Wajah Ali terlihat kusut saat mampir ke warung milik Dadang. Tampak warung itu sepi. Biasanya jadi tempat mangkal teman-temannya bareng sang pacar.
“Yang lainnya pada ke mana?” tanya Ali sesudah meneguk minuman dingin dari show cash warung.
“Pada main ke kos pacarnya,” jawab Dadang. “Mungkin lagi pada indehoy kali.”
“Terus cewek loe mana?”
“Gue baru saja putus,” jawab Dadang lesu.
“Kok bisa?” tanya Ali penasaran.
“Dia dijodohkan sama orang tuanya.” Jawaban Dadang membuat tawa Ali meledak-ledak.
“Nasib kita sama dong, Bro.” Ali menepuk-nepuk pundak temannya. “Sama-sama ditinggal married sama pacar.”
“Emang Sri nikah juga sama orang lain?” Dadang menebak karena penasaran.
“Bukan.” Ali mengibaskan tangan. “Dulu, Amoy kan ninggalin gue nikah sama cowok lain,” ujar
Ali menyimpan semuan hal-hal penting di dompet lusuhnya. Mulai dari STNK Motor, BPKP motor yang baru saja lunas. KTP, ATM, BPJS dan tentunya juga uang tunai. Satu kebiasaan Ali sedari dulu, ia selalu menyimpan dompet di jok motor biar aman. Apalagi saat sedang jalan dengan pacar, tentu aman jika beralasan, “Maaf ya Sayang, dompetku ketinggalan di jok motor.”Off hari ini Ali tak janjian dengan Sri padahal hari inipun ceweknya libur kerja. Sudah beberapa minggu ini, mereka memang tak punya jadwal off bersama. Rasa rindu yang menderu, membuat Ali melajukan motor Revonya ke kosan Sri. Berharap sang kekasih sedang santai dan mereka bisa bermesraan di kamar kos.“Tok…tok..tok, asaalamualaikum.” Ali memberi salam.Tak berapa lama Sri membuka pintu. Tampak gadisnya sudah cantik dengan rambut dikucir kuda, celana jeans dan kaos cowok sehingga lekuk tubuhnya tak terlihat.“Kamu mau ke mana?” tanyanya p
Ali masuk ke rumah tanpa semangat. Mukanya kusut mengundang tanda tanya Romlah yang sedang asyik nonton sinetron.“Kenapa loe, Al?” tanyanya lansung melongok ke luar rumah karena tak mendengar suara motor anaknya. “Motor loe mana?”“Ilang, Nyak,” jawabnya lesu.“Ilang?” pekik Romlah kaget setengah lemas. “Kok bisa?”“Iya, ilang di mall saat nganterin Sri belanja.”“Terus, sudah dilaporin ke polisi belum?”“Sudah, Mak. Semoga cepat diusut nih kasus,” harapnya.“Lagian ngapain sih loe pakai acara nganterin pacar loe shoping ke mall? Kan begini kejadiannya?” Romlah menyalahkan sang anak.“Namanya pingin pacaran, Nyak,” kilah Ali.“Tapi malah dapet apes,” seloroh Romlah.“Ya, mau gimana lagi, Mak. Namanya musibah,” jawab Ali pasrah.“Kamu janga
Ali sibuk merapikan celana jeans yang habis diacak-acak oleh ibu-ibu atau perempuan yag suka barang diskonan. Seorang wanita cantik, berok mini menghampirinya dengan senyum.“Hay, Al,” sapanya hangat.Ali mendongak lalu membalas senyuman itu. Tak percaya cewek yang dulu pernah di hati itu menghampirinya.“Gimana kabar?” imbuhnya lagi.“Baik,” jawab Ali senyum-senyum. “Kamu sendiri?”“Baik,” jawab si gadis dengan memainkan kaki. “Sudah makan siang belum?”Ali melihat jam di pergelangan tangan. Waktu sudah menunjukkan waktu makan siang. Dia tersenyum dan menggeleng.“Makan siang yuk!” ajak si gadis. “Aku yang traktir,” tuturnya kemudian membuat mereka bergegas meninggalkan Departemen Store.Tak berapa lama hidangan tersaji di meja. Dengan lahap diselingi obrolan mereka menikmati makan siang.“Gimana kab
