Home / Romansa / Dosen Penyewa Rahimku / Dia Masa Laluku

Share

Dia Masa Laluku

Author: Kaya Raya
last update Last Updated: 2025-12-18 10:44:14

"Lo tau nama gue? Lo kenal sama gue?" Tatapan Timur menusuk, penuh keraguan yang perlahan berubah jadi kejutan.

"Tunggu, nama lo siapa tadi?" Pemuda itu mengangkat wajah Philia yang menunduk dengan jari telunjuknya.

"Philia, kan?" Ia mengamati wajah itu dengan seksama.

Mata yang bulat seperti kelereng, hidung yang mungil dan bibir yang tipis. Rasanya begitu familiar.

Semakin dilihat, semakin mirip. Dan, idak salah lagi.. ia adalah...

"Philia… Diana Miska?" Panggil Timur dengan suaranya terdengar dingin, tapi juga getir.

Philia memejamkan mata, air matanya jatuh begitu saja dari kelopak matanya yang berpoleskan eyeshadow murahan.

Ia tak bisa lagi menghindar. Perlahan ia mengangguk, meski tubuhnya bergetar hebat.

DAR!!!!

Petir besar menyambar, membuat hasrat Timur yang sudah meninggi mendadak terjun ke inti bumi.

Sial. Bathinnya.

Timur terkekeh, nada tawanya hambar dan penuh luka. Ia memutar tubuhnya sebentar, lalu meneguk langsung sisa wine dari botol.

"Gila.. jadi, lo itu si jenius yang dulu ngejar-ngejar gue di sekolah?"

Ia menoleh kembali, menyapu tubuh Philia dengan tatapan menghina.

"Dulu ranking satu tiap semester. Anak emas guru, kebanggaan sekolah. Semua orang bilang lo bakal jadi orang penting.." Timur mendekat, senyumnya miring mengejek.

"Tapi liat lo sekarang."

Tangannya terulur, mencolek dagu Philia kasar, memaksanya mendongak untuk menghadapi dirinya.

"Seorang pelacur. Barang sewaan, bahkan lo dateng sendiri buat jual keperawanan."

Philia menggigil, menahan sesak di dadanya. Bibirnya gemetar, tapi tak ada kata yang sanggup ia keluarkan.

Timur terkekeh lagi, kali ini lebih keras. Ada rasa yang bercampur dengan sinisme di sana.

"Lucu, ya? Anak berprestasi yang dulu pernah bilang suka sama gue… sekarang gue sewa cuma buat memuaskan birahi. Dunia ini bener-bener gila."

Air mata Philia jatuh makin deras. Baginya, setiap kata Timur lebih menyakitkan daripada tamparan. Ia ingin berteriak, ingin mengatakan semua ini bukan pilihannya, tapi suara itu terkubur oleh rasa malu, sakit, dan putus asa.

Takdir memang selalu mempermainkan Philia, bagaimana mungkin ia dan Timur kembali bertemu setelah sekian lama hilang kontak? Bahkan pertemuan mereka bukan dimulai dengan sapaan, melainkan dengan...ciuman.

Philia menatap pemuda itu lama, ada getir yang tergantung di ujung lidahnya. Seolah semua ini, terlalu mustahil untuk diterima akal sehat.

"Lo bener-bener jatuh serendah ini, Philia?" Ucap Timur pelan, penuh nada mengejek.

"Segini aja nilai lo?" Imbuhnya.

Philia menelan ludah perih, seperti ada duri yang menusuk-nusuk kerongkongannya.

"Lakuin aja, Timur" Desis Philia.

"Kamu udah sewa dan bayar aku mahal, tinggal lakuin aja apa yang kamu mau! Kamu gak usah ngerasa kenal, ataupun inget masa lalu."

"Kalo aku hina karena jual diri, terus kamu apa? Kamu udah beristri tapi sewa perempuan perawan!!"

PRANG!

Timur membanting botol wine ke tembok, pecahannya beterbangan, menodai karpet dan gaun hitam Philia dengan cipratan merah menyala seperti darah.

Philia terlonjak, tubuhnya gemetar, matanya membesar menahan takut.

