Home / Young Adult / Gadis Incaran Duda Menawan / Dendam Masa Lalu Daniel

Share

Dendam Masa Lalu Daniel

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2025-03-05 17:22:20

Elvis duduk diam di kamarnya, menatap sebuah foto keluarga dengan tatapan dalam. Dalam foto itu, seorang wanita muda berdiri di sampingnya, menggendong bayi perempuan yang lucu, sementara ibunya juga berdiri di sisi lain. Wanita muda itu adalah istrinya, Zean—seseorang yang telah lama pergi meninggalkannya.

"Zean, kamu pergi terlalu cepat..." gumam Elvis lirih. "Anak gadis kita sudah besar dan mandiri sekarang. Dia menjadi seorang fotografer profesional, bekerja dengan baik, memiliki banyak teman, dan ceria seperti dirimu."

Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Selama ini aku menikah-cerai, berharap ada seseorang yang bisa merawatnya. Tapi sayang, pernikahanku tidak pernah berjalan mulus."

Elvis terdiam sejenak, lalu menatap foto itu lebih lekat. Suaranya berubah menjadi lebih dalam, penuh rahasia yang selama ini ia pendam.

"Aku adalah Samuel Wilson Franz," bisiknya. "Harus menyamar sebagai orang biasa demi melindungi anak kita. Semasa muda, aku memiliki banyak musuh. Setelah Lolipop lahir, aku terpaksa menyembunyikan identitasku."

Matanya yang biasanya penuh canda kini dipenuhi keseriusan.

"Semoga saja Lolipop tetap selamat dan aman ke mana pun dia pergi," batin Elvis.

Keesokan harinya.

 Daniel berada di sebuah studio besar. Di dalam ruangan itu, ia terlihat duduk bersama seorang pria yang merupakan pemilik studio tersebut.

"Tuan, Anda adalah pebisnis. Kenapa bisa tertarik dengan studio kami? Bahkan rela membelinya dengan harga yang tinggi?" tanya pria itu dengan penasaran.

"Ini urusan kami. Anda cukup jual saja pada kami, sisanya tidak perlu tahu," ucap Levis dengan tegas.

"Iya, iya," jawab pria itu, mengangguk cepat.

Di sisi lain, Charlotte sedang fokus pada layar laptopnya.

"Lolipop, kamu sudah datang? Mari kita pergi ke suatu tempat!" seru seorang rekan kerja pria dengan wajah antusias.

Charlotte menoleh dan menatap pria itu dengan alis sedikit berkerut. "Apakah ini tugas baru?" tanyanya, memastikan.

Pemuda itu, Kelvin, mengangguk cepat. "Iya, perintah atasan. Kita diminta mengambil gambar pemandangan indah di pegunungan."

Mendengar itu, Charlotte langsung bersemangat. Ia bangkit dengan sigap, meraih kameranya, lalu mengenakan tali kamera di lehernya. "Baik, kita pergi sekarang!" ujarnya penuh energi.

Mereka berdua berjalan menuju lift, berbincang ringan tentang perjalanan yang akan mereka lakukan. Namun, ketika hampir sampai, Kelvin tiba-tiba menghentikan langkahnya dan merogoh tasnya dengan wajah cemas.

"Lolipop, kamu tunggu di mobil dulu. Aku lupa sesuatu," ujar Kelvin sambil berbalik arah.

Charlotte mengangguk dan tanpa berpikir panjang, melanjutkan perjalanannya sendiri. Sesampainya di lantai dasar, ia berjalan cepat menuju area parkir dan membuka pintu salah satu mobil yang terparkir di depan studio, mengira itu adalah mobil yang akan mereka gunakan.

Namun, begitu ia masuk dan duduk di dalam, suasana di dalam mobil terasa aneh. Dua pasang mata langsung tertuju padanya.

Charlotte menegang. Ia mendongak dan mendapati dua pria yang duduk di dalam mobil menatapnya dengan ekspresi heran—Levis di kursi pengemudi dan Daniel di sampingnya.

