Share

Bab 10

Author: GadihJambi
last update Last Updated: 2025-07-08 11:15:02

Avin seolah menjadi makhluk tak kasat mata dalam pertemuan keluarga besarnya. Sejak sejam yang lalu, mereka memonopoli Dea dan Audrey yang menjadi rebutan. Avin duduk sendirian memakan makanannya dengan muka masam.

“Mi, gantian dong gendong si cantik? Dari tadi Oma, Bunda, Mami yang selalu lama gendong si cantik?” keluh Kaivan, kakak pertama Avin, merengek pada Maminya.

“Iya, kita kan juga pengen gendong si cantik, Mi? Papi, Opa, sama Ayah aja kebagian, masa kita-kita enggak,” sahut Syailendra, putra sulung Bunda Shafana, ikutan protes dengan muka cemberut.

Mami Berliana mendelik kesal pada putra dan keponakannya yang protes dan merengek padanya.

“Makanya nikah? Biar bisa gendong anak sendiri? Kerjaan saja yang diurusin, kalau kalian nikah, kan bisa gendong anak sendiri, gak merebut cantiknya Mami,” omel Mami Berliana ketus pada dua pria lajang itu.

“Iya, Mami kalian benar. Mau sampai kapan kalian hidup membujang? Oma juga pengen gendong cucu dari kalian berdua? Syukur-syukur dapat cicit perempuan lagi kayak si cantiknya Oma ini?” sungut Oma Farida ikutan menceramahi kedua cucunya.

“Ah elah Oma, aku masih sibuk ngurusin perusahaan, mana ada waktu untuk deketin perempuan. Lagian kalau nikah belum tentu juga punya anak perempuan kayak si cantik, kalau laki-laki lagi gimana? Mata aku udah sepet lihat gender laki-laki di keluarga besar kita.”

Dea masih diam sambil mendengarkan obrolan keluarga besar ini. Setengah pikirannya masih tidak percaya kalau suaminya ternyata adalah anak bungsu keluarga Manggala.

Keenan Avindra Manggala, nama lengkap suaminya. Dea tidak tahu-menahu sama sekali tentang keluarga kaya raya pemilik bisnis-bisnis besar itu, karena dia biasa hidup di kampung yang sederhana.

Keluarga besar dari keluarga Manggala kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Opa Manggala punya dua anak laki-laki, yang pertama papinya Avin, yang juga punya tiga anak laki-laki. Sementara itu, anak keduanya juga punya tiga anak laki-laki.

Opa Manggala juga punya dua saudara laki-laki yang anak mereka juga laki-laki semua. Sehingga, saat Avin mengatakan jika anak yang dikandung istrinya lahir perempuan, mereka langsung sujud syukur punya garis keturunan perempuan pertama sejak zaman kakeknya Opa Manggala.

