyak. Memangnya kamu mau ibu yang mengerjakan semua itu, Ana?!" bentak ibu mertua.Sangat lancang, aku bahkan diseret keluar dari kamar menuju dapur. Seharusnya dulu aku mendengar nasihat tetangga agar tidak mengizinkan ibu dan adik suami tinggal di sini. Waktu itu aku mengira mereka berburuk sangka, ternyata semua kini menjadi penyesalan yang
Baca selengkapnya
Bab 2. Hinaan dari Mertua
"Ibu gak ada hak buat nampar aku! Uang bulanan yang Mas Dimas kasih itu sudah menjadi haknya. Aku dinikahi bukan untuk dijadikan babu. Ibu juga seorang menantu, harusnya tahu cara memperlakukan aku!""Kamu mencoba mengajari ibu, ya? Dimas itu anak ibu, sudah sepantasnya dia berbakti pada orang tua tunggalnya ini. Sejak lahir, Dimas sudah sama ibu, dia dikandung, dilahirkan, dirawat, disekolahkan sampai bisa sukses seperti sekarang. Sementara istri, kamu cuma menikmati hasil dari Dimas, tidak merasakan perjuangannya. Jadi, apa salah kalau ibu menganggap kamu babu? Udahlah burik, gak punya pekerjaan lagi!"Hinaan itu terus saja menghujam dadaku, menyisakan perih yang tidak pernah menemukan penawar. Ibu mertua sudah sangat keterlaluan, sayang sekali aku masih punya hati. Jika saja tidak, sejak dulu nyawanya melayang di tanganku. Namun, kesabaran ini tidak akan bertahan lama, bukankah tadi sudah berjanji untuk melawan?"Oke, kalau pendapat Ibu kayak gitu. Berarti kalau nanti Nila punya sua
Baca selengkapnya
Bab 3. Istri vs Adik Ipar
"Astaga, Mbak Ana. Kamu tahu gak berapa uang yang harus aku keluarkan buat perawatan tangan?" jerit Nila, wajahnya merah padam dengan kedua mata melotot tajam. Gadis itu kemudian mencuci tangannya pakai sabun sambil terus menghentakkan kakinya. Aku sendiri tertawa ketus."Aku tahu. Aku juga tahu kalau uang yang kamu pakai itu dari Mas Dimas, kan? Dasar gak tahu diri, udah menumpang hidup, ongkang kaki malah morotin duit Mas Dimas juga. Kamu gak ingat masmu udah punya istri? Umur segitu harusnya udah bisa nyari duit sendiri. Dibantu dikit mah gak masalah, lah ini kamu keenakan!" cibirku semakin kesal, tetapi mengakhiri kalimat dengan tawa menggelegar.Nila mungkin mengira aku ini sudah kehilangan akal sehat atau justru dianggap cemburu. Ya, aku memang iri karena seharusnya Mas Dimas memberiku jatah bulanan khusus untuk treatment. Namun, semua hanya sebatas angan, ketika Mas Dimas hendak mengeluarkan uang, ibunya pasti datang sebagai setan, melakukan segala cara demi mematahkan harapanku
Baca selengkapnya
Bab 4. Hasutan Setan
Cukup lama kami bersitegang. Aku senang melihat raut wajah ibu dan Nila yang tampak pucat. Apa sungguh dia ketakutan melihat aku yang mulai berani setelah hampir tiga tahun menjadi babu di rumah suami sendiri? Cuih, sekalipun mereka menangis darah, aku tidak akan pernah memberi maaf.Luka yang digores dalam hati kecil ini sudah terlalu menganga. Disebabkan perlakuan mereka, aku sudah melakukan percobaan bunuh diri hampir empat kali dalam dua tahun terakhir. Lucunya, Mas Dimas selalu berhasil mencegah, walau tetap saja berujung perdebatan panjang di mana aku dianggap salah karena tidak mampu bersabar.Sabar seperti apa yang mereka inginkan? Pertanyaan itu selalu hadir dalam benak, setiap malam sebelum aku kembali memejamkan mata."Apa-apaan ini?!"Kami bertiga menoleh ke sumber suara. Aku segera menyambut Mas Dimas yang berdiri di beranda pintu dengan kedua mata menatap penuh kebencian pada istri sendiri. Namun, semua itu bukan masalah lagi karena aku sudah sering menerima perlakuan bur
