Share

Dinas

Auteur: Lystania
last update Dernière mise à jour: 2025-06-27 22:01:49

Vanya akhirnya berkata jujur saat Reni terus bertanya mengenai hubungan dengan Charles. Tidak mungkin ia terus menutupi hal ini karena lambat laun Reni juga pasti tahu. Raut wajahnya langsung berubah mendengar jawab Vanya. Sepanjang penerbangan mereka juga tidak saling bicara hingga tiba di hotel tempat mereka menginap. Entah siapa yang sudah mengatur, Vanya malah satu kamar dengan Reni. Meletakkan kopernya di dekat kasur, Vanya lantas masuk ke dalam kamar mandi setelah Reni keluar.

“Aku mau keluar, kamu mau nitip makan?” tanya Reni pada Vanya yang masih berada di kamar mandi.

"Nggak, Ren," jawab Vanya keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan wajahnya.

Vanya kemudian mengecek handphonenya yang sedari tadi masih dalam mode pesawat. Terlihat di layar handphonenya banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Charles. Gadis itu hanya bisa menghela nafas membaca satu per satu pesan yang Charles kirimkan. 

"Ya ampun!" seru Charles di ujung telepon begitu ia berhasil menghubungi Vanya. 

"Kenapa sih kamu pikirannya selalu jelek tentang aku?"

"Kenapa kamu baru dihubungi sekarang?”

"Aku baru sampai hotel dan mau istirahat. Teleponnya aku matikan,” kata Vanya kesal.

 ***

Pagi ini di kantornya, Charles tengah duduk sambil memeriksa laptop milih Vanya. Iseng pria itu mengecek beberapa folder yang ada di layar laptop Vanya. Ia tersenyum kecil melihat foto-foto lama Vanya.

“Apa ya?” gumamnya penasaran saat gagal membuka satu file dengan password. Berpikir beberapa menit, pria itu kemudian mengetik namanya di kolom kecil dan berhasil. Awalnya ia ragu, tapi tulisan yang ada di dalam file itu membuatnya penasaran hingga ia putuskan untuk membacanya. Ia cukup kaget. Meski tidak menyebutkan nama tapi ia yakin tulisan itu ditujukan untuk dirinya.

"Permisi. Pak Charles ditunggu di ruangan aula,” kata seorang juniornya mengagetkannya.

"Oke," jawabnya singkat sambil menutup setengah layar laptop dan meninggalkan ruangan.

Sekembalinya dari ruangan atasannya, Charles mendapati laptop Vanya dalam posisi mati. Ia kemudian memanggil salah satu juniornya yang lain untuk  memperbaiki laptop itu.

"Saya bawa dulu ya, Pak."

"Iya. Nanti kabarin ya." Charles meninggalkan laptop Vanya di meja juniornya itu. Tere yang melihat Charles keluar dari ruangan dan meninggalkan laptop di sana, buru-buru ke ruangan itu dan menanyakan perihal laptop itu.

"Laptop siapa yang dibawa Pak Charles tadi?"

"Gak tau juga, tadi gak nanya sih sama Pak Charles." Tere makin penasaran. Ia kemudian mencoba mengutak atik laptop itu.

"Loh, gak bisa nyala nih?"

"Iya, makanya dibawa ke sini biar di betulin."

"Kalau laptopnya sudah oke, kasih tau ya."

"Iya."

***

Vanya baru saja tiba di hotel setelah seharian pelatihan. Ia tidak bergabung dengan yang lain untuk pergi nongkrong dan memilih untuk istirahat saja. Baru saja hendak berbaring, tiba-tiba handphonenya bergetar. 

"Iya." jawab Vanya pada telepon Charles.

"Kamu lagi ngapain?”

“Gak ngapa-ngapain. Lagi istirahat di kamar aja.”

“Gak jalan sama yang lain?”

“Lagi gak enak badan,” sahut Vanya. 

"Ya udah kalau kamu gak enak badan, kamu istirahat aja." Charles menutup sambungan teleponnya. Vanya menghela nafas. Sejenak ia memandang foto Charles di w******p, ada rasa yang susah dijelaskan tengah melanda hatinya.

Tak terasa hari ini adalah hari terakhir berada di Makassar. Sesuai jadwal, agenda hari ini adalah acara penutupan. Mereka semua berkumpul di depan aula untuk melakukan sesi foto. Sekitar jam sebelas siang acara resmi ditutup dengan jamuan makan siang. Begitu selesai makan, Vanya dan yang lain langsung menuju hotel untuk berganti pakaian, kemudian pergi untuk mencari buah tangan.

Selesai berbelanja mereka langsung kembali ke hotel buat packing karena besok bakal balik ke Jakarta dengan penerbangan pertama. Vanya merebahkan badannya di kasur sambil menonton tivi. Ia mengambil remote dan mengganti siaran musik. Reni yang sibuk memotret, tiba-tiba memandang ke arah Vanya yang terdengar sedang berbicara di telepon. Sudah dapat ditebak, pasti itu Charles.

