Dentuman senjata saling beradu memenuhi medan perang, debu beterbangan, udara dipenuhi aroma darah dan besi. Jeritan prajurit, denting senjata, dan raungan beast tunggangan menggema dari segala arah. Pasukan kekaisaran Zhengtang mulai kacau, sebagian dari mereka mulai mundur setelah kehilangan formasi.Kaisar Zheng Yu menggertakkan giginya. Di balik helm perangnya, wajahnya merah padam karena amarah dan rasa malu.“Keparat … pasukan rendahan itu berhasil menyeimbangkan jumlah dengan pasukanku .…” gumamnya dengan suara berat.Salah satu jenderalnya mendekat, “Yang Mulia! Kita perlu mundur sejenak dan—”“Diam!” bentak Kaisar Zheng Yu sambil mencabut pedang panjangnya. “Kalau mereka ingin bermain keras, aku akan habisi Tian Ming sendiri!”Dengan raungan marah, Zheng Yu menunggang kudanya menuju pusat medan, menerobos kerumunan prajurit yang langsung memberinya jalan. Matanya lurus menatap satu sosok gagah yang berdiri tenang di tengah medan, Kaisar Tian Ming.Tian Ming yang sedang meneba
Dentuman senjata saling beradu memenuhi medan perang, debu beterbangan, udara dipenuhi aroma darah dan besi. Jeritan prajurit, denting senjata, dan raungan beast tunggangan menggema dari segala arah. Pasukan kekaisaran Zhengtang mulai kacau, sebagian dari mereka mulai mundur setelah kehilangan formasi.Kaisar Zheng Yu menggertakkan giginya. Di balik helm perangnya, wajahnya merah padam karena amarah dan rasa malu.“Keparat … pasukan rendahan itu berhasil menyeimbangkan jumlah dengan pasukanku .…” gumamnya dengan suara berat.Salah satu jenderalnya mendekat, “Yang Mulia! Kita perlu mundur sejenak dan—”“Diam!” bentak Kaisar Zheng Yu sambil mencabut pedang panjangnya. “Kalau mereka ingin bermain keras, aku akan habisi Tian Ming sendiri!”Dengan raungan marah, Zheng Yu menunggang kudanya menuju pusat medan, menerobos kerumunan prajurit yang langsung memberinya jalan. Matanya lurus menatap satu sosok gagah yang berdiri tenang di tengah medan, Kaisar Tian Ming.Tian Ming yang sedang meneba
Dentuman senjata saling beradu memenuhi medan perang, debu beterbangan, udara dipenuhi aroma darah dan besi. Jeritan prajurit, denting senjata, dan raungan beast tunggangan menggema dari segala arah. Pasukan kekaisaran Zhengtang mulai kacau, sebagian dari mereka mulai mundur setelah kehilangan formasi.Kaisar Zheng Yu menggertakkan giginya. Di balik helm perangnya, wajahnya merah padam karena amarah dan rasa malu.“Keparat … pasukan rendahan itu berhasil menyeimbangkan jumlah dengan pasukanku .…” gumamnya dengan suara berat.Salah satu jenderalnya mendekat, “Yang Mulia! Kita perlu mundur sejenak dan—”“Diam!” bentak Kaisar Zheng Yu sambil mencabut pedang panjangnya. “Kalau mereka ingin bermain keras, aku akan habisi Tian Ming sendiri!”Dengan raungan marah, Zheng Yu menunggang kudanya menuju pusat medan, menerobos kerumunan prajurit yang langsung memberinya jalan. Matanya lurus menatap satu sosok gagah yang berdiri tenang di tengah medan, Kaisar Tian Ming.Tian Ming yang sedang meneba
Di dalam paviliun barat yang tenang dan elegan, suasana tampak hangat. Aroma teh melati memenuhi udara, bercampur harum dupa halus yang mengepul dari sudut ruangan. Ibu Suri Gao duduk anggun di atas kursi ukiran kayu cendana, mengenakan jubah sutra gelap berhias bordir burung fenghuang.Di hadapannya, duduk tiga orang tamu yang datang dari negeri seberang. Seorang pria dan wanita paruh baya dengan pakaian khas hanbook formal, serta seorang gadis muda yang duduk dengan sopan, anggun namun penuh percaya diri. Dialah Min Ji, gadis cantik berkulit pucat dengan mata bening dan senyum yang lemah-lembut.“Sudah lama kita tak bertemu, Nyonya Min,” ujar Ibu Suri Gao dengan bahasa negeri seberang yang fasih, suaranya terdengar ramah namun mengandung makna tersirat. “Kukira kalian sudah lupa pada saudara jauh kalian di kekaisaran Tianyang.”Wanita paruh baya itu tertawa kecil, anggun. “Tentu saja tidak, Yang Mulia. Kami selalu mengikuti berita dari istana Tianyang. Dan mendengar kabar bahwa Anda
“Serang!” Derap kaki kuda dan teriakan perintah memenuhi medan perang. Pasukan elit Kekaisaran Zhengtang kembali menyerbu setelah kegagalan panah memalukan mereka. Kali ini serangan darat dikerahkan dengan kekuatan penuh.Jenderal-jenderal muda dari Zhengtang memimpin pasukan mereka dari depan, menerobos celah formasi dengan tombak dan pedang berlapis Qi yang menyala-nyala.“Maju! Jangan biarkan mereka bersiap!” teriak salah satu jenderal dengan sorot mata membara.Tapi dari jauh, Kaisar Tian Ming masih berdiri dengan tenang di atas kudanya. Di sisi kirinya, Jenderal Zhao Yun dan Wu Liang telah mempersiapkan barisan khusus.Kaisar Tian Ming menurunkan tangannya perlahan. Sebuah sinyal diam yang langsung dipahami para prajurit elit Tianyang.“Formasi Naga Api! Posisi bertahan ketiga!” seru Wu Liang.Pasukan Tianyang bergerak seolah-olah satu tubuh. Mereka membentuk barisan menyerupai sisik naga yang kokoh, setiap prajurit berdiri tegap dengan senjata spiritual terhunus. Aura spiritual
Cahaya fajar baru saja muncul di ufuk timur, langit masih menyisakan warna kelam ketika dua pasukan besar berdiri saling berhadapan di medan perang terbuka, seperti barisan semut hitam yang tak berujung. Aura tekanan Qi dari para prajurit dan jenderal memenuhi udara, menggema seperti dentingan pedang yang belum terhunus.Di sisi barat, pasukan Kekaisaran Tianyang berdiri gagah. Di barisan paling depan, Kaisar Tian Ming duduk tegak di atas kudanya yang gagah berwarna hitam legam. Zirah emas di tubuhnya memantulkan cahaya matahari pagi, menambah aura agung dan tak tergoyahkan.Di sisi timur, pasukan Kekaisaran Zhengtang berbaris rapi. Kaisar Zheng Yu berdiri di atas kuda coklatnya, mengenakan jubah perangnya berwarna merah gelap dengan lambang naga api di dada. Wajahnya angkuh dan dingin.Kaisar Zheng Yu mengangkat tangan, memberi isyarat pada seluruh pasukannya untuk tetap diam, lalu melangkah maju beberapa tapak dengan suara lantang.“Tian Ming! Menyerahlah. Serahkan Permaisuri Zhao X