Baca selengkapnya
Bab 5. Mengejutkan
Ada luka menyekat di sudut hati terdalam, tetapi tidak sampai membuat aku menitikkan air mata di hadapan mereka. Untuk apa menangis jika pada akhirnya aku tetap dianggap bersalah? Mas Dimas terlalu ceroboh, dia sangat bodoh sehingga enggan berpikir panjang. Baktiku selama ini ternyata tidak berarti apa-apa di matanya.Senyum kemenangan terukir indah di bibir ibu mertua dan juga Nila. Mereka pasti mengadakan pesta untuk merayakan kepergianku. Kesal, sayang sekali hanya bisa mengepalkan tangan. Kedua iblis itu kembali menghasut Mas Dimas untuk segera mengusir aku tanpa memberi bekal."Pake nanya alasan lagi. Toh, dia nggak punya anak, Dimas. Ngapain dikasih ongkos pulang? Lagian mau pulang ke mana dia? Biarin hidup mandiri, selama ini terlalu ongkang kaki seolah dia itu ratu.""Betul kata ibu, Mas. Kalau mau pulang juga paling dia ke panti tempat kalian bertemu dulu. Sekali-kali biarin Mbak Ana tahu gimana susahnya nyari duit, bukan ngabisin doang!" timpal Nila lagi. Gadis itu semakin ti
Baca selengkapnya
Bab 6. Bertemu Kak Alyssa
"Lain kali kalau misal punya jodoh lagi, jangan lupa perawatan. Khawatir seperti sekarang, dicerai karena kumal dan jadi beban. Padahal kalau berpikir cerdas, harusnya bisa cantik mengingat gaji Mas Dimas terbilang cukup buat beli kebutuhan tambahan. Sebagai sesama perempuan, aku merasa kasihan dengan keadaanmu sekarang, Zanna. Semoga kamu dapat jodoh yang lebih baik nanti." Sandra langsung mengatakan itu ketika aku kembali duduk di antara mereka.Meskipun suaranya pelan, tetapi hati tidak yakin Sandra tulus. Kalau memang benar dia merasa kasihan sebagai sesama perempuan, lantas mengapa harus menjadi duri dalam rumah tanggaku? Dia berbohong semata-mata ingin dinilai baik oleh Mas Dimas sekeluarga. Lagi pula, dia berbicara tanpa tahu fakta di mana Mas Dimas begitu pelit sekadar membelikan bedak untuk istri sendiri."Jadi istri, walau kerjaan cuma di rumah itu harus tetap cantik. Kalau buluk kayak gini, suami pasti malu bawa ke acara penting. Aku tanya, Mas Dimas pernah bawa kamu kondan
Baca selengkapnya
Bab 7. Perempuan Malang
Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi seolah Kak Alyssa sedang kebelet ingin bersemedi di toilet. Aku sendiri sibuk merapalkan doa, sudah lama tidak menaiki kendaraan roda empat membuat jantung berdegup cepat bagai pacuan kuda. Memang nasib menjadi istri rasa pembantu karena untuk belanja bulanan pun harus pakai angkot bahkan jalan kaki sekitar setengah kilometer untuk menghemat ongkos. Berulang kali aku melirik pada Kak Alyssa yang fokus menyetir. Di telinga kirinya terpasang earphone menandakan dia menikmati musik sendirian. Kami memang saudara kandung, tetapi lama tanpa komunikasi membuat aku merasa canggung. Terlebih karena Kak Alyssa menemukan aku dalam keadaan memalukan. "Turun!" pinta Kak Alyssa sedikit ketus, tidak seperti tadi. Aku menurut, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari bibir yang semakin kering karena lapar dan haus. Kaki mengayun cepat mengikuti langkah Kak Alyssa. Rumah tiga tingkat yang semakin mewah, di depan berjejer beberapa mobil keluaran terbaru. Pa
