Compartilhar

Energi Yang Meledakkan.

Autor: Jimmy Chuu
last update Última atualização: 2025-12-07 23:50:23

Salah satu pemuda tertawa dengan sinis, suaranya menusuk keheningan hutan.

“Hahaha … bodoh!” Ia melepaskan cengkeramannya pada rambut gadis yang lebih tua, lalu berdiri tegak dengan seringai kejam.

"Biar aku yang menghabisi dia," katanya sambil menarik pedang hitam dari sarungnya, bilahnya berkilat mematikan. "Ini akan cepat selesai."

Pemuda itu melangkah maju dengan langkah percaya diri, setiap jejak kakinya memancarkan ancaman. Pedang hitam di tangannya mulai bercahaya gelap, dan energi iblis melingkupi pedang itu seperti kabut hitam yang menyesakkan.

Tsing… suara pedang berdengin.

Dan aura dingin yang menusuk tulang menyebar ke sekitar, membuat udara terasa berat.

"Mati!" teriaknya keras, suaranya membelah udara.

Ia mengayunkan pedang ke arah pemuda berjubah putih itu dengan kecepatan kilat. Pedang hitam itu bergerak secepat meteor, membawa energi iblis yang pekat, dan udara di sekitarnya seolah membeku karena kekuatan yang mengerikan.

Pemuda berjubah putih itu tidak menghindar sedikit pun, tubuhnya tetap kokoh di tempatnya. Ia bahkan tidak menggerakkan kakinya, hanya mengangkat tangan kanannya dengan gerakan santai yang terlihat tak acuh.

Tidak ada persiapan khusus, tidak ada formasi rumit, dan tidak ada mantra yang diucapkan. Hanya mengangkat tangan dengan gerakan yang terlihat asal, seolah tanpa niat.

Tapi saat itu, sesuatu yang luar biasa terjadi.

Cahaya putih terang meledak dari telapak tangannya, memancar dengan kekuatan yang tak terlukiskan.

Cahaya itu murni, begitu terang dan begitu murni hingga energi iblis di pedang itu langsung lenyap seperti asap tertiup angin kencang.

Dan cahaya itu tidak berhenti di situ, terus melesat maju.

Cahaya itu menembus pedang, menembus tubuh pemuda itu, dan langsung menuju kepalanya dengan kecepatan tak terbayangkan.

Kepala pemuda itu meledak dengan suara mengerikan, pecah berkeping-keping.

Darah dan pecahan tengkorak berceceran ke segala arah, membasahi tanah dan dedaunan di sekitarnya. Tubuhnya masih berdiri sebentar dengan pedang di tangan, lalu roboh ke tanah dengan suara keras yang memecah keheningan.

Keheningan total menyelimuti hutan, sebuah kebisuan yang mematikan.

Sembilan pemuda yang tersisa terdiam membeku, mata mereka melebar tak percaya. Tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat, salah satu saudara mereka baru saja mati, kepalanya meledak hanya dengan satu gerakan tangan.

Dua gadis juga terdiam, mulut mereka terbuka lebar. Mereka tidak bisa berkata apa-apa, terlalu terkejut dan ketakutan.

Pemuda berjubah putih, Rong Tian menatap tangannya dengan ekspresi bingung, seolah tak mengenali apa yang baru saja dilakukannya.

"Apa yang baru terjadi?" gumamnya pelan pada diri sendiri, suaranya nyaris tak terdengar.

Ia tidak mengerti, ia hanya menggerakkan tangan dengan asal. Tidak ada niat membunuh, tidak ada teknik khusus, hanya gerakan refleks untuk memblokir serangan, tapi kenapa hasilnya sehebat ini?

"Qi murni-ku," bisiknya sambil menatap telapak tangannya, "ternyata jauh lebih kuat dari yang kukira?"

Ia menatap tubuh tanpa kepala yang tergeletak di tanah, darah masih mengalir deras dari leher yang terbuka.

"Apa aku masih di tingkat yang sama? Jiwa Muda akhir? Atau bahkan lebih tinggi?"