Hening sesaat.

Mata Charlotte membulat ketika kesadarannya kembali. "Maaf, aku salah masuk mobil!" katanya cepat, wajahnya berubah merah karena malu.

Daniel masih menatap Charlotte dengan senyum tertahan, sementara Levis melirik sekilas, seolah menunggu kelanjutan dari kejadian konyol itu.

Charlotte, yang sudah cukup cemas dan malu, segera berusaha membuka pintu mobil untuk segera kabur dari situasi memalukan ini. Namun, dalam kepanikannya, bukannya menarik pegangan pintu, ia malah salah menekan tombol yang justru membuat kaca jendela mobil turun hingga habis.

Angin luar langsung masuk ke dalam mobil, sementara Charlotte terdiam sesaat, mencoba mencerna kebodohannya sendiri.

"Kenapa tidak bisa dibuka? Memalukan sekali," gumamnya dengan suara nyaris tak terdengar, namun tetap tertangkap oleh Daniel yang duduk di sampingnya.

Levis terkekeh pelan, sementara Daniel akhirnya bersuara dengan nada menggoda. "Kau yakin hanya salah masuk mobil? Atau mungkin kau sengaja ingin ikut dengan kami?" Daniel mendekati gadis itu dengan senyuman yang menawan. 

"Kenapa pria ini tampan sekali?" batin Charlotte.

"Ka-kamu manusia atau siluman?" tanya Charlotte yang tidak sadar dengan pertanyaannya. Ia terpana melihat ketampanan pria itu.

"Untuk apa aku ikut denganmu?" Charlotte menatap tajam ke arah pria di dalam mobil itu. Ia berusaha menjauh, tangannya panik mengutak-atik tombol pintu mobil agar bisa segera keluar. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya pintu terbuka.

Tanpa membuang waktu, Charlotte langsung melompat keluar dan bergegas mencari mobil rekan kerjanya. Namun, sebelum sempat menemukan mobil Kelvin, ia justru berhenti sejenak, mendesah panjang sambil menggerutu sendiri.

"Sial sekali, dalam hidupku ini sudah ke-85 kali salah masuk mobil, dan 59 kali salah masuk rumah," gumamnya, sambil mengacak rambutnya dengan frustasi.

Daniel tersenyum melihat tingkah gadis itu.

Levis menatap bosnya melalui cermin, suaranya terdengar hati-hati saat berbicara.

"Bos, ada kaki tangan kita yang mengaku pernah melihat orang itu di dalam kota. Sepertinya dia sudah memiliki keluarga. Namun, saat mereka mencoba mengikutinya, dia menghilang begitu saja," lapornya.

"Samuel Wilson Franz..." gumam Daniel. "Aku tidak akan melepaskannya. Cari dia sampai dapat!" perintahnya dengan nada tegas.

"Aku curiga dia telah mengganti identitasnya, itulah kenapa kita kesulitan melacaknya." Daniel menatap ke luar jendela dengan tatapan tajam. "Temukan keluarganya, semua kerabatnya... Aku ingin mereka semua lenyap. Aku akan membunuh mereka satu per satu untuk membalas dendamku!"

Sore itu, Charlotte berjalan santai menuju rumah setelah seharian bekerja. Namun, langkahnya terhenti saat melihat ayahnya, Elvis, berlari terbirit-birit dikejar oleh neneknya, Nanny, yang mengayunkan sapu dengan penuh semangat.

Charlotte menghela napas panjang. "Kali ini apa lagi yang dilakukan Papa?" gumamnya, sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini.

"Dasar anak durhaka! Jangan lari kalau kau berani!" teriak Nanny dengan suara lantang, sapunya melayang ke arah Elvis.

Elvis dengan gesit menghindari pukulan itu, lalu berseru, "Mana ada orang bodoh yang diam saja saat mau dipukul!"

Charlotte hanya bisa menggelengkan kepala, menyadari bahwa drama sore ini belum berakhir.

"Papa, apa yang terjadi?" tanyanya, mencoba memahami situasi.