Sementara Timur berdiri dengan napas memburu, urat lehernya menegang.

"Brengsek!" Hardiknya, suaranya berat dan gemetaran.

"Kalo Alana masih hidup, gue juga gak mungkin mau nyentuh cewek lain apalagi cewek itu lo!" Ia menunjuk hidung Philia dengan serpihan kaca

Philia terkesiap, sungguh ia baru tahu kalau Alana sudah tiada. Selama ini ia tidak tahu menahu kabar teman-teman SMAnya.

Kehidupannya saja sudah sulit, jadi tidak mau ambil pusing dengan kabar orang lain.

Namun kini, ternyata Timur... seorang duda? Apakah itu alasan Timur melakukan semua ini?

"Dan kenapa harus lo, hah? Dari ribuan perempuan di luar sana, kenapa yang gue beli malah lo?!"

Philia mundur, punggungnya menempel pada dinding. Bibirnya bergetar, tapi ia tak sanggup menjawab.

Timur menunjuknya dengan tatapan penuh benci sekaligus getir.

"Lo pikir gue nggak muak? Lo pikir gue seneng? Gue bayar mahal, dan ternyata barangnya… lo, Philia! Gadis gila yang dulu ngejar gue ke mana-mana."

"Gak... Gue gak sudi."

"Nyesel gue udah megang lo tadi." Pemuda itu membalik tubuhnya, menatap jendela yang gelap dan memantulkan bayangan mereka sendiri.

Philia menggigit bibirnya takut, andai saja malam bisa diputar kembali, ia juga akan menolak jika orangnya adalah Timur.

Bagaimanapun, Philia sudah menghilang bertahun-tahun dari kehidupan pemuda itu. Ia memilih mundur ketika cintanya ditolak, bahkan Philia memutuskan kontak dengan semua teman-teman SMA-nya dulu.

Ia menyesal, sungguh menyesal. Sekuat tenaga ia mencoba melupakan Timur, tapi malam ini justru ditampar dengan fakta bahwa keduanya terlibat transaksi jual beli yang menjijikan.

"Timur, anggaplah kita gak saling kenal. Kita lanjutin aja semua ini." Lirih Philia.

Timur mendekat, tatapannya kini lebih menelusuk.

"kenapa? Lo suka? Lo merasa berhasil ambil hati gue? Bahkan tubuh gue?" Ledeknya.

"Apa lo seneng, hah? Seneng karena akhirnya lo bisa tidur sama gue? Seneng karena impian lo waktu SMA akhirnya kesampean juga, meski harus jadi pelacur?"

Suara Timur meninggi.

"Atau lo malah bangga? Bangga karena lo bisa beli perhatian gue dengan cara sehina ini?"

Philia terisak, suaranya lirih nyaris tak terdengar. "Aku… gak pernah mau kayak gini Timur."

"Aku juga gak tau kalo orangnya kamu."

"Andai itu kamu, aku pasti nolak."

Tapi kalimat itu terkubur oleh emosi Timur yang semakin meledak.

Timur meraih lengan Philia kasar, hampir mencengkram penuh pergelangan tangannya yang kecil.

Gadis itu terhuyung, tubuhnya dibanting ke sofa mahal di ruang tamu apartemen itu.

Philia mengusap ujung matanya dengan punggung tangan. Nafasnya tersengal, tapi kali ini ia berusaha bicara agar permasalahan malam ini cepat selesai.

"Timur tolong jangan batalin semua ini, kamu bebas mau ngapain aja tapi tolong.. tolong jangan batalin."

"Aku butuh uangnya buat pengobatan Mama.. tolong." Philia bersujud di hadapan Timur, seolah semua harga dirinya yang tak seberapa itu habis dipertaruhkan.

Timur berdiri terpaku, tak menyangka kondisi Philia justru sehina ini.

"Maksud lo?"

"Lo.. jual diri buat..."

Philia mendongak, menatap wajah Timur yang berkerut bingung.

"Aku butuh buat biaya berobat Mama, buat bayar tunggakan rumah sakit dan biaya kuliah."