Ia tidak tahu, ia benar-benar tidak tahu seberapa kuat dirinya sekarang.

"Brengsek!" Teriakan marah memecah keheningan, mengoyak kesunyian hutan. Salah satu pemuda melangkah maju dengan wajah merah padam, matanya penuh amarah yang membara.

"Kau membunuh saudaraku!"

Enam pemuda lain juga bergerak serentak, tubuh mereka dipenuhi amarah. Mereka semua menarik senjata mereka, pedang, tombak, cambuk, pisau, dan mata mereka semua penuh kebencian dan amarah yang sama.

"Bunuh dia!" teriak salah satu dari mereka, suaranya penuh dendam.

Tujuh pemuda itu menyerang bersamaan, sebuah gelombang serangan yang terkoordinasi.

Pedang hitam turun dari atas, tombak menusuk dari samping kiri, cambuk melilit dari samping kanan.

Pisau terbang berdengin dari belakang, jarum berdesing beracun dilempar dari depan, dan salah satu pemuda mengeluarkan formasi penyegel. Ini formasi gelap yang mengandung melepaskan aura kematian yang pekat, menciptakan suasana mencekam.

Tujuh serangan dari tujuh arah berbeda, sebuah serangan mematikan yang terkoordinasi dengan sangat baik.

Rong Tian menatap mereka dengan tatapan datar, tanpa sedikit pun rasa takut. Ia tidak takut, tidak panik, hanya bingung dengan situasinya sendiri.

"Mereka menyerangku bersamaan," gumamnya pelan. "Apa aku harus melawan?"

Ia tidak yakin, ia masih tidak paham sepenuhnya seberapa kuat qi murninya sekarang.

Tapi tubuhnya bergerak refleks lagi, sebuah tindakan tanpa sadar. Tangan kiri terangkat untuk memblokir pedang, tangan kanan mendorong ke arah tombak.

Cahaya putih meledak lagi, kali ini lebih kecil tapi tetap dahsyat.

DUAR!

Pedang patah di udara, tombak hancur jadi debu, cambuk terbakar oleh cahaya murni dan menjadi abu. Pisau meleleh sebelum sampai, jarum lenyap, formasi retak dan pecah, dan aura kematian tertahan.

Tujuh pemuda itu terlempar mundur dengan kekuatan dahsyat. Tubuh mereka jatuh ke tanah dengan keras, beberapa memuntahkan darah, dan napas mereka terengah-engah.

Tapi mereka belum mati.

Rong Tian menatap tangannya lagi, kali ini dengan ekspresi lebih serius.

"Qi murni ini," gumamnya sambil merasakan aliran energi di tubuhnya, "kekuatannya setara dengan kultivasi iblisku dulu. Atau bahkan lebih kuat?"

Ia mulai mengerti, sebuah pencerahan datang kepadanya. Meski qi-nya berubah dari energi iblis jadi murni, tingkat kultivasinya tidak berubah, ia masih di tingkat yang sama, Jiwa Muda akhir, setengah langkah menuju keabadian.

Setengah Langkah menjadi abadi, dalam aliran iblis disebut Semi Devil, sedangkan sekte Ortodoks di kenal dengan sebutan Demigods.

"Jadi aku tidak kehilangan kekuatan," bisiknya sambil mengepalkan tangannya. "Hanya bentuk energi-ku yang berubah."

Ia menghela napas panjang, sebuah desahan yang tak terdengar.

Tujuh pemuda itu bangkit lagi dengan susah payah, wajah mereka pucat pasi. Beberapa masih batuk darah, tapi mata mereka penuh kebencian yang membara.

"Kita serang lagi!" teriak salah satu dari mereka, suaranya serak. "Jangan biarkan dia hidup!"

Mereka bergerak lagi, kali ini lebih brutal dan lebih gila. Mereka tidak peduli nyawa mereka sendiri, yang penting membunuh pemuda di hadapan mereka.

