Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Makan Bersama

Share

Makan Bersama

Author: Lystania
last update Huling Na-update: 2025-08-06 09:17:51

Sandra akhirnya resmi resign dari kantornya. Setelah menerima amplop gaji, ia langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya. Saat ditanya HRD, alasan resignnya, ingin rasanya ia menjawab bahwa ia malas kerja dibawah pimpinan yang killer macam bosnya itu. Tapi demi menjaga silaturahmi, ia tak melakukan hal itu. Ia hanya menjawab ingin fokus pada keluarga.

"Onty Sandra datang," pekiknya sumringah.

"Cepet banget kamu pulang, baru juga jam berapa ini," ucap Erin.

Sembari duduk di sofa dan melepas blazernya, Sandra meletakkan amplop putih di meja kerja Frans.

"Kan Sandra udah resign." Keluar dari tempat kerja itu membuat beban Sandra lepas. Kemarin-kemarin rasanya untuk berangkat kerja sangat berat buat Sandra, memikirkan bakal ketemu bos killer di kantor, terus ketemu satu karyawan nyebelin itu, membuatnya pusing. Tapi setelah resign dari tempat itu, rasanya plong, gak ada beban apapun.

"Gaji kamu?" tanya Erin yang dibalas dengan anggukan kepala Sandra.

"Simpan aja buat kamu. Biar kamu ngerasain senengnya dapat gaji pertama dari hasil kerja sendiri."

"Itu buat Papa sama Mama, walau gak seberapa, tapi Sandra sudah niat kalau gaji pertama buat Papa sama Mama."

"Makasih ya, Sayang." Erin merangkul Sandra. Frans tersenyum menatap Sandra.

"Jadi Sandra mulai kapan boleh kerja di tempat Papa?"

"Kapan kamu siap? Tapi kalau sudah kerja, Papa harap kamu serius ya. Jangan karena ini usaha keluarga kita, lalu kamu gak serius dan menganggap sepele dengan pekerjaan kamu ya. Papa bisa pecat kamu." Frans serius menatap Sandra lagi.

"Ya ampun, Papa. Kerja aja belum udah diancam mau dipecat. Bikin takut aja," ujar Sandra. Ia memangku Charlos dan memainkan rambutnya.

***

Bertempat di salah satu restoran hotel, mereka makan malam merasakan gaji pertama Sandra. Dalam hati Vanya, sebenarnya sih merasa agak berlebihan, merayakan gaji pertama Sandra dengan makan malam di restoran hotel berbintang seperti ini. Karena biaya makan disini tak sebanding dengan gaji yang diterima Sandra. Tapi mungkin itu gaya hidup kaum yang lumayan berada ini, yang telah menjadikan Vanya bagian darinya.

Mereka diarahkan pada satu meja persegi panjang yang telah lengkap dengan baby chairnya. Seorang pelayan wanita ramah menyapa mereka dan meletakkan buku menu dengan tulisan nama masakan yang lumayan ribet dan susah dimengerti.

"Vanya pesen apa?" tanya Erin saat semua telah selesai menyebutkan pesanan mereka.

"Charles udah pesenin tadi, Ma," sahut Charles.

"Kirain dua porsi steak tadi buat Bang Charles semua," ucap Sandra.

"Enggak lah, mana kuat ini perut," jawab Charles.

Vanya menyuapi Charlos cream soup di sela-sela makannya. Steak yang telah dipotong-potongkan Charles terlebih dahulu. Meskipun makanan disini mahal dan rasanya cenderung enak, tapi Vanya kurang menikmati suasananya. Sedikit formal dan kaku.

***

Sepulang dari makan malam di luar tadi, Vanya yang telah menidurkan Charlos di kamar, keluar dari kamar tidur dan menuju dapur untuk mengambil minum.

"Belum tidur, Ma?" tanya Vanya saat melihat Erin juga berada di dapur.

"Sebentar lagi," sahut Erin. "Jadi sekarang kamu kerjanya di bagian yang sama kayak Bu Nita dan Reni ya?" tanya Erin.

"Bisa dibilang gitu sih, Ma. Sama-sama nyari dana kerjaannya."

"Makanya kemarin nanya soal itu ya?"

"Kalau yang Vanya tanya kemarin itu, Bu Nita minta tolong sama Vanya supaya dana Mama yang keluar waktu itu bisa masuk lagi di tempat Bu Nita," ucap Vanya.

"Daripada sama Bu Nita. Lebih baik sama kamu aja," ucap Erin.

"Nanti deh Mama pindahin lagi tabungan Mama yang di bank lain," sambung Erin lagi.

"Iya Ma. Ma, Vanya tidur duluan ya," pamit Vanya seraya meninggalkan dapur. Setibanya di kamar, yang semula Charlos tidur diatas ranjang, kini telah berpindah ke dalam boxnya. Hanya Charles yang berada di atas ranjang dalam posisi tidur.

Ia merebahkan diri dan menarik sedikit selimut yang telah digunakan Charles lebih dulu.

"Selamat malam," sapa Charles yang seketika membuat Vanya bergidik.