Baca selengkapnya
Bab 8. Mengubah Diri
"Apa? Membunuh?!" Aku memekik kaget karena tidak menduga rencana yang Kak Alyssa katakan. Selama hidup di dunia, jangankan membunuh orang, balas memukul saja aku tidak pernah. Ada rasa iba ketika hendak membalas perbuatan mereka. Namun, bukan berarti lemah juga. Aku hanya tidak suka keributan. "Ya, membunuh mereka." Kak Alyssa menjawab santai. Perangai kami memang sedikit berbeda, dia kerap terlibat perkelahian saat masih duduk di bangku sekolah dulu. Teman-temannya pun mayoritas laki-laki yang tidak takut membela di garda depan ketika Kak Alyssa butuh bantuan. "Kenapa tidak dipenjarakan saja, Kak?" "Aku tidak mau cerita kehidupanmu tersebar di telinga orang-orang bodoh, Za." "Lantas apa bedanya kalau aku sudah membunuh mereka?" Mungkin memang pantas disebut sebagai pengecut. Aku terlalu penakut, apalagi dengan penampilan sekarang. Semua orang mungkin akan balik menyalahkan seandainya aku menyerang Mas Dimas dengan selingkuhannya. Bukankah sekarang ada slogan 'kamu cantik, kamu a
Baca selengkapnya
Bab 9. Nostalgia
Setelah menghabiskan waktu treatment wajah di salah satu klinik terbesar di kota ini, kami lanjut pada perawatan badan dan rambut. Pada intinya, full perawatan bersama Kak Alyssa untuk mempercantik diri tanpa peduli berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan. Kami memakai kartu ATM masing-masing.Kak Alyssa begitu perhatian, membeli vitamin dan susu yang direkomendasikan untuk menambah berat badan. Aku pun dianjurkan rutin berolahraga atas bimbingan teman Kak Alyssa yang memang ahli di bidangnya. Memang seperti itulah, kita semua cantik, hanya kekurangan uang saja. Sekarang aku kembali menjadi orang kaya, mudah saja mendapatkan kulit sehat terawat seperti dulu.Teringat dua bulan silam ketika Mas Dimas pulang dari kantor. Aku yang baru selesai memasak bergegas ke depan untuk menyambut seperti biasa. Namun, ketika itu Mas Dimas langsung memberi tatapan ketus. "Mau nyambut suami, kok, bau bawang begitu?!" katanya tanpa memikirkan perasaanku.Memangnya kenapa kalau bau bawang? Aku belum
Baca selengkapnya
Bab 10. Bertemu Mantan
"Ya jelaslah hasil minjam. Tahu sendiri kan kalau Ana itu tinggal di panti." Mas Dimas menimpali, menatap jijik padaku."Keliatan gak cocok aja tuh baju di badannya. Baju bagus, body sama muka jelek. Pinjam di mana? Kalaupun punya sendiri paling dapat dari jemuran orang." Sandra tersenyum kecut, tetapi aku tetap tanpa ekspresi.Sepasang kekasih hina itu terus saja mengutarakan kebenciannya. Memandang remeh padaku sambil terus berdoa agar kelak aku mendapat azab karena mencoba terlihat kaya di depan semua orang. Sungguh aneh, jelas sekali mereka cemburu.Melihat reaksi mereka bahkan sebelum aku menjadi cantik membangkitkan rasa semangat. Aku akan menuruti semua keinginan Kak Alyssa agar dendam bisa terbalaskan dan bukan sebatas rencana. Penyesalan tidak boleh datang membelenggu untuk kali ke dua."Lagian kamu ngapain ke sini, Ana? Mau maling, ya?" tuduh Mas Dimas lagi begitu lancang.Menyadari Kak Alyssa marah, aku langsung maju selangkah mendekati keduanya. Sengaja memberi tatapan taj
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status