Seminggu kemudian Ali sudah bisa beraktivitas kembali meski belum sesempurna sebelumnya. Saat bekerja, jalannya masih pincang. Untuk pergi kerjapun harus diantar jemput Dadang.Bersyukur selepas magrib Amoy selalu berkunjung ke rumah Ali dengan membawa banyak makanan dan buah. Memastikan Ali rutin minum obat dan mengganti perban Ali. Jelas hal itu membuat Ali tersanjung. Begitupun dengan Romlah, begitu senang jika cewek keturunan Cina itu ke rumah.“Neng Amoy perhatian banget sama Al,” ujar Romlah mengomentari Amoy dengan hati-hati mengganti perban di kaki Ali.“Biasa saja Bu,” jawab Amoy merendah.“Aduh Enyak jadi tersanjung deh ada yang perhatian banget sama anak Enyak.” Ujarnya. “Apalagi kalau ke rumah bawa banyak makanan dan buah.”“Biar Al cepat sembuh, Bu. Makan buah dan teratur minum obat, bisa mempercepat masa penyembuhan.“Andai pacar Al sebaik neng Amoy, past
Putus dengan Ali adalah momen paling indah dalam hidup Sri. Bagaiman tidak? Akhirnya ia bebas hidup dalam kepura-puraan. Pura-pura mencintai pacar. Pura-pura tidak risih dengan keromantisan Ali. Dan pura-pura tidak makan hati dengan kepelitan sang pacar.Langkah kaki Sri begitu ringan menjalani hari-hari jomblonya kembali. Lebih fresh dan segar dalam melayani customer. Jelas itu menguntungkan dirinya. Omset penjualan susunya melebihi target.“Sudah pulang Sri?” sapa Wulan saat Sri melintas kamar kosnya yang terbuka.Sri masuk ke kamar sahabatnya yang tampak berantakan. Tumpukan baju sudah siap masuk ke koper. Begitupun barang-barang yang dianggap penting.“Kamu mau pulang kapan?” tanya Sri.“Besok pagi, sama kakakku dari Tangerang,” sahut Wulan.“Nur sudah nikah. Seminggu lagi kamu nikah,” ujar Sri senang. “Tapi maaf, aku ga bisa datang,” ujar Sri sedih.&
Selepas putus dengan Sri, Ali masih menyendiri. Belum menemukan sosok pengganti Sri dalam hidupnya. Begitupun dengan ketiga temanya, harus rela menjadi jomblo.“Gara-gara Sri nih, gue jadi jomblo,” keluh Dadang.“Iya, cewek gue diajakin balik lagi ga mau,” timpal Mansyur.“Padahal nyaris saja, aku dapetin tuh keperawanan pacarku,” sahut Mail“Kamu sih Al, pakai ngajakin Sri ke warung!” Dadang menyalahkan. “Kan urusannya jadi berabe.”“Lha, kalian sendiri kan yang nantangin gue buat icip-icip Sri depan kalian?” Ali membela diri.“Tapi ga tahunya malah Sri itu mirip Srigala kalau marah,” umpat Dadang kesal.“Sudah sih, cari aja pacar lagi!” usul Ali. “Biasanya kan kalian cepet dapet pacar.”“Iya, itu dulu sebelum mantan kita bikin status lalu ngetag kita-kita,” keluh Dadang.&ldq
Sri melirik jam tangan yang menunjuk pukul setengah empat. Itu artinya setengah jam lagi, ia bebas tugas. Kehadirannya Eko mengejutkannya.“Lho, kok kamu di sini?” tanya Eko sembari mengeluarkan map dari tas ranselnya.“Iya, aku dipindahin ke sini untuk ngejar omset,” jawab Sri. “Kamu ke sini mau ambil data SPG?”“Iya, ini yang terakhir untuk hari ini,” sahut Eko.“Untung aku belum pulang,” gerutu Sri sembari melampirkan map.Eko membuka map lalu memeriksa data Sri.“Sudah lengkap,” ucapnya. “Umurmu udah dua puluh enam, Sri?” tanya Eko saat melihat tahun kelahiran gadis Solo itu.“Iya,” jawab Sri datar.“Kirain kamu sama denganku.”“Emang berapa umurmu?”“Dua puluh tiga tahun,” sahut Eko.”Tapi berarti kamu awet muda ya. Wajahnya masih imut-imut,” pujinya memb
Hubungan Ali dan Amoy makin hari makin dekat. Bahkan Amoy menerima saat Ali memintanya menjadi pacar.“Yang, mau ga jadi pacarku?” tembak Ali siang itu.“Iya, aku mau,” ucap Amoy langsung membuat Ali bahagia.Lepas sudah status jomblonya sekarang. Dia tak perlu menyesal sudah mutusin Sri. Toh ia sekarang dapat ganti yang lebih baik dari Sri. Lebih kaya, lebih tajir, lebih mapan meskipun berstatus janda.“Yang, mau ke mana kita?” tanya Ali yang sudah siap jalan-jalan dengan pacarnya.“Hari ini aku ada arisan di café bareng teman-teman kantor,” sahutnya.“Ya, sudah aku temenin ya!” tawar Ali.“Boleh.” Amoy tak keberatan.“Tapi, pakai mobilmu kan?”“Mobilku mau dipakai papa ke rumah nenek karena kebetulan mobil papa lagi diservis,” jawab Amoy membuat Ali merengut. “Pakai motormu saja ya! Itu kan juga ak