Elvis, yang masih sibuk menghindari sapuan sapu, berlari melewati Charlotte sambil berteriak, "Cepat lari! Nenekmu kumat lagi! Sudah tuli, tapi tetap keras kepala!"

"Nenek, sudah! Jangan pukul lagi!" katanya, berusaha menahan tangan neneknya.

Namun, alih-alih berhenti, Nanny justru beralih target dan dengan cepat menarik telinga Charlotte.

"Apa?! Kau berani sekali bilang aku pikun!" bentaknya sambil mencubit lebih keras.

Charlotte langsung menjerit. "Aahhh... sakit! Lepaskan, Nek!"

"Bukan pikun, tapi pukul! Nenek selalu saja salah dengar dan ngamuk sendiri!" Charlotte meronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman neneknya yang ternyata masih kuat meski sudah tua.

Nanny mendengus kesal. "Kau dan papamu sama saja! Durhaka! Kenapa kau tidak mirip ibumu?! Kenapa malah mirip papamu!"

Nanny mendengus sambil melipat tangan di dada. "Kau dan papamu sama-sama bodoh!" ketusnya dengan nada meremehkan.

Charlotte tak mau kalah. Ia mengangkat dagunya dengan ekspresi menantang. "Kebodohan Papa itu diturunkan oleh Nenek, dan kemudian aku juga mewarisi kebodohan Nenek. Jadi, siapa yang paling bersalah di sini?" balasnya, menatap langsung ke arah neneknya.

Mata Nanny menyipit. Raut wajahnya yang awalnya penuh amarah berubah semakin mengerikan. "Apa yang kau katakan tadi? Coba ulangi lagi kalau berani!" katanya dengan nada tinggi, lalu tanpa basa-basi mengayunkan sapu ke arah cucunya.

Mata Charlotte membelalak, reflek langsung berlari menghindar. "Papa, tolong!!" teriaknya panik, kakinya melangkah cepat tanpa melihat ke depan.

 Di saat Charlotte menoleh ke belakang untuk memastikan jaraknya dengan sang nenek, tubuhnya justru menabrak seseorang yang berdiri di sana. Benturan itu cukup kuat hingga membuat keseimbangannya goyah, hampir saja ia terjatuh.

Tangan kokoh pria itu dengan sigap menangkap pinggangnya, menahan tubuh Charlotte agar tidak terhempas ke tanah. Dalam sekejap, wajah mereka berada dalam jarak yang sangat dekat.

Charlotte menahan napas, jantungnya berdegup lebih kencang saat menyadari siapa pria yang kini menatapnya dengan intens.

Daniel Harris.

Mata tajam pria itu menatapnya tanpa berkedip, Charlotte yang masih dalam posisi setengah bersandar di pelukannya bisa merasakan hawa dingin yang dipancarkan pria itu.

Daniel yang dikenal selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan kali ini, Selain musuh lamanya,  yang menarik perhatiannya adalah Charlotte Wilson—gadis ceria dengan senyum menawan dan sikap yang begitu polos.

Charlotte bukan sekadar wanita biasa.

Dia adalah putri dari pria yang selama ini Daniel incar—Samuel Wilson Franz. Pria yang telah menghancurkan hidupnya, musuh yang telah lama dia cari untuk membalas dendam.

Author Mars

Apa yang akan terjadi ketika kebenaran terungkap? Apakah Daniel akan tetap mencintai Charlotte, atau justru menjadikannya alat untuk membalaskan dendam yang telah lama membara?

