Share

Bab 61 - Bisikan Malam

Penulis: Night Shade
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 07:06:23

"Kamu tahu, tinggal di sini itu rasanya kayak lagi nunggu kapal yang mau karam sambil pura-pura bisa berenang."

Elok menatap cermin di depannya seraya membisikkan kalimat itu pada bayangannya sendiri. Mata sembab, kurang tidur tetapi tetap berdiri tegak.

Pagi harinya. Elok masih mengenakan gamis yang sama sejak semalam. Dia bahkan belum sempat menyentuh susu yang dibawa Bu Rima malam sebelumnya. Susu itu dia masukkan ke dalam kulkas demi agar tidak basi.

Pintu kamarnya diketuk keras hingga membuatnya terlonjak. Hari itu dia tidak melaksanakan ibadah karena sedang tamu bulanan.

“Bangun! Kamu kira kamu bisa terus merenung sepanjang hari?!” suara Damar terdengar tajam dari balik pintu.

Elok menutup mata kemudian menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Saya sudah bangun.”

Tak ada balasan lagi dari Damar. Hanya langkah menjauh. Tapi cukup untuk membuat Elok tahu bahwa hari ini tidak akan lebih mudah dari kemarin.

Kemudian, dia bergegas mandi. Pagi ini dia mesti membantu Bu Retno lag
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 68 - Pecahan Belum Utuh

    "Mbak Elok, Mas Damar udah masuk lagi ke rumah utama.” suara Sari memecah diam di antara mereka. Wanita itu menurunkan tirai jendelanya. Elok mengangguk pelan, tangannya masih memegang cangkir teh yang belum tersentuh. Pandangannya tertuju pada pintu yang kini tertutup rapat. Teguh menghela napas. "Aku enggak berniat bikin ribut, Mbak Elok. Aku tahu rumah ini udah cukup tegang tanpaku."Teguh duduk di kursi seberang meja makan kecil, diam, tapi sorot matanya tidak tenang. Suara langkah Damar yang sempat terdengar tadi membuat suasana jadi menegang.Elok menatapnya sebentar. "Kamu udah dua tahun enggak kelihatan. Tiba-tiba datang... ya, wajar kalau semua orang kaget." Dia mencoba berpikir logis. "Aku datang bukan buat mereka,” jawab Teguh dengan nada ucapan kesal. “Aku datang karena aku dengar kamu yang terluka. Dan... kamu yang akhirnya donor ginjal ke Anjani."Elok terdiam. Tangannya mencengkeram cangkir lebih erat. Wajahnya tetap tenang, tapi napasnya sedikit berat."Aku tahu kit

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 67 - Sorot Mata Lain

    "Mbak Elok, yang barusan datang itu siapa, ya? Kayaknya saya tadi lihat dia sempat ngobrol sama Pak Arya di teras depan sebelum jalan ke sini."Elok yang sedang mengaduk sisa sup dari Anjani di atas kompor menoleh cepat. Sari berdiri di ambang pintu dapur dengan wajah penasaran. Sehari-hari, pembantu rumah itu memang memanggil Elok dengan sebutan “Mbak.” Dan Elok tidak pernah mempermasalahkan. Justru membuatnya merasa sedikit lebih manusia di rumah yang lebih sering memperlakukannya sebagai beban. Dia selalu bersyukur ada Sari yang mau berbicara dengannya.“Ngobrol sama Pak Arya?” ulang Elok, agak terkejut.“Iya, Mbak. Tapi enggak lama,” Sari masuk ke dalam. Dia berdiri di samping Elok. “Terus dia langsung jalan ke belakang. Sekarang berdiri di dekat dapur sana. Saya kira anak magang dari kantor, tapi wajahnya familiar.”Elok mengusap tangan di celemeknya, lalu melangkah ke ruang tengah dan menyingkap sedikit tirai jendela. Sosok laki-laki itu berdiri membelakangi rumah utama, tepat

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 66 - Datang Tanpa Diduga

    "Kok kayak ada suara mobil masuk?"Elok refleks menoleh ke jendela. Sudah malam dan dia paham betul suara-suara mobil di rumah itu. Biasanya keadaan rumah sepi jika sudah malam. Tapi kali ini, suara mesin mobil terdengar jelas. Bukan suara mobil Damar. Juga bukan mobil operasional rumah utama.Dia mengintip dari celah tirai. Ada seorang pemuda turun dari mobil. Ransel besar di punggung, jaket gelap, dan langkah mantap menuju rumah utama. Elok sempat ragu, tapi wajah itu terasa familiar. Dia ingat orang itu.“Teguh?” gumamnya.Sudah dua tahun sejak terakhir kali dia mendengar nama itu disebut. Anak angkat Arya dan Rima. Adik angkat Gilang dan Damar. Diusir dari rumah tanpa penjelasan panjang. Teguh belum genap 18 tahun saat diusir, dan sekarang dia sudah jauh lebih dewasa.“Benar, itu Teguh. Mau apa dia ke sini?” bisik Elok lagi. Matanya masih memerhatikan Teguh yang berjalan cepat. Elok tidak mengenalnya dekat. Dulu hanya beberapa kali bertemu. Tapi dari cara Teguh berjalan sekarang,

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 65 - Jejak Ditinggalkan

    "Kamu yakin mau pulang sekarang, Lang?"Suara Alvin memecah kesunyian lounge kelas satu di bandara. Udara beraroma kopi dan parfum mahal yang kontras dengan wajah Gilang yang muram. Dia sedang menatap layar ponselnya yang memuat ulang berita cuplikan rumah keluarga mereka dengan gambar rumah utama dan satu bangunan kecil di belakangnya.Gilang mendesah lalu meletakkan ponsel di pangkuannya.“Kalau aku nggak pulang sekarang, aku bakal nyesel seumur hidup,” ucapnya kemudian. “Elok enggak punya siapa-siapa di sana.”Alvin menarik kursinya lebih dekat. Ditatapnya Gilang. Berusaha melihat keteguhan di mata sahabatnya itu. “Dan kamu yakin kamu orang yang tepat untuk bantu dia?”“Aku enggak tahu,” jawab Gilang jujur. “Tapi aku enggak bisa terus nonton dari jauh. Dulu aku cuma diam waktu Teguh diusir. Sekarang, aku enggak mau ulang kesalahan yang sama.”Karena itulah kenyataannya. Teguh diusir dan itu merupakan kesalahannya sebab tidak membantunya. Entah di mana Teguh berada sekarang. Alvin

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 64 - Retak Tersembunyi

    “Saya tanya sekali lagi. Ngapain masih pegang HP malam-malam? Kamu lagi komunikasi sama siapa?”Nada suara Damar menusuk telinga Elok. Suaranya tidak perlu keras, tapi dinginnya membuat lututnya lemas. Dia berdiri di tengah ruang tamu kecil itu dengan ponsel masih tergenggam erat berharap ponsel itu tidak akan jatuh begitu saja.“Enggak siapa-siapa,” jawab Elok cepat. Matanya menolak menatap langsung kepada Damar.Tapi terlambat. Damar sudah melangkah cepat lalu merenggut ponsel dari tangan Elok. Mata Damar membaca pesan yang masih terbuka di layar. Pesan dari Gilang.“Mas, saya enggak bales,” suara Elok terdengar panik. Dia takut ponselnya dibanting begitu saja. “Saya cuma baca. Saya ... saya enggak tahu dia bakal kirim pesan.”Damar menggeram mendengar penjelasan Elok. Ditatapnya Elok dengan garang.“Kamu pikir dengan cuma baca lalu diem aja, saya anggap itu enggak ada artinya?” Kemudian, tanpa pikir panjang, Damar membanting ponsel itu ke lantai. Layarnya yang sudah retak bertamba

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 63 - Pesan yang Gigih

    "Kamu bisa bicara sekarang?"Suara Rima terdengar dari balik pintu dengan nada datar dan tegas. Tidak ada kelembutan di sana, yang ada hanya nada yang menuntut jawaban cepat.Elok yang sedang duduk memandangi layar ponselnya segera bangkit. Dia menyeka matanya yang sedikit sembab dan berjalan ke pintu. Kegalauan hatinya mengenai Gilang benar-benar membuatnya ingin berteriak dan menangis keras. Akan tetapi saat ini dia hanya bisa diam. Saat pintu dibuka, Rima berdiri dengan kedua tangan disilangkan di depan dada."Ikut saya ke ruang tamu. Sekarang."Tidak banyak kata. Tidak perlu ekspresi ramah. Elok hanya bisa mengangguk pelan kemudian mengikuti langkah Rima ke ruang utama rumah besar. Di ruang tengah, sofa panjang masih berjajar rapi, dan aroma melati dari pengharum ruangan seolah makin menegaskan betapa asingnya rumah ini untuknya. "Duduk." Rima berkata tanpa senyum kemudian duduk di salah satu sofa panjang.Elok menurutinya tanpa suara. Dia duduk berseberangan dengan Rima. Di sof

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status