"Timur.. aku mohon, jangan batalin semua ini."

Alih-alih menjawab, Timur malah memilih mundur.

Ia berjalan ke dekat jendela dengan wajah muram. Napasnya naik turun tak beraturan. Tangan kirinya meraih pecahan botol wine yang tadi dilemparnya hingga hancur di lantai. Tanpa berpikir panjang, jari-jarinya menggenggam erat pecahan kaca itu.

"Shit." Desisnya.

Philia hanya bisa menunduk sembari menangis, malam yang ia pikir akan menakutkan karena diperawani orang asing, justru terasa lebih menyeramkan karena ini.

Bagaimana ia harus kembali bertemu cinta pertama yang sudah menolaknya di hadapan banyak orang, cinta pertama yang sudah menghancurkan masa remajanya karena patah hati yang dalam, serta cinta pertama yang sudah membuat Philia mati rasa sekian lama.

Tes....tes...tes...

Darah menetes dari sela jari dan serpihan kaca, membuat Philia memekik.

"Timur!" Philia menjerit panik begitu melihat darah langsung mengucur dari telapak tangan pria itu.

Timur hanya mendengus, matanya kosong, seperti kehilangan kendali.

Philia terhuyung mendekat, langkahnya nyaris goyah terjerembab sepatunya sendiri. Ia meraih pergelangan tangan Timur dengan gemetar.

"Timur tangan kamu.."

Pemuda itu tak bergerak, ia membiarkan Philia meraih tangannya yang memerah.

Tangan Philia bergetar saat mencoba melepaskan pecahan kaca dari genggaman Timur. Beberapa serpihan kecil menancap ke kulitnya sendiri, tapi ia tak peduli. Darah keduanya bercampur di lantai.

"Kita batalin transaksi malam ini, gue gak sudi nyentuh lo sedikit pun."

"Uangnya tetep gue bayar. Tenang aja." Pemuda itu menarik tangannya kasar, lalu meninggalkan Philia yang terisak sendirian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosen Penyewa Rahimku   Dia Masa Laluku

    "Lo tau nama gue? Lo kenal sama gue?" Tatapan Timur menusuk, penuh keraguan yang perlahan berubah jadi kejutan. "Tunggu, nama lo siapa tadi?" Pemuda itu mengangkat wajah Philia yang menunduk dengan jari telunjuknya. "Philia, kan?" Ia mengamati wajah itu dengan seksama. Mata yang bulat seperti kelereng, hidung yang mungil dan bibir yang tipis. Rasanya begitu familiar. Semakin dilihat, semakin mirip. Dan, idak salah lagi.. ia adalah... "Philia… Diana Miska?" Panggil Timur dengan suaranya terdengar dingin, tapi juga getir. Philia memejamkan mata, air matanya jatuh begitu saja dari kelopak matanya yang berpoleskan eyeshadow murahan. Ia tak bisa lagi menghindar. Perlahan ia mengangguk, meski tubuhnya bergetar hebat. DAR!!!! Petir besar menyambar, membuat hasrat Timur yang sudah meninggi mendadak terjun ke inti bumi. Sial. Bathinnya. Timur terkekeh, nada tawanya hambar dan penuh luka. Ia memutar tubuhnya sebentar, lalu meneguk langsung sisa wine dari botol. "Gila..

  • Dosen Penyewa Rahimku   Saling Mengenal

    Pintu apartemen tertutup, menandai dimulainya malam panjang yang mungkin akan penuh tantangan. Philia berdiri di ambang pintu meremas jemarinya sendiri dengan perasaan gusar. Ia masih berdiri di sana, kaku sekali. "Masuk." Titah Timur. Dengan gerakan canggung, Philia beranjak dari ambang pintu, berjalan menuju area tengah apartemen tersebut. Nampak Timur berjalan sempoyongan, menuju lemari pendingin guna membawa sebotol minuman keras untuk menemani malam yang panjang ini. CKLAK!! Timur membuka tutup botol wine dengan gerakan kasar, lalu menuangkannya ke gelas kristal yang sudah menunggu di atas meja. Dalam sekali teguk, cairan merah itu langsung habis, meninggalkan noda di sudut bibirnya. Sorot matanya semakin berat, campuran antara mabuk dan luka yang tak kunjung sembuh. Ia meletakkan gelas dengan suara kencang di atas meja, lalu berdiri mendekati Philia. Tatapannya menelisik tubuh gadis itu dari ujung rambut hingga kaki. "Jangan cuma berdiri. Saya bayar mahal, jadi j