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel Melamar

    "Ke-Kenapa kamu ada di sini?" tanya Charlotte dengan gugup, matanya memandang pria di hadapannya dengan waspada.Daniel tersenyum santai, namun tatapan matanya tajam dan penuh keyakinan. Tangannya masih melingkar di pinggang Charlotte, membuat gadis itu semakin gelisah."Aku datang mencarimu," jawabnya pelan, suaranya rendah namun penuh ketegasan.Charlotte menelan ludah, tangannya refleks mendorong dada pria itu, meskipun tidak cukup kuat untuk membuatnya mundur. "Apakah aku mengenalmu? Kamu siapa?"Daniel terkekeh pelan, seolah terhibur oleh kepanikan gadis itu. "Namamu Charlotte Wilson, usia 23 tahun. Seorang fotografer berbakat." Ia mendekatkan wajahnya, membuat Charlotte semakin mundur dengan jantung berdegup kencang. "Dengar baik-baik, namaku Daniel Harris... yang dikenal sebagai duda menawan."Charlotte mengernyit, merasa ada sesuatu yang familiar tentang pria ini. "Kenapa namamu tidak asing? Di mana aku pernah mendengarnya?"Daniel tersenyum penuh arti, lalu berbisik tepat di

    Last Updated : 2025-03-19
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Bertemu Lagi

    Malam hari.Charlotte berdiri di dekat jendela kamar, memandangi liontin peninggalan ibunya yang tergantung di lehernya. Jemarinya dengan lembut membuka liontin itu, ia selalu penasaran dengan liontin tersebut."Kenapa kalung ini tidak ada foto Mama? Aku bahkan tidak tahu wajah Mama sampai sekarang," gumamnya dengan suara lirih, matanya berkabut oleh rasa penasaran yang tak kunjung terjawab.Di saat yang sama, Elvis melangkah melewati kamar putrinya. Pandangannya tertarik pada sosok Charlotte yang berdiri diam dengan liontin terbuka di tangannya. Seketika, tatapan Elvis berubah tegang. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, sesuatu yang tak seharusnya diketahui putrinya.Dengan langkah cepat, Elvis masuk ke dalam kamar."Lolipop," panggilnya, mencoba menghentikan gerakan Charlotte yang tampak begitu fokus pada liontin itu.Charlotte menoleh dan menatap ayahnya dengan heran."Papa? Sudah malam, kenapa belum tidur?" tanyanya, suaranya mengandung keheranan.Elvis menghela napas pe

    Last Updated : 2025-03-19
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Apa Niat Daniel?

    "Kenapa kamu lagi?" tanya Charlotte, tatapannya tajam menembus sosok pria di hadapannya.Daniel hanya tersenyum, seolah menikmati ketidaksukaan Charlotte kepadanya. Ia melangkah santai, semakin mendekat. "Studio ini telah menjadi milikku," ujarnya dengan nada puas.Charlotte mencengkram erat pegangan tasnya, hatinya bergejolak. "Kalau begitu, aku akan berhenti kerja," katanya tegas, berbalik hendak pergi.Namun, suara Daniel menghentikan langkahnya. "Bukankah kau sudah tanda tangan kontrak lima tahun? Kalau kau pergi, kau harus membayar ganti rugi," katanya dengan nada santai, seakan-akan ia tahu bahwa Charlotte tidak punya pilihan lain.Charlotte menoleh dengan tatapan penuh curiga. "Apa tujuanmu membeli studio ini? Sebenarnya kamu siapa, dan apa maumu?" tuntutnya, suaranya dipenuhi amarah dan ketidakpercayaan.Daniel tersenyum tipis, matanya berkilat penuh arti. "Aku membelinya demi calon istriku. Kalau kita satu tempat kerja, kita bisa bersama s

    Last Updated : 2025-03-22
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mimpi Buruk

    Charlotte mundur dengan wajah tegang, punggungnya menabrak meja rias di belakangnya. Jantungnya berdebar kencang melihat Daniel semakin mendekat, mata pria itu menyala dengan intensitas yang membuatnya tidak nyaman."Untuk apa kamu di sini?" tanya Charlotte, suaranya gemetar meski berusaha terdengar tegas.Daniel menyandarkan satu tangan ke meja rias, tubuhnya tetap condong ke arah Charlotte, menciptakan jarak yang semakin sempit di antara mereka. "Menunggumu!" jawabnya santai, namun sorot matanya menunjukkan tekad yang sulit digoyahkan. "Sebelum menikah, kita harus saling memahami dan lebih dekat. Bukankah begitu?"Charlotte mengernyit, dadanya naik turun karena napas yang tak teratur. "Siapa yang ingin dekat denganmu," balasnya tajam. Ia mencoba melangkah pergi, namun belum sempat ia bergerak jauh, Daniel sudah menangkap pergelangan tangannya dengan erat."Hei, lepaskan tanganmu!" serunya sambil meronta, tetapi Daniel justru menariknya lebih dekat hingg