"Selamat tidur," balas Vanya.

"Ada orang? Boleh bertamu?"

Vanya berbalik menatap Charles.

"Kamu sehat? Malam-malam ngomong ngawur, bertamu kemana kamu?" tanya Vanya tak mengerti maksud perkataan Charles.

"Bertamu ke pelukan kamu," ucapnya. Vanya tertawa geli mendengarnya.

"Malam-malam kamu masih ada tenaga buat melawak ya. Lebih baik kamu simpan tenaganya buat besok kerja."

"Sekali-sekali kan boleh? Lagian aku kan sopan, minta izin dulu, gak langsung eksekusi." Tapi kenyataanya tak seperti yang diucapkan Charles barusan.

"Sopan dari mana kalau sudah begini?" Protes Vanya.

"Salah kamu sendiri lama kasih respon," sahut Charles santai.

Vanya menghela nafas, membiarkan dirinya berada di posisi itu, selama Charles tak berbuat lebih. Berada dalam pelukan Charles memang membuatnya merasa aman dan terlindungi.

"Aargh, kamu bisa gak sih tetap tenang kaya gini?" Charles mengeratkan kedua tangannya saat Vanya mulai sedikit berontak.

"Gimana mau tenang kalau kamu kaya gitu!" seru Vanya.

"Emangnya aku ngapain?" tanya Charles.

"Masih nanya lagi ngapain!" Vanya menyikut perut Charles.

"Tuh kan kamu mulai KDRT lagi," ujar Charles.

"Kamu yang bisa aku laporin. Perbuatan tidak menyenangkan!"

"Perbuatan tidak menyenangkan." Charles mengulangi ucapan Vanya kemudian tersenyum.

Secepat kilat, ia menghujani Vanya dengan kecupan manis. Kali ini ia pun tidak melewatkan kesempatan mencecap bibir tipis Aminya Charlos itu.

"Ini sih perbuatan yang menyenangkan," ucap Charles.

Merasa tak ada perlawanan dari Vanya, Charles melanjutkan tugasnya, lebih turun lagi seraya menyusupkan tangannya di bawah baju tidur Vanya. Nikmat memang dirasakannya, namun sebelum Vanya benar-benar terbang melayang. Ia membalikkan posisi dan melucuti baju yang dikenakan Charles. Sejurus kemudian memberikan beberapa tanda merah di kokoh dadanya Charles.

Tak merasakan keberadaan Vanya yang tadi merajainya, Charles membuka mata dan mendapati Vanya telah memeluk bantal dan membelakanginya. Mendengar omelan Charles yang senewen, membuat Vanya mengulum senyumnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DUDA POLISI BUCIN   Undur Diri

    Setelah melalui perdebatan batin, Vanya mantap mengajukan surat resign nya. Beberapa temannya sangat menyayangkan keputusan resign Vanya, tapi tak sedikit yang ingin mengikuti jejak Vanya."Tapi nanti kalau sudah beneran resign, dana di tabungan jangan dipindah ya, kalau bisa sih ditambahin," ucap Bu Wiwi.Vanya hanya tersenyum.Beneran resign?Isi pesan Yuda. "Iya, Bang." Vanya langsung menghubungi Yuda. "Udah yakin?" tanya Yuda di seberang sana."Iya, Bang. Supaya fokus bisa urus Charlos. Kasihan dia, kalau Vanya kerja.""Kalau keputusan kamu seperti itu, Abang cuma bisa dukung aja. Semoga kedepannya kamu semakin bahagia dan ngasih Charlos, Rafa, dan Rafi teman main baru.""Apaan sih, Bang.""Kalian udah mau dua tahun lo," ucap Yuda. "Iya, iya, iya. Vanya tutup dulu ya. Dadah." Vanya mematikan sambungan teleponnya.***Vanya baru saja selesai membersihkan diri sepulang kerja. Ia menemui Erin juga Charles di ruang tengah.

  • DUDA POLISI BUCIN   Gelap

    Vanya menekan pesan suara yang dikirimkan Charles.Ayo pulang Aminya Charlos.Teman-temannya menoleh pada Vanya."Aku duluan pulang ya. Des, minta tolong matiin komputer aku ya," ucap Vanya. Ia mengambil handphonenya, cepat-cepat meninggalkan ruangan sebelum ditanya macam-macam sama mereka. Mereka pasti dengan jelas mendengar isi pesan suara yang dikirim Charles tadi. Menyebutkan nama Charlos. Karena ia sendiri pun baru tahu kalau Charlos memiliki rekening di bank tempatnya bekerja.“Siapa yang ngirim uang sebanyak itu ya? Cuma dua aja nih, kalau bukan Charles pasti Omanya nih” hatinya bertanya-tanya sepanjang jalan menuju mobil Charles.Begitu masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt ia langsung menanyakan perihal kiriman uang itu."1,5 M?" ulang Charles. Memastikan ia tidak salah dengar."Iya. Masuk di rekening tabungan Charlos," ucap Vanya."Kamukan sudah lihat saldo di rekening aku, belum nyampe