Itulah kenapa mereka semua selalu ingin sekali bertemu dengan Dea dan Audrey. Bayi kecil mereka itu menjadi pemegang tahta tertinggi di keluarga Manggala sekarang.

~~~

Bu Maisarah dan kedua menantunya kembali ke rumah dengan muka kusut dan masam setelah memastikan biaya rumah sakit memang sudah lunas. Bahkan, biaya tersebut mencakup sampai pasien sembuh, bukan saat ini saja.

“Bu, jangan-jangan si Miskin itu melakukan hal yang jahat sehingga bisa punya uang banyak dalam kedipan mata?” celetuk Siska dengan raut muka curiga.

“Memangnya bisa?” tanya Raisa.

“Ya, bisa saja, zaman sekarang mana ada yang mau ngasih pinjaman sebanyak itu meskipun orang yang pinjam adalah saudara! Kalau tidak melakukan kejahatan, dari mana coba?”

“Siapa yang melakukan kejahatan?” tanya Haidar, suaminya Siska yang baru datang dan ikut bergabung bersama mereka di ruang tamu.

Haidar yang dapat cuti dari kerjaannya selama dua minggu pulang ke rumah. Anak pertama Bu Maisarah itu terlihat bertambah gemuk dengan perutnya yang semakin buncit.

“Suaminya Dea,” jawab Siska ketus.

“Benarkah?” ucap Haidar dengan muka kaget.

Meskipun ia tidak membenci suaminya Dea, Haidar tidak pernah begitu peduli pada Dea. Namun ia sungguh tidak menyangka jika suami Dea terlibat melakukan kejahatan seperti yang dikatakan istrinya.

“Itu hanya dugaan, Bang. Kak Siska curiga sama Avin yang sudah melunasi semua biaya pengobatan Ayah sampai sembuh. Kak Siska curiga gimana ia punya uang sebanyak itu dalam sekejap,” sahut Raisa meluruskan pembicaraan mereka.

Alatas yang baru selesai mandi berniat untuk makan siang, tetapi selera makannya hilang begitu mendengar ucapan iparnya tentang Avin.

“Jangan bicara sembarangan, mana mungkin Bang Avin sudah melunasi biaya pengobatan Ayah?” bantah Alatas menghampiri mereka dengan rambut yang masih basah.

“Heh, Al, kamu pikir kita bohong? Kami mendatangi petugasnya langsung dan melihat dengan jelas nama Avin di sana. Tanya aja sama Ibu kalau masih gak percaya,” sungut Siska berkacak pinggang menyahuti bantahan Alatas.

Alatas melihat ke arah ibunya, Bu Maisarah mengangguk pelan karena kepalanya pusing. Alatas mengerutkan keningnya. Namun dalam hatinya ia lega jika ayahnya mendapatkan jaminan pengobatan dan biayanya sudah lunas.

“Kamu yang paling dekat dengan si Miskin itu, pasti tau apa yang dia lakukan sehingga bisa bayar biaya pengobatan Ayah?” selidik Siska menatap Alatas dengan curiga.

“Apa maksudnya Mbak Siska?”

“Alah, gak usah pura-pura gak tau deh, Al. Kamu pasti tau kan si Miskin itu melakukan apa hingga mendapat dapat uang sebanyak itu?” tuduh Siska lagi.

“Jangan bicara sembarangan, Mbak! Itu jatuhnya sudah fitnah. Bang Avin tidak mungkin melakukan hal yang hina!” bantah Alatas dengan tegas, menatap berang pada kakak iparnya itu.

Suaranya meninggi saking marahnya ia atas tuduhan Siska pada Avin suami kakaknya.

“Cih, gak mau ngaku! Kalau gak gitu, dapat uang dari mana coba? Dari ngepet?” cibir Siska lagi.

Alatas tidak jadi membuka mulutnya karena asisten rumah tangga datang tergopoh-gopoh menghampiri mereka semua.

“Buk, Mas, Mbak, i-itu ada M-Mbak Dea dalam tivi!” lapor Mbok Tim dengan napas ngos-ngosan.

“Hah? Yang benar Mbok? Jangan ngaco, ah!”

“Si mbok gak bohong, Mbak! Ayo lihat sama-sama kalau kalian gak percaya,” jawab Mbok Tim berusaha meyakinkan mereka.

Alatas segera berlari menuju ruang tamu dengan diikuti dengan yang lainnya dengan wajah penasaran.

Berita terkini dunia pengusaha...