    Last Updated : 2025-03-23
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mencintai Anak Musuh

    Sementara Elvis meninggalkan rumahnya dengan diam-diam, ia melangkah dengan cepat menuju suatu tempat yang telah ia tentukan sebelumnya. Ia mengenakan jaket kulit hitam, kerahnya sedikit dinaikkan, seolah berusaha menyembunyikan sesuatu dari keluarganya. Pandangannya tajam, penuh kehati-hatian, seakan menghindari siapapun yang mungkin melihatnya pergi.Beberapa saat kemudian, sebuah mobil hitam meluncur mendekat dan berhenti tepat di depannya. Seorang pria paruh baya dengan seragam rapi segera keluar dari kursi pengemudi. Dengan gerakan penuh hormat, ia membukakan pintu belakang untuk Elvis.“Bos,” sapanya dengan suara rendah.Elvis tidak membalas sapaan itu dengan kata-kata, hanya mengangguk kecil sebelum masuk ke dalam mobil. Pintu tertutup rapat, dan kendaraan itu segera melaju meninggalkan area perumahan, membawa Elvis menuju tujuannya.Tak lama kemudian, mobil berhenti di tepi sebuah danau yang tenang. Di tempat itu, dua pria paruh baya d

    Last Updated : 2025-03-24
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Melamar

    "Tuan Wilson, kedatanganku adalah untuk mengantar hadiah untuk Anda dan Nenek," ucap Daniel dengan tenang, namun penuh wibawa. Ia memberi isyarat kecil kepada para anggotanya.Levis, tangan kanannya yang setia, segera melangkah masuk, diikuti oleh beberapa pria lainnya. Mereka membawa beberapa kotak besar yang diletakkan rapi di meja ruang tamu. Begitu tutupnya dibuka, kilauan emas serta tumpukan uang dalam ikatan rapi seketika memenuhi ruangan dengan aura kemewahan.Elvis, yang sejak tadi berdiri dengan santai, kini terperanjat. Matanya membulat melihat jumlah uang dan batang emas yang tak sedikit. Ia bahkan sempat mengusap matanya, memastikan bahwa ini bukan sekadar ilusi."Ini semua untuk apa?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa penasaran sekaligus waspada.Daniel, yang sejak tadi tetap menjaga senyumnya, melangkah lebih dekat. Dengan penuh percaya diri, ia berkata, "Hadiah dariku untuk melamar putrimu, Paman."Suasana mendadak sunyi. Hanya suara

    Last Updated : 2025-03-25
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Godaan Daniel

    "Itu hanya janji Nenek, bukan aku. Jadi tidak sah!" ujar Charlotte dengan nada tegas.Nanny menatapnya dengan sorot mata tajam, bibirnya menipis karena kesal. "Aku adalah nenekmu. Kenapa tidak sah? Lebih baik kau cepat menikah agar tidak menjadi beban dalam keluarga ini!" katanya dengan suara dingin, seakan tak peduli dengan perasaan Charlotte.Charlotte melirik tajam ke arah neneknya. "Tega sekali menganggapku sebagai beban," gumamnya lirih."Nenek, Paman, sebenarnya aku dan Charlotte bukan hanya sekadar saling mengenal begitu saja. Hubungan kami juga sudah jauh," ujar Daniel dengan nada tenang namun penuh keyakinan.Charlotte langsung membelalakkan mata, wajahnya berubah drastis dari keterkejutan menjadi panik. " Dia akan beritahu kejadian malam itu?!" batinnya berteriak. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Daniel dengan kuat dan berdiri dengan cepat."Cepat ikut aku!" serunya panik, tanpa menunggu jawaban dari Daniel.Daniel