Salah satu pemuda menarik pedang cadangan, bilahnya berkilat di bawah cahaya rembulan. Ia menggerakkan teknik kultivasi terkuatnya, energi iblis di tubuhnya meledak, dan kekuatan Tahap Fondasi akhir keluar sepenuhnya.

"Bayangan Iblis Seribu Pedang!" teriaknya dengan suara penuh amarah, memanggil kekuatan kegelapan.

Tsing! Tsin!

Bersambung

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Serangan Yang Terpental Balik

    Bing Ruoxue mendengar semua ejekan itu. Tubuhnya gemetar lebih hebat. Tapi ia tidak mundur. Ia tetap berdiri di tempatnya, menatap Elder Sekte Bayangan Yin dengan tatapan penuh ketakutan tetapi juga penuh tekad.Elder Sekte Bayangan Yin terdiam sebentar. Ia menatap gadis di hadapannya dengan tatapan dingin, lalu tersenyum. Sebuah senyum yang membuat lampion-lampion bergetar lebih hebat."Kesaksian yang menarik," ucapnya dengan suara yang terdengar lembut tetapi penuh ancaman tersembunyi. "Tapi aku tidak butuh kesaksian dari sekte kecil."Asap hitam di tangannya semakin menebal. Aura gelap itu mulai memadat, berubah menjadi cakar energi yang mengerikan. Bau besi dan darah menyebar di udara.Suhu turun semakin drastis. Suara serak seperti arwah tercekik bergema samar di sekeliling mereka.Beberapa murid di barisan belakang tidak tahan lagi. Mereka mundur dengan panik, beberapa bahkan jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi."Itu Cakar Bayangan Kematian," bisik salah satu kultivator senio

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Kesaksian Bing Ruoxue

    Rong Tian masih berdiri diam. Tidak ada perubahan ekspresi di wajahnya. Ia hanya menatap Elder itu dengan tatapan datar, seperti menatap sesuatu yang membosankan.Di dalam hatinya, ia bahkan sedikit merasa lucu."Elder Jiwa Muda awal," gumamnya dalam hati sambil mengamati aura yang mengepul dari tubuh pria itu. "Lima ratus tahun lalu, kultivator sekelas ini bahkan tidak layak menjadi tetua sekte kecil. Sekarang dia berani mengancamku?"Tapi ia tidak mengatakan itu dengan suara keras. Ia hanya diam, menunggu.Bing Ruoxue melihat asap hitam yang mulai menebal di sekitar Elder Sekte Bayangan Yin. Dadanya sesak. Napasnya pendek. Ia tahu apa artinya itu."Dia akan membunuh," bisiknya dengan suara gemetar. "Dia akan membunuh pemuda itu di hadapan kita semua."Xue Lingyin menarik lengan kakak perempuannya dengan panik."Kakak perempuan, kita harus pergi," pintanya dengan air mata di pipinya. "Tolong. Kita harus pergi sekarang."Tapi Bing Ruoxue tidak bergerak. Ia menatap Rong Tian yang berdi

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Elder Sekte Bayangan Yin

    Balai utama Desa Heishan adalah bangunan bergaya paviliun besar dengan tiang-tiang merah tua yang kokoh. Atapnya melengkung dengan sudut-sudut timur yang khas, dihiasi lampion-lampion merah yang berderet rapi.Tirai sutra putih bergetar pelan karena angin malam yang menyelinap masuk. Meja-meja kayu cendana dengan ukiran awan tersusun rapi di tengah ruangan, sementara lantai batu abu-abu yang halus memantulkan cahaya lampion yang redup.Tapi sekarang, keindahan itu tidak ada artinya.Saat Elder Sekte Bayangan Yin muncul, lampion-lampion gemetar hebat. Nyala api di dalamnya goyah seperti akan padam. Suara bisikan yang tadi mengisi ruangan lenyap seketika. Semua murid ortodoks menunduk dalam, napas mereka tertahan. Suasana berubah seperti aula pengadilan kuno yang baru melihat malaikat maut.Pria berjubah hitam itu berdiri tegap di tengah balai. Jubahnya terbuat dari kain gelap berkualitas tinggi, dihiasi bordiran kelelawar merah tua yang sulaman khas Sekte Bayangan Yin. Matanya dingin s

