Share

BAB 58 : DARYAN KERAS

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-07-01 08:01:59

Cafe belum ramai karena masih pagi, hanya ada beberapa pelanggan yang datang untuk sekadar sarapan. Suara mesin kopi dan denting alat makan jadi satu-satunya pengisi ruangan.

Savana tengah menyusun gelas di rak bar ketika pintu dibuka dan suara langkah kaki masuk ke area belakang.

“Pagi,” ucap seseorang dengan nada santai.

Savana menoleh cepat dan refleks membulatkan mata. “Radja?” gumamnya, “Kamu shift pagi juga?”

Radja yang sudah mengenakan apron kerja hanya mengangguk kecil sambil berjalan ke arah loker, “Iya.”

Savana memiringkan kepala, “Kok tumben? Gantiin siapa?”

“Romi,” jawabnya singkat tanpa menoleh.

Savana mengerutkan kening, “Padahal Romi kayaknya tadi udah dateng deh.”

Radja pura-pura sibuk menggulung lengan kemejanya. “Dia minta tukeran.” Jawabnya singkat.

“Oh,” Savana mengangguk pelan. Tapi matanya belum beralih dari sosok cowok itu. Ada sesuatu yang menggelitik sejak tadi.

Beberapa menit kemudian, saat mereka sama-sama berada di area dapur belakang untuk ambil
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 127 : SAVANA MUAL

    Begitu pintu penthouse tertutup di belakang mereka, Savana langsung melangkah pelan menuju ruang tengah. Tangannya menekan perut, ekspresinya berubah. Daryan yang baru saja menggantung kunci mobil langsung memperhatikan gerak-gerik istrinya. “Kenapa?” tanyanya cepat, berjalan mendekat. Savana menelan ludah, lalu mengusap tenggorokannya. “Perut aku rasanya nggak enak, Mas. Tenggorokan juga kayak … aneh gitu.” “Gak enak kenapa?” Daryan menggenggam lengannya pelan, mencoba menenangkan. “Gak tahu. Kayak mual dan … perih dikit,” ujar Savana dengan nada tak nyaman. “Kamu udah makan siang belum di sana tadi?” tanya Daryan serius. “Udah, mas.” Daryan baru saja hendak menyentuh bahu Savana, tapi wanita itu buru-buru menyerahkan totebag ke tangan suaminya. “Aku ke kamar dulu,” gumamnya cepat, lalu berlari ke arah kamar. “Sayang?” panggil Daryan, tapi Savana tak menjawab. Beberapa detik kemudian terdengar suara keras dari dalam kamar mandi. Daryan langsung menyusul, membuka pintu dan me

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 126 : TUGAS KELOMPOK

    Pagi itu, Savana menghampiri Daryan yang sedang duduk di balkon kamar sambil menikmati secangkir kopi hangat. Di tangannya iPad menyala menampilkan pekerjaan kantor. Seperti biasa, tidak ada hari libur bagi Daryan untuk bekerja selagi ada waktu senggang. Khususnya jika tidak menghabiskan waktu berdua dengan sang istri. Langkah Savana ringan saat menghampirinya, tapi wajahnya tampak sedikit ragu. "Mas," panggilnya pelan, berdiri di ambang pintu. Daryan menoleh, lalu tersenyum tipis. "Hm? Kenapa, sayang?" Savana menatap ke arah cangkir kopi di tangan suaminya, lalu menghela napas sebelum akhirnya bicara, "Hari ini aku mau kerja kelompok. Tugasnya numpuk, harus kelar minggu ini." "Di mana?" "Di cafe jam sepuluh nanti," "Mau kerja di rumah aja?" tawar Daryan cepat, tanpa pikir panjang. Savana langsung menggeleng. "Gak bisa, mas. Udah janjian sama temen-temen di luar." Daryan meletakkan iPad di tangannya ke atas meja. Alisnya terangkat pelan. "Kenapa gak di rumah aja? Kan lebih t

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 125 : BULAN MADU?

    Suasana mobil hening sejenak, hanya suara mesin mobil dan AC yang mengalun pelan. Tapi tak lama kemudian, Savana terkekeh sendiri, menahan tawa sambil melirik ke arah suaminya. Daryan menoleh cepat. “Kenapa ketawa-ketawa sendiri?” Savana mencoba menahan tawanya tapi gagal. “Lucu aja, Rinka tadi panik banget karena manggil kamu Om.” Daryan mengangkat alis. “Aku kelihatan setua itu, ya?” Savana memutar mata, lalu bersandar santai. “Enggak sih. Tapi tetap aja lucu. Om Daryan.” Ia sengaja menekankan panggilan itu sambil menatap suaminya dengan tatapan menggoda. Daryan menggeleng kecil, ekspresinya seperti biasa tenang, tapi sudut bibirnya naik sedikit. “Padahal aku cuma sepuluh tahun lebih tua.” “Cuma?” Savana menekuk alisnya dramatis. “Mas, kita beda belasan tahun. Mas 30, aku baru 19.” “Sebelas tahun aja,” sahut Daryan santai. “Kamu ngomongnya kayak aku udah 40.” Savana mendecih. “Tetep aja banyak, mas.” Daryan melirik sekilas ke arahnya. “Tapi kamu tetep jatuh cinta, kan?” Sa

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 124 : OM ATAU MAS

    Savana baru saja tiba di kelas dan langsung duduk di bangkunya, lalu mengeluarkan laptop dan catatan kuliahnya. Tapi dari tadi, ia bisa merasakan tatapan tajam Rinka yang sejak tai mengekor dan sekarang duduk di sebelahnya. Dan benar saja— “Jujur sama aku, Sa,” bisik Rinka sambil memiringkan badan ke arahnya. “Dia bukan sepupu kamu kan? Kamu bohong kan? Pacar kamu kan?” Savana menghela napas pelan, sudah tidak ada lagi artinya menutupi kebenarannya pada Rinka. “Itu …,” ia melirik ke sekitar, memastikan tak ada yang mendengar, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Rinka dan berbisik, “… suami aku.” Rinka langsung mendongak. “HAH?!” suaranya nyaris setengah teriak, tapi cepat-cepat ia tutup mulut sendiri dan membungkuk, menatap Savana dengan ekspresi shock. “Kamu. Udah. Menikah?!” Savana hanya bisa mengangguk kecil dengan ekspresi kikuk. “SA! Kamu becanda, kan? Bisa-bisanya kamu gak pernah cerita soal ini? Ya ampun, aku dibohongin mentah-mentah dong?” Savana langsung menyentuh len

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 123 : MOMEN HEBOH DI KAMPUS

    Udara dingin dari pendingin ruangan menyambut langkah kaki mereka. Setelah belanja dan makan siang di luar, keduanya memutuskan untuk kembali ke penthouse dan beristirahat. Savana meletakkan paper bagnya di sofa, lalu berjalan ke wardrobe untuk mengganti baju dan merebahkan diri. Sementara itu, Daryan masuk ke kamar mandi, masih dengan kemeja putih dan celana jeans yang belum sempat diganti. Di atas ranjang, Savana duduk santai sambil membuka layar ponsel—membalas beberapa pesan masuk dan sesekali mengecek tugas yang belum terselesaikan. Saat itulah suara dering tiba-tiba memecah keheningan. Savana memandangi layar ponsel Daryan yang berada di atas nakas. Pandangannya berubah ragu. Panggilan masuk dari ibu mertuanya. Tangannya hendak meraih ponsel itu, setengah ragu untuk menjawab atau hanya melihat. Tepat saat jarinya menyentuh ponsel, suara pintu kamar mandi terbuka. “Mas,” panggil Savana cepat. “Mama nelpon.” Daryan mengusap rambutnya yang masih setengah basah sambil mengena

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 122 : BELLA NYINYIR

    Bella akhirnya melangkah mendekat, mencoba tersenyum walau jelas sorot matanya penuh ketegangan. "Eh, Savana ... ternyata kamu yang di sini. Aku hampir gak ngenalin, kamu berubah banget," ujarnya, nadanya dibuat-buat ramah. Savana tetap tersenyum, walau bisa merasakan maksud lain di balik sapaan itu. "Iya, makasih. Semoga berubahnya ke arah yang baik." Bella tertawa kecil, matanya melirik tas-tas mahal yang sedang dibungkus staf butik. “Wah … belanja banyak banget. Daryan gak takut kartu kreditnya jebol?” Daryan akhirnya menoleh dengan seringai tipisnya, matanya tajam tapi santai. “Tidak juga. Kartu kreditnya khusus buat istri saya. Kalau jebol, saya tinggal tambah limitnya.” Savana menunduk menahan senyum karena sang suami membelanya, sementara Bella terdiam beberapa detik. Tapi dia tak mau kalah. “Duh, sekarang susah banget ya ketemu kamu, Dar. Kamu jadi misterius. Semalem bahkan pesta di rumah tante Gina, kamu gak dateng, padahal semua orang nunggu kamu.” Daryan menjawab ten

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status