    Last Updated : 2025-03-27
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pilihan Charlotte

    Di sisi lain, Elvis berdiri di luar rumah, memperhatikan mobil mewah yang masih terparkir di tempatnya. Pandangannya tidak lepas dari kendaraan itu, seolah mencoba menembus kaca gelapnya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja."Apakah dia serius dengan Lolipop atau hanya untuk bersenang-senang?" gumamnya pelan, kedua alisnya bertaut. "Duda… Apa alasannya menjadi duda? Aneh sekali. Kenapa tatapannya tidak asing juga? Sebenarnya di mana aku pernah melihatnya?"Pikiran Elvis semakin berkecamuk. Pria itu bukan hanya sekadar orang asing baginya, ada sesuatu tentangnya yang terasa familiar. Tapi, kapan dan di mana ia pernah bertemu dengannya? Ia mencoba mengingat, tapi bayangan itu selalu mengabur sebelum ia bisa menangkapnya dengan jelas."Bagaimanapun, identitasku tidak boleh ada yang tahu. Andaikan suatu saat Lolipop menikah... demi melindunginya, rahasia ini

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Menemui Kristy

    Daniel yang mengemudi mengejar istrinya yang berjalan di pinggir jalan. Ia kemudian menghentikan mobilnya."Honey, aku akan mengantarmu ke studio setelah kita pergi ke suatu tempat," seru Daniel pada istrinya."Tidak perlu, aku akan pergi dengan bus," jawab Charlotte sambil melanjutkan langkahnya.Daniel turun dari mobil dan menghampiri istrinya itu. Tanpa banyak bicara, ia langsung menggendong wanita itu ke mobilnya."Aku bisa jalan sendiri! Kamu tidak perlu mengantarku," ujar Charlotte sambil berusaha melepaskan diri.Namun Daniel tetap tenang, memasukkan Charlotte ke dalam mobil, lalu menutup pintu. Ia menatapnya sejenak sebelum berkata, "Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian hari ini. Ada sesuatu yang harus kamu tahu."Charlotte terdiam, menatap Daniel dengan campuran rasa penasaran dan kesal.Tidak lama kemudian, mobil Daniel tiba di tepi pantai. Angin kencang meniup rambut Charlotte saat ia membuka jendela, membiarkan aroma laut yang asin memenuhi kabin mobil. Suara debura

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Cemburu

    Tangan Daniel mulai meraba paha istrinya, jemarinya bergerak perlahan seolah menikmati setiap sentuhan, sementara bibirnya terus mencium Charlotte dengan dalam dan penuh hasr*t. Nafasnya hangat, membakar jarak tipis di antara mereka.Charlotte menggeliat, berusaha melawan dan menahan tangan suaminya yang mulai kelewatan. "Hentikan!" serunya, suaranya bergetar antara marah dan gugup.Namun, Daniel tidak bergeming. Ia menahan bagian belakang kepala Charlotte dengan lembut tapi kuat, membuat wanita itu tak bisa menghindar. "Aku ingin melepaskan rindu," ucapnya lirih, matanya menatap dalam ke arah istrinya, seolah ingin menunjukkan betapa ia tak mampu menahan hasr*t yang terpendam.Charlotte menelan ludah, detak jantungnya berdebar keras, tapi ia mencoba tetap tegar. "Jangan main-main lagi! Aku masih ada pekerjaan. Cepat lepaskan tanganmu! Ini kantor, Daniel!" pintanya dengan nada tegas, meski tubuhnya terasa melemah dalam pelukan suaminya.Tapi bukannya menu