  • DUDA POLISI BUCIN   Suara Gangguan

    Vanya membawakan sekotak martabak ke rumah Mama sepulang kerja. Mama yang sedang santai menyiram tanaman di halaman, tersenyum senang saat melihat Vanya datang dan memeluknya."Baru pulang kerja?""Iya, Ma. Naik taksi online langsung ke sini." Vanya membawa masuk martabak yang dibelinya tadi."Mertua kamu apa kabar?" tanya Mama sembari duduk di ruang tamu."Baik, Ma." Vanya menatap Mama lekat, mengumpulkan keberanian untuk bertanya."Ma, rasanya gak kerja itu gimana sih? Seharian ngurus pekerjaan rumah," ujar Vanya. Tangannya mencomot, menikmati martabak yang dibawanya.Kening Mama berkerut."Tumben kamu nanya kaya gitu? Ada masalah di kerjaan atau masalah di rumah?" selidik Mama. Pertanyaan Vanya bertolak belakang dengan mantapnya hati Vanya yang akan tetap bekerja meskipun telah berkeluarga."Masalah sih gak ada, Ma. Cuma--" Vanya terdiam sejenak, memikirkan bagaimana reaksi Mama bila mendengar omongan Vanya. Kedua bola mata Mama menatap anak bungsu

  • DUDA POLISI BUCIN   Meledak

    Kalau saja bisa menolak, Vanya sudah menolak permintaan Bu Wiwi yang memintanya dan Desi untuk ke ikut dengan Pak Tri dan tim untuk follow up perjanjian kerjasama ke Pelayanan Pajak. Kantor siapa, kalau bukan kantornya Wisnu. Mau minta izin sama Charles untuk kesana kan gak mungkin, ini urusan pekerjaannya.Dengan diantar mobil kantor, mereka sampai di kantor itu. Bukan menuju aula, tapi menuju ruangan kepala kantor yang didalamnya telah lengkap dengan kepala bendahara dan juga Wisnu. Ia duduk agak jauh dari mereka. Berharap Wisnu tak menghampirinya.Kamu dimana? Makan siang aku jemput ya.Isi pesan Charles yang dibaca Vanya."Udah belum sih, Des?" bisik Vanya."Bentar, lagi tanda tangan tuh kayaknya," jawab Desi.Setelah selesai penandatangan kerjasama kedua belah pihak, mereka berfoto bersama untuk dokumentasi."Jadi nanti, kita bakal sering ketemu dong?" ucap Wisnu."Bisa iya bisa enggak, Bang. Kan bukan cuma Vanya staff di bagian ini. Mu

  • DUDA POLISI BUCIN   Makan Bersama

    Sandra akhirnya resmi resign dari kantornya. Setelah menerima amplop gaji, ia langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya. Saat ditanya HRD, alasan resignnya, ingin rasanya ia menjawab bahwa ia malas kerja dibawah pimpinan yang killer macam bosnya itu. Tapi demi menjaga silaturahmi, ia tak melakukan hal itu. Ia hanya menjawab ingin fokus pada keluarga."Onty Sandra datang," pekiknya sumringah."Cepet banget kamu pulang, baru juga jam berapa ini," ucap Erin.Sembari duduk di sofa dan melepas blazernya, Sandra meletakkan amplop putih di meja kerja Frans."Kan Sandra udah resign." Keluar dari tempat kerja itu membuat beban Sandra lepas. Kemarin-kemarin rasanya untuk berangkat kerja sangat berat buat Sandra, memikirkan bakal ketemu bos killer di kantor, terus ketemu satu karyawan nyebelin itu, membuatnya pusing. Tapi setelah resign dari tempat itu, rasanya plong, gak ada beban apapun."Gaji kamu?" tanya Erin yang dibalas dengan anggukan kepala Sandra."Simpan

  • DUDA POLISI BUCIN   Cubitan

    Mobil kantor berhenti di depan salah satu deretan ruko tingkat dua. Bu Wiwi mengajak Vanya masuk ke dalam salah satu ruko yang bernuansa putih dengan banyak hiasan gula-gula dan kue yang menggantung di atasnya."Bikin ngiler ya, Bu," ucap Vanya saat melihat deretan kue yang terpajang di etalase."Iya. Kamu harus coba nanti kuenya," sahut Bu Wiwi.Mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya seumuran Bu Wiwi dan di persilahkan duduk."Biasanya sama Desi atau gak Winda, Bu? Ucapnya saat Vanya dan Bu Wiwi duduk."Mereka lagi ke tempat nasabah yang lain, Bu. Biasa bagi tugas," jawab Bu Wiwi.Tak berapa lama, seseorang mengantarkan beberapa potong kue dan minuman kemudian menyajikannya di meja."Silahkan sambil di makan," ucap nasabah itu ramah."Enak, Bu," jawab Vanya saat ditanya soal rasa kue yang baru saja dimakannya.Vanya kemudian mengeluarkan beberapa berkas untuk perpanjangan deposito nasabah Bu Wi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status