Share

(bukan) anak haram

Pagi. Aku telah berdandan seadanya, menunggu kedatangan Mas Farhan dengan hati gelisah. Khawatir kalau orang tuanya berubah pikiran setelah tahu permintaan Bapak yang keterlaluan.

Terdengar suara pintu di ketuk. Ibu berteriak memintaku membukanya.

“Masuk saja, Bu! Enggak dikunci,” sahutku tanpa beranjak dari depan meja rias.

Pintu terbuka. Ibu masuk lalu menutupnya kembali. Dia berjalan mendekat lalu memegang pundakku. Dari pantulan cermin, kulihat ibu gelisah. Entah apa yang ada di pikirannya.

“Ve,” ucap Ibu.

“Iya,” sahutku tanpa menoleh. Aku terlalu sibuk memikirkan kemungkinan jika Mas Farhan tak datang. Sepertinya aku takut kehilangan.

“Ada yang ingin Ibu bicarakan. Kamu harus tahu ini!” ujarnya lagi.

“Tahu apa, Bu?” Aku menyipitkan mata, menatap Ibu dari kaca cermin.

“Tapi kamu janji enggak akan membenci Ibu,” mohonnya.

Aneh! Enggak biasanya Ibu memintaku berjanji. Kalau mau bicara ya tinggal bicara langsung. Tidak bertele-tele begini.

“Kamu janji kan?” ulangnya.

“Iya,”
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status