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Ciuman Paksa

    "Kalau tidak ingin aku tahu, juga tidak apa-apa. Lagi pula aku hanya istri kontrak. Mana mungkin berhak tahu segalanya," ujar Charlotte sambil bangkit dari tempat duduknya.Daniel menahan kedua pundak istrinya dan berkata, "Saat waktunya tiba, kamu akan mengetahuinya," ucapnya sambil menatap dalam ke mata istrinya.***Di sisi lain, Elvis yang sedang berkumpul dengan rekannya di ruangan yang pencahayaannya tidak terlalu terang, tampak muram, begitu juga dengan yang lain."Elvis, menantumu memiliki banyak anak buah. Kejadian ini disaksikan oleh banyak orang. Aku yakin putrimu juga tahu, karena saat menantumu dikepung oleh sejumlah orang, putrimu ada di sana. Sepertinya dia bukan hanya sekadar CEO," ujar salah satu rekannya."Siapa pun dia, aku hanya berharap dia akan melindungi putriku. Lolipop butuh perlindungan yang ketat. Dia adalah putriku satu-satunya. Aku tidak ingin dia terluka. Mengenai anak laki-laki itu, aku ingin mencarinya. Beberapa bula

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Kekesalan Charlotte

    "Apa yang kalian ributkan malam-malam begini? Apakah kalian tidak sadar sudah pukul berapa?" tanya Charlotte dengan nada sedikit kesal. Suaranya menggema di sepanjang koridor yang sepi, menciptakan suasana tegang di antara mereka.Daniel dan Sannia menoleh bersamaan ke arah Charlotte yang berdiri di ujung koridor. Pijar lampu redup mempertegas gurat lelah di wajah Charlotte, namun matanya masih memancarkan ketegasan."Istriku, apakah kami membangunkanmu?" tanya Daniel dengan senyum tipis, mencoba meredakan ketegangan. Namun, nada suaranya terdengar kaku, seolah menyembunyikan sesuatu.Charlotte menatap tajam, seolah mampu menembus kebohongan di balik senyuman itu. "Kalian berisik sehingga mengganggu tidurku," balas Charlotte dingin, matanya tidak melepaskan pandangan dari Daniel."Maaf, Istriku. Aku akan segera kembali ke kamar. Aku dan Bibi sedang bertengkar," ucap Daniel, berusaha terdengar santai, meski nada gugupnya sulit disembunyikan."Berten

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Kecewa

    "Kau sedang menggodaku? Jangan lupa statusmu!" kecam Daniel, menatap tajam ke arah wanita di depannya. Sannia tersenyum lembut, seolah tak tergoyahkan oleh ketegangan yang menggantung di antara mereka. "Tentu saja aku ingat, Daniel." Nada suaranya tetap tenang, penuh kelembutan. "Aku telah berjanji pada ayahmu untuk merawatmu dengan baik. Jadi aku harus menepati janjiku!"Daniel berdiri dengan ekspresi penuh amarah. Dalam sekejap, tangannya terangkat dan mencengkeram leher wanita itu dengan erat. Sannia terbatuk, kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Daniel, berusaha melepaskan diri. Tapi genggaman pria itu terlalu kuat, membuatnya sulit bernapas, bahkan sekadar mengeluarkan suara."Sannia, dengar baik-baik." Suara Daniel rendah, tajam, dan penuh ancaman. "Jangan coba-coba menggodaku. Wanita seperti dirimu tidak berbeda dengan mantan istriku." Matanya berkilat dingin, penuh kebencian yang tersembunyi di balik sorotannya.Sannia mencoba meronta, tetapi cengkeraman Daniel ti

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Godaan Ibu Tiri

    Tanpa menunggu lama, Daniel langsung melakukan penyatuan dengan istrinya. Ia bergerak maju mundur dengan perlahan, seakan memberi waktu bagi Charlotte untuk menyesuaikan diri.Charlotte menggigit bibir bawahnya, merasakan sensasi perih yang menusuk. Air matanya mengalir tanpa bisa ditahan, membasahi pelipisnya. Tubuhnya menegang, jari-jarinya mencengkeram sprei di bawahnya. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya, semakin terasa saat Daniel semakin dalam menyatu dengannya.Daniel melihat butiran air mata yang mengalir dari sudut mata istrinya. Pandangannya beralih ke noda merah yang kini menghiasi sprei putih di bawah mereka. Hatinya sangat puas—tanda kepolosan Charlotte kini lenyap di tangannya. Namun, naluri dan g4irahnya terus menguasai dirinya."Aaahh! Sakit!" Charlotte berteriak, kedua tangannya berusaha mendorong dada suaminya agar menjauh. Rasa nyeri membuatnya ingin menghindar, ingin menghentikan segalanya.Namun, Daniel tak memberinya kesem