"Kenapa sih kamu bisa sampai mau nikah sama anaknya Tante Erin? Gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba kamu udah deket aja sama dia? Aku yang usaha deketin Tante Erin supaya bisa dikenalkan sama anaknya, eh malah kamu yang mau nikah sama dia," ucap Reni sewot saat Vanya menyudahi panggilannya. 

"Ya gak tahu.” Vanya mengangkat kedua bahunya.

Jangankan Reni, Vanya pun gak tahu perjalanan hatinya sampai kaya gini. Berlabuh pada duda beranak satu yang masih bayi. Charles memang pernah ada di dalam hayalan hidup masa depannya tapi tak pernah terbayangkan Charles akan masuk ke dalam hidupnya dengan status seperti itu.

***

Setelah sekitar tiga jam menunggu delay, akhirnya semua penumpang tujuan Jakarta diperbolehkan menaiki pesawat. Vanya memilih untuk tidur sepanjangan penerbangan. Seorang pramugari menggoyang pelan tangan Vanya, karena Vanya tak kunjung bangun padahal sudah dipanggil beberapa kali.

"Maaf, Bu. Silahkan dinaikan penutup jendela dan tegakkan kursinya." Senyum ramah pramugari tersungging di bibirnya.

"Oh maaf iya." Vanya segera melakukan apa yang diminta pramugari tadi. Efek obat anti mabuk yang diminumnya tadi membuat kantuk tak kunjung pergi. Ia terus-terusan menguap dari turun dari pesawat hingga menunggu bagasi.

"Sudah semua?" tanya Charles yang membantu Vanya memasukkan koper dan tasnya ke dalam jok belakang mobilnya.

"Sudah. Makasih ya sudah repot-repot jemput." Vanya memasang seatbelt dan memposisikan diri senyaman mungkin. Mereka belum keluar dari dalam kawasan bandara, namun Vanya sudah tampak terlelap dengan tangan memegang seatbelt erat. Charles memperlambat laju mobilnya karena hujan masih saja mengguyur. Ia menarik nafas dan melirik ke arah Vanya. Seakan ada yang menggerakkan tangannya menuju wajah Vanya dan merapikan rambutnya yang menutupi wajah gadis itu. Cukup lama dipandanginya, sampai ia dikejutkan suara klakson dari arah belakang. Buru-buru iya menginjak pedal gas dan maju perlahan. Kembali dipandanginya wajah Vanya saat mobil kembali terjebak di kemacetan. Mencoba kembali meyakinkan diri dengan keputusan yang diambilnya, agar tak ada penyesalan di kemudian hari. Karena ini bukan hanya menyangkut kehidupannya saja, tapi menyangkut kehidupan anaknya, Charlos.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Dinas

    Vanya akhirnya berkata jujur saat Reni terus bertanya mengenai hubungan dengan Charles. Tidak mungkin ia terus menutupi hal ini karena lambat laun Reni juga pasti tahu. Raut wajahnya langsung berubah mendengar jawab Vanya. Sepanjang penerbangan mereka juga tidak saling bicara hingga tiba di hotel tempat mereka menginap. Entah siapa yang sudah mengatur, Vanya malah satu kamar dengan Reni. Meletakkan kopernya di dekat kasur, Vanya lantas masuk ke dalam kamar mandi setelah Reni keluar.“Aku mau keluar, kamu mau nitip makan?” tanya Reni pada Vanya yang masih berada di kamar mandi."Nggak, Ren," jawab Vanya keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan wajahnya.Vanya kemudian mengecek handphonenya yang sedari tadi masih dalam mode pesawat. Terlihat di layar handphonenya banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Charles. Gadis itu hanya bisa menghela nafas membaca satu per satu pesan yang Charles kirimkan. "Ya ampun!" seru Charles di ujung telepon begitu ia berhasil menghubungi Vanya. "

  • DUDA POLISI BUCIN   Bandara

    Setelah memilih souvenir pernikahan, mereka lantas meninggalkan tempat itu untuk mengantarkan Mama ke rumah temannya. Mereka kemudian menuju salah satu rumah makan karena waktu makan siang telah tiba. Suasana cukup ramai, namun tidak membuat mereka lama dilayani. "Iga penyet." Kompak mereka menyebutkan pesanan sesaat membolak balik buku menu. "Iga penyet dua, minumnya?""Air mineral." Lagi-lagi mereka kompak bersuara. Pelayan tadi meninggalkan mereka setelah mengkonfirmasi ulang pesanan."Berapa lama nanti kamu di Makasar?" tanya Charles yang sedari tadi sudah menahan diri. Rasanya kesal tahu kalau Vanya akan pergi keluar kota."Satu minggu.""Lama banget,” protes Charles. "Ya memang kaya gitu. Aku pelatihan satu minggu atau satu bulan emang ada pengaruhnya sama kamu?”Charles tak bersuara. Pria itu kemudian fokus dengan makanan mereka yang telah datang. Selesai makan, Charles meminta izin untuk nyekar ke makam ibunya Charlos."Ia," jawab Vanya singkat. Minta izin atau tidak, seben