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Panggung yang Membeku

    Balai utama Desa Heishan terasa seperti sebuah kuburan yang dingin, bukan tempat pertemuan para ahli.Udara di dalamnya berat, dipenuhi keheningan yang menyesakkan, hanya sesekali dipecahkan oleh desahan samar atau gesekan kain.Suara pertemuan yang seharusnya penuh semangat justru terdengar seperti gumaman orang-orang yang menunggu ajal, setiap kata terbebani oleh keputusasaan.Para murid dari sekte-sekte besar duduk berderet, bahu mereka melorot, mata mereka redup, dan napas mereka teratur namun berat, seakan ada beban tak terlihat yang menindih setiap jiwa.Tidak ada satu pun dari mereka yang memancarkan aura jenius yang digadang-gadang untuk memimpin masa depan.Elder Feng berdiri di depan, punggungnya sedikit membungkuk, wajahnya diukir oleh kerutan-kerutan lelah yang lebih banyak bercerita tentang kekhawatiran daripada kebijaksanaan. Ia berusaha menjaga wibawanya, tetapi suaranya terdengar rapuh, nyaris berbisik.“Kita harus segera mencari cara untuk menahan serangan berikutnya,

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Pertemuan Para Jenius yang Lelah

    Rong Tian tidak menjawab, ia tidak peduli dengan bisikan-bisikan di sekitarnya. Ia hanya terus berjalan, mengamati sekitar dengan tatapan datar dan penuh analisis."Dunia ini," gumamnya pelan sambil menatap semua pemuda dan pemudi yang ramai berbicara, "benar-benar berbeda dari yang kukenal."Mereka akhirnya sampai di pojok desa, tempat yang lebih tenang. Di sana, ada tenda kecil dengan bendera putih bertuliskan "Sekte Bunga Salju".Tenda itu terlihat sederhana, jauh dari kemegahan tenda-tenda lain. Ukurannya tidak sebesar tenda-tenda sekte besar lainnya, menunjukkan status mereka."Ini tenda kami, Tuan," ucap Bing Ruoxue sambil menunjuk tenda kecil itu."Silakan beristirahat sebentar di sini, pertemuan akan dimulai sebentar lagi."Rong Tian menatap tenda itu sebentar, lalu mengangguk pelan."Terima kasih."Ia duduk di bangku kayu di luar tenda, mengamati keramaian. Bing Ruoxue dan Xue Lingyin masuk ke dalam tenda untuk merapikan pakaian mereka yang masih robek.Rong Tian menatap kera

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Kemerosotan Dunia Kultivasi

    Rong Tian langsung menyadari sesuatu yang aneh saat mengamati sekeliling. "Auranya lemah," gumamnya dalam hati sambil menatap para pemuda itu dengan tatapan tajam."Bahkan yang terkuat hanya Tahap Eliksir Emas tingkat awal. Apakah ini yang mereka sebut jenius dari sekte besar?"Ia mengamati lebih teliti setiap individu yang berlalu lalang. Sebagian besar hanya berada di Tahap Fondasi, sebuah tingkat dasar dalam kultivasi.Beberapa bahkan masih di Tahap Awal, baru menyentuh gerbang kultivasi, menunjukkan kurangnya pengalaman."Tidak masuk akal," bisiknya pelan sambil menggelengkan kepala, ketidakpercayaannya begitu nyata. "Dulu, lima ratus tahun lalu, jenius muda dari sekte ortodoks besar sudah mencapai Tahap Jiwa Muda di usia dua puluh tahun."Ia melanjutkan, "Bahkan yang biasa-biasa saja sudah Tahap Eliksir Emas tingkat menengah."Ia menatap sekitar lagi dengan tatapan tidak percaya, membandingkan masa lalu dengan masa kini. "Tapi sekarang? Tahap Eliksir Emas awal sudah dianggap jeni

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status