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Malam Pertama

    Charlotte merasa tubuhnya menegang saat Daniel menahan tangannya, menolak memberinya kesempatan untuk menjauh."Kau mengingkari janji, itu adalah perjanjian kita. Pernikahan ini tanpa sentuhan fisik," ujar Charlotte, suaranya tegas meskipun sedikit bergetar. Ia mencoba bangkit dari tempat tidur, namun cengkeraman Daniel di pergelangan tangannya semakin erat.Daniel tersenyum miring, tatapannya dipenuhi kilatan main-main. "Sebuah pernikahan tidak mungkin tanpa sentuhan fisik. Apalagi aku begitu merindukanmu selama ini," godanya, suaranya dalam dan menggoda, seolah menantang Charlotte untuk menyangkal kata-katanya.Charlotte memutar matanya penuh ketidakpercayaan. "Merindukanku? Kau sedang bercanda? Aku malah mencurigaimu bahwa kau di sana ada wanita lain. Jangan berbohong. Aku bukannya tidak tahu sifat lelaki!" katanya, nada suaranya dipenuhi kecurigaan.Daniel hanya tertawa pelan, seakan pernyataan Charlotte adalah hal yang menghiburnya. Jari-jariny

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel Menuntut Hak Sebagai Suami

    "Akhirnya kamu pulang setelah sebulan menghilang," sindir Charlotte dengan suara tajam. Matanya menatap suaminya, Daniel, dengan penuh kekecewaan dan kemarahan yang sudah lama dipendam."Maaf, aku ada urusan penting sehingga tidak menghidupkan ponselku," ucap Daniel dengan nada datar, seolah tidak menyadari betapa sakitnya hati istrinya setelah sekian lama ditinggalkan tanpa kabar.Charlotte mendengus sinis. "Ada urusan penting apa sehingga tidak bisa menghidupkan ponsel? Kenapa perasaanku mengatakan bahwa kau sedang berbohong?" Dia melipat tangannya di dada, rahangnya mengeras menahan amarah. "Aku tidak peduli kau di mana. Tapi aku ini istrimu, dan setiap hari aku harus menerima penghinaan di rumah ini. Apakah kau sadar bahwa rumah ini seperti neraka bagiku?"Sebelum Daniel sempat menjawab, suara nyaring Sannia, mertuanya, memotong pembicaraan. "Daniel, istrimu ini suka membantah dan berani menamparku!" serunya dengan wajah penuh kemarahan. "Aku adalah mertuany

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Penyesalan Daniel

    Charlotte melangkah keluar dari studionya, udara malam yang dingin menyapa kulitnya yang masih hangat setelah lama berada di dalam ruangan. Ia merapatkan jaketnya sebelum menuju ke mobil yang terparkir di tepi jalan. Mobil itu bukan pilihannya sendiri, melainkan hadiah dari suaminya—suami yang bahkan sulit ia pahami.Dengan mata yang masih mengantuk, Charlotte membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi. Ia menghela napas panjang, berusaha mengusir kantuk yang masih menyelimuti tubuhnya."Sudah tidur begitu lama, tapi masih mengantuk," gumamnya pelan, sambil menghidupkan mesin mobil.Jalanan malam begitu lengang, lampu-lampu kota berpendar samar, menemani perjalanan pulangnya. Namun, pikirannya tak sepenuhnya berada di sana. Ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya—sesuatu yang bahkan tak ingin ia akui pada dirinya sendiri.Di Tempat Lain…Di dalam mobilnya, Daniel melaju dengan kecepatan sedang, satu tangannya memegang ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status