  • DUDA POLISI BUCIN   Surat Perjalanan

    Seperti biasa, awal bulan selalu datang dengan membawa kejutannya. Siang ini Vanya menerima pemberitahuan untuk mengikuti pelatihan di Makassar selama lima hari. "Aduh. Males banget," umpatnya saat melihat daftar nama peserta yang tertulis nama Reni. Ia yakin kalau Reni akan kepo mengenai hubungannya dengan Charles.Sudah lama gadis itu tidak mendapatkan pelatihan keluar kota. Ada rasa excited tapi juga ada rasa malas karena harus pergi bareng dengan Reni. Sebelum pulang ia mampir sebentar ke ruang personalia untuk menanyakan perihal keberangkatannya."Wen, aku sesuai jadwal aja ya, perginya Minggu sore pulangnya Sabtu pagi," ucapnya pada Weni yang sedang riweuh sama peserta yang lain. Weni hanya menjawab dengan anggukan kepala.Setibanya di rumah, tampak mobil Charles terparkir cantik di halaman. Mama spontan memanggilnya saat melihat Vanya berdiri di ambang pintu."Ini, Charles mau ngajak kamu keluar, katanya mau lihat gaun pengantin.""Harus hari ini?" tanya Vanya."Iya, jadi mau

  • DUDA POLISI BUCIN   Nasehat

    Vanya baru saja menyelesaikan sarapan kemudian pamit pada Mama. Menentang kunci mobilnya, Vanya kaget melihat mobil Charles sudah terparkir di depan rumahnya."Kamu ngapain?” tanya Vanya kala Charles mendekat. Pria itu pagi ini terlihat tampan dan gagah dengan seragam kerjanya. "Mau ngantar kamu kerja,” jawab Charles kemudian menghampiri Mama dan memberikan salam. Vanya terperangah melihat sikap yang Charles tunjukkan.“Kalian hati-hati ya,” pesan Mama saat Vanya memberikan kunci mobilnya pada Mama.Aroma parfum Charles yang maskulin langsung tercium di indra penciuman Vanya, ruangan mobil. Wangi yang membuat candu bagi Vanya."Sebentar lagi tugasku di Bandung bakal selesai, kapan kamu siap?”"Siap apa?" tanya Vanya dengan polosnya."Menikahlah, apalagi?" tandas Charles. Tenggorokan Vanya serasa terkecat tak dapat menjawab perkataan Charles. Mobil berhenti di depan kantornya. Vanya bersiap turun namun tangannya ditahan oleh Charles."Sudah pernah kub

  • DUDA POLISI BUCIN   Mantan Mertua

    Tok tok tokDengan malas Vanya membuka pintu."Kamu!" seru Charles saat melihat tampang Vanya yang kucel, rambut berantakan dengan menggunakan baju tidur pendek."Pagi-pagi ngapain sih ke sini?" tanya Vanya sambil mengikat rambut berantakannya. Entah kenapa gaya Vanya yang seperti itu membuat Charles menjadi tersipu malu. Wajahnya memerah saat melihat sebagian perut rata milik Vanya."Kamu sendiri di rumah?" Pertanyaan Charles membuat nyawa Vanya tersadar. Buru-buru ia merapikan pakaiannya. Bagaimanapun juga pria di depannya itu adalah pria normal yang sudah lama tidak menerima kasih sayang."Kamu ngapain kesini?" tanyanya balik."Aku mau ngajak kamu nyari kue ulang tahun buat Charlos.""Kemarin di telepon, kata Tante Erin semua sudah beres, jadi ngapain kamu nyari kue ulang tahun lagi?""Cepatlah kamu siap-siap," perintah Charles yang langsung masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Tak dapat berbuat apa-apa, Vanya mengambil langkah seribu masuk ke kamarnya dan bersiap-siap. Tak samp

  • DUDA POLISI BUCIN   Bertamu

    Memarkir mobilnya, Vanya kemudian masuk ke dalam cafe yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Ia memilih untuk bersantai sendirian di cafe sebelum pulang ke rumah. Menghilang rasa penat dengan kerjaan serta Charles yang belakangan ini suka gak jelas.Sambil membaca salah satu buku, Vanya menikmati segelas coklat hangat. Begitu serius sehingga ia tidak menyadari kalau sedari tadi Charles meneleponnya. Vanya memang sering menonaktifkan nada dering handphonenya.Tepat pukul setengah sembilan, Vanya meninggalkan tempat itu setelah selesai membayar pesanannya.Sebelum tidur, Vanya mengecek handphonenya. Ia cukup kaget melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Charles."Ngapain sampai video call segala?” tanya Vanya heran sambil membaca pesan yang Charles kirimkan. Rupanya ada seseorang yang sengaja mengikutinya, karena dalam pesan yang dikirimkan Charles, pria itu juga mengirimkan foto saat ia sedang di cafe sendirian.Charles yang memang tengah menunggu balasan pesan dari Vanya, tanpa

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status