Share

Gairah Liar Adik Ipar
Gairah Liar Adik Ipar
Author: Ellea Neor

Bab 1. Kejutan

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2025-09-20 06:07:49

Di hari ulang tahun pernikahan Esther Llewellyn dan Erland Dawson yang kelima. Esther sudah bersiap dengan gaun malam yang indah, untuk menyambut kedatangan suaminya.

Namun, Erland justru datang dengan membawa sebuah kejutan.

Seorang madu.

“Siapa dia, Erland?” tunjuk Esther ke arah wanita dengan gaun berleher rendah yang menampilkan belahan dadanya yang sintal.

Wanita itu berdiri di dekat Erland dengan kedua tangan yang melingkar di lengan pria itu.

Hati Esther memanas melihatnya.

“Dia Tiara, madumu!” jawab Erland datar.

Bagai petir di siang bolong. Esther terkejut bukan main.

Esther merasa jantungnya ditikam berkali-kali. Rasa sakit seketika dia rasakan di sudut hati. Dunia Esther runtuh dalam sekejap.

“Madu? Apa maksudmu, kau menikah lagi?” tanya Esther dengan kedua mata yang sedikit melebar, menandakan kemarahan yang tak terbendung.

“Ya.” Lagi-lagi Erland menjawab dengan suara datar. Bahkan terkesan sangat malas. Akhir-akhir ini, Erland memang bersikap sangat dingin.

Esther tidak mengerti, apa yang membuat suaminya berubah. Esther hanya berpikir bahwa suaminya lelah karena harus bekerja siang dan malam. Namun, hari ini terjawab sudah.

Suaminya memiliki wanita lain.

“Kenapa, Erland? Kenapa kamu melakukan ini?!” seru Esther dengan nada menuntut.

Alih-alih memberikan jawaban, Erland justru terdiam tanpa kata. Hanya tatapan yang sedingin es, pria itu tunjukkan.

“Jawab, Erland. Jangan diam saja!” pekik Esther dengan nada bicara ketidaksabarannya. “Apa kurangku selama ini, Erland?”

“Kekuranganmu adalah karena kau itu mandul!”

Alih-alih jawaban itu keluar dari mulut Erland. Justru, hal itu terdengar dari mulut orang lain.

Esther menoleh ke arah sumber suara dan melihat wanita paruh baya berjalan dari arah kanan.

“Mama!” seru Esther.

Corrina Dawson adalah ibu dari Erland yang tak lain adalah ibu mertuanya. Wanita itu melangkah mendekat dan berhenti di dekat Erland. Wajahnya terpancar sebuah kebahagiaan.

Kening Esther mengkerut melihatnya.

“Selamat datang di keluarga Dawson, Tiara,” ucap Corrina dengan senyum yang terpahat di bibir tuanya.

Hal itu membuat Esther mengepalkan kedua tangannya.

Dia tidak tahan berdiam diri dan hanya melihatnya saja.

“Ma, apa maksudnya ini?” cecar Esther kepada ibu mertuanya. Esther yakin, bila sang ibu mertua memiliki peran besar terhadap pernikahan kedua suaminya yang secara tiba-tiba.

Corrina menoleh dengan santai ke arah Esther, tatapannya terlihat dingin. Berbanding terbalik saat berhadapan dengan Tiara. Bahkan senyumannya terlihat sangat meremehkan.

“Ini sudah lima tahun sejak kalian menikah, tapi kau belum juga hamil,” cibir Corrina.

Esther mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Segala cara telah dia lakukan untuk mendapatkan momongan. Namun, dia bukanlah Tuhan yang bisa mewujudkan segalanya.

Menurut pemeriksaan, baik dirinya maupun Erland dalam kondisi baik-baik saja. Hanya saja, Tuhan belum memberikan kepercayaan soal anak. Namun, rupanya hal tersebut menjadi ancaman bagi pernikahannya.

“Ma, aku dan Erland sudah berusaha, tapi soal anak itu bukan kuasa kami!” seru Esther mencoba memberi pengertian kepada Corrina.

Akan tetapi, sepertinya Corrina tidak peduli. Keputusannya untuk memberikan restu kepada putranya untuk menikah lagi sangatlah tepat baginya. Tanpa memikirkan perasaan Esther, Corrina kembali bersuara.

“Justru itu, kau tak perlu berusaha lagi. Karena kau mandul, maka tugas memberikan keturunan berpindah pada Tiara,” kata Corrina.

Esther menggeleng tak percaya. Menikah bukanlah soal keturunan saja, tetapi juga kepercayaan. Tetapi, Esther melihat dua orang yang telah dia percaya selama ini telah mengkhianatinya.

Esther kembali mengepalkan kedua tangannya. Dia menatap Erland yang masih terdiam.

“Erland, kenapa kau diam saja?!” Esther berharap sebuah penjelasan keluar dari mulut suaminya.

“Kak Esther. Sebaiknya kau jangan terlalu banyak bicara, kalau aku hamil, anak ini akan menjadi anakmu juga,” sela Tiara dengan suaranya yang dibuat-buat.

Kali ini Esther tidak dapat menahan diri.

Satu tamparan mendarat di pipi wanita itu.

Plakkk!

Tiara menangis, dan itu memicu kemarahan Erland. Pria itu pun melakukan hal yang sama. Memberikan sebuah tamparan ke pipi Esther. Tamparan itu begitu keras hingga membuat Esther terjatuh ke lantai.

Esther membeku, dia tidak bisa menahan air matanya lagi. Tatapannya nanar ke arah lantai.

“Aku tidak menyangka bahwa kau adalah wanita yang kasar. Aku melakukan semua ini demi keluarga kita. Tapi kau malah bertindak di luar