Pewaris perusahaan multinasional Manggala Corp akhirnya menampakkan diri bersama keluarga kecilnya. Kemunculannya terlihat dari pertemuan keluarga besar Manggala di hotel KM milik Manggala Corp. Keenan Avindra Manggala tampak bahagia bersama istrinya Deasy Wirata Kusuma dan Putri kecil mereka Audrey Zalina Manggala. Tuan besar Satya Ghaisan Manggala mengumumkan jika Tuan muda Keenan akan kembali aktif di dunia bisnis menggantikan dirinya.

Gubrak!

Bu Maisarah seketika pingsan mendengar kabar yang dibawakan pembawa acara. Televisi menayangkan Avin dan Dea bersama Audrey. Mereka keluar dari hotel bersama orang-orang keluarga Manggala. Kamera menyoroti mereka dengan gemerlap flash sampai mereka masuk ke mobil-mobil mewah.

Wajah Siska, Raisa, dan Haidar pucat dan syok melihat adik ipar mereka. Tiba-tiba, Siska berteriak seperti orang kesurupan.

“Gak! Ini pasti gak bener! Si Miskin itu bukan orang kaya! Ini pasti prank! Mana ada penjual sayur jadi orang kaya dalam semalam! Ini pasti rekayasa Dea sama si Miskin itu!”

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 17

    Siska dan Raisa ikutan pucat wajah mereka mendengar Avin dengan lantang membeberkan keburukan Ibu mertua mereka. ‘Sialan, kenapa jadi begini sih ceritanya? Bisa kacau rencanaku untuk mempermalukan anak itu kalau si Avin turun tangan langsung! Pokoknya aku harus bisa menarik simpati semua orang, kalau perlu orang tua Avin benci sama anak kurang ajar itu!’ batin Bu Maisarah sambil membalas tatapan dingin Avin. Wajahnya boleh pucat pasi sambil menangis tersedu-sedu, tetapi sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kebencian dan amarah yang tertangkap jelas oleh mata tajam Oma Farida. “Menantuku, bagaimana bisa kau menuduh Ibu mertuamu berbuat seperti itu? Bukan cuma Alatas yang merawat Ayah, Ibu juga menjalankan kewajiban Ibu sebagai istri dan merawat beliau. Ibu benar-benar sedih kalian berdua kompak tidak memedulikan kami semua,” isak Bu Maisarah sambil mengusap air mata bercucuran. Perkataan Bu Maisarah membuat semua orang kembali melihat ke arah Avin dengan tatapan menghakimi,

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 16

    Begitu Avin memasuki aula pesta sambil menggandeng tangan istrinya, semua mata para tamu undangan tertuju pada keduanya. Apalagi saat Oma Farida masuk bersama kedua menantunya sambil menggendong Audrey yang begitu cantik dengan gaun ala princess-nya. Opa Manggala tersenyum sumringah menyambut cicitnya dengan berjalan cepat menggunakan tongkatnya. “Cicitnya Opa Buyut cantik banget? Opa Buyut jadi gak mau ngenalin si cantik di depan semua orang,” ucap Opa Manggala dengan tersenyum, lalu cemberut karena tidak senang semua mata melihat cicitnya dengan tatapan yang bikin ia kesal. Papi Satya dan Ayah Sabda ikut mendekati cucu cantik mereka dengan memberikan ciuman lembut di pipi gembul itu. Bayi lima bulan tersebut terkikik dengan bahasa bayi sambil menggigit tangannya sendiri. Tingkah menggemaskan Audrey membuat semua yang melihatnya gemas ingin mencubit dan mencium pipi gembulnya. Kaisar dan Kaivan menghampiri Avin dan Dea. Keduanya memuji Dea yang membuat pangling dengan dand

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 15

    Siska sengaja menunggu Alatas pulang, ia pura-pura asyik dengan kegiatannya ketika Alatas kembali dari rumah sakit. Matanya melihat keadaan rumah guna memastikan tidak ada yang melihat saat ia melakukan misinya. Alatas masuk ke kamarnya untuk bersih-bersih. Ia tanpa sadar tidak menutup rapat pintu kamarnya lalu masuk ke kamar mandi setelah mengambil handuk. “Yes, kebetulan banget tuh anak gak tutup rapat pintu kamarnya,” lirihnya dengan kegirangan. Ia melihat kiri kanan sebelum memasuki kamar Alatas dengan mengendap-endap seperti pencuri. Ia menyentuh ponsel Alatas yang tergeletak di atas kasur. Siska tersenyum girang melihat ponsel Alatas tidak di kunci, sehingga ia dengan leluasa membukanya. Matanya terus mencari informasi di kotak pesan, lalu ia tersenyum cerah karena berhasil mendapatkan apa yang ia mau. Dengan cepat, Siska mengirimkan kembali pesan tersebut ke nomornya, lalu menghapus riwayat pengiriman tersebut untuk menghilangkan jejak. Ia kembali meletakkan ponsel t