  • Dosen Penyewa Rahimku   Malam Pertemuan

    Gemercik air hangat yang menetes lewat shower kamar mandi terdengar merdu, memecah keheningan malam yang semakin larut. Di atas kloset duduk yang tertutup, seorang pria tengah menengadah sembari terengah-engah. Matanya terpejam, menikmati hangatnya kamar mandi yang sunyi.Tetesan air terdengar merdu, mengiringi erangan kecil yang terus keluar dari bibirnya tiap kali jemarinya menari-nari di bagian bawah tubuhnya. Namun, sudah bermenit-menit jemarinya menari-nari di sana, kepuasan itu tidak kunjung tiba. Timur, pemuda itu berdecak sebal sembari menyugar rambutnya. Sungguh, usaha yang sia-sia. Sudah berapa kali ia melakukan cara ini untuk memuaskan hasratnya, namun tidak pernah ia merasakan kenikmatan sekalipun. Seolah tiap puncak yang ia raih, hanyalah sebuah uji coba yang tidak ada untungnya. Meskipun ia sudah memancingnya dengan menonton video dewasa, namun tetap saja tiada yang bisa menandingi nikmatnya melakukan semua itu secara langsung. Timur, ia bukanlah bujang lapuk yang

  • Dosen Penyewa Rahimku   Jual Beli

    "Kamu... masih perawan?"Philia mengangguk pelan. Jemarinya mencengkram ujung kaus yang ia pakai dengan gemetaran.Tubuhnya menggigil karena rintik hujan sepanjang malam yang menghajar tubuhnya sejak tadi, membuatnya yang sudah rapuh semakin runtuh.Julian, mucikari kelas kakap di Amore Bar dimana Philia berada tersenyum miring, seperti baru saja menemukan berlian di tumpukan debu."Mau dilepas berapa?" Tanyanya, dengan seringai kecil mengerikan.Philia tak menjawab. Matanya kosong, tapi sorotnya menyimpan badai yang bergemuruh.Di dalam kepalanya hanya ada dua alasan untuk melakukan semuan ini. Yakni bayangan sosok ibunya yang terbaring di kasur rumah sakit, serta bayangan ayahnya yang tengah meringkuk di penjara tanpa mampu mengajukan banding apalagi menyewa pengacara untuk meringankan kasusnya. Philia tidak boleh gentar, tidak boleh menyerah. dengan yakin ia merogoh saku tasnya lalu mengeluarkan sebuah lembar tagihan rumah sakit. Ia membuka kertas itu, lalu membacanya."20.585.500

  • Dosen Penyewa Rahimku   Gadis Putus Asa

    Tes...tes...tes... Hujan di malam itu belum reda, justru rintiknya semakin deras menghantam aspal jalanan. Dari atas jembatan, seorang gadis pecundang memandang nanar kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Entah akan kemana tujuan mereka semua, yang jelas sama seperti dirinya yang juga punya tujuan. Tapi, bedanya tujuan gadis ini adalah sebuah kematian. Ia mencengkeram kencang pagar pembatas, merasakan dinginnya besi lengkap dengan baunya yang khas. Philia Diana Miska, gadis berusia 24 tahun itu harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia tercipta sebagai manusia gagal segalanya. Ayahnya dipenjara, namun bukan karena kesalahannya sendiri. Tapi karena membela dirinya yang hampir dirudapaksa oleh seseorang, preman pasar yang mabuk di malam sial itu. Pria itu dibunuh di depan matanya sendiri, oleh sosok pria yang selama ini mengayomi dan menyayangi dirinya. Tak main-main, Ayahnya dijatuhi hukuman mati karena terbukti melakukan tindakan pembunuhan berencana. Sementara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status