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 14

    Dea dan keluarga suaminya sedang menikmati sarapan pagi ini, menunya hasil tangan Dea. Kali ini, kakak pertama Avin yaitu Kaisar juga hadir. Ia kembali dari luar negeri dua hari setelah pertemuan pertama Dea dengan keluarga besar Manggala. Keluarga Bunda Shafana dan Ayah Sabda juga ada bersama ketiga putra mereka. Keluarga itu tentu saja iri dengan cerita Mami Berliana yang begitu membanggakan Dea yang pintar memasak, bahkan mertuanya, Oma Farida, tidak kalah bersaing memuji cucu menantunya itu. Opa Manggala berdeham, dan semua perhatian anggota keluarga langsung tertuju padanya. “Papa sama Satya memutuskan untuk mengadakan pesta kembalinya Keenan sekaligus ulang tahun Manggala Corp dua minggu lagi. Papa akan resmi mengenalkan Dea dan Audrey sebagai anggota baru keluarga kita pada semua rekan bisnis,” ucapnya. “Mama setuju, Pa. Selama ini rekan bisnis kita tahu jika Keenan sudah menikah, tetapi mereka belum siapa yang menjadi istrinya,” sahut Oma Farida mendukung penuh k

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 13

    “Ibu mau kemana pagi-pagi gini sudah rapi?” tanya Raisa. Pagi-pagi sekali, Bu Maisarah bergegas keluar dari rumahnya. Raisa baru selesai belanja bahan makanan untuk sarapan pagi ini. Dia melihat Bu Maisarah memakai sandalnya di depan pintu. “Ibu mau ke kontrakannya Dea, mau bertemu anak itu!” jawab Bu Maisarah dengan bersungut-sungut. “Aku ikut!” seru Siska yang berlari keluar rumah sambil menenteng sendalnya, mengikuti Bu Maisarah di belakangnya. Raisa pun segera berlari ke dalam rumah untuk menaruh plastik belanjaannya. Tidak jadi memasak, tampaknya lebih penting ketemu Dea setelah apa yang mereka lihat di televisi kemarin. Bu Maisarah diikuti Siska sudah lebih dulu pergi, sehingga Raisa tergopoh-gopoh menyusul mereka di jalan. Kampung itu sudah cukup sibuk di pagi hari. Orang-orang berangkat ke pasar dan sawah untuk bekerja. Di tengah jalan, mereka bertiga disapa warga kampung dengan senyum lebar seperti mendengar kabar gembira. “Bu Maisarah! Saya lihat loh berita De

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 12

    Bab 12 Dea bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Keningnya berkerut saat melihat sekeliling kamarnya sudah berubah seratus persen. Dea seketika tersadar jika ia sekarang ini tidak lagi di kamar kontrakan mereka yang kecil dan sempit, tetapi ia berada di kamar besar milik sang suami di rumah besar mertuanya. Dea panik saat melihat jam menunjukkan sudah pukul setengah lima. Dengan hati-hati ia menyingkirkan tangan suaminya yang memeluk perutnya. Baru mau duduk, tubuhnya tiba-tiba direngkuh lagi hingga ia kembali terbaring karena ulah sang suami. “Mau kemana sih, Neng? Aa kan jadi kedinginan kalau pelukannya dilepas?” rengek Avin manja dengan suara serak khas bangun tidur. Dekapan yang erat itu membuat Dea terkungkung dalam tubuh besar suaminya. Dea menghela napas sejenak lalu memutar badannya hingga wajahnya berhadapan langsung dengan suami tampannya. Tangan kecilnya menyentuh hidung yang mancung, alis yang tebal, rahang yang ditumbuhi rambut, bibir yang agak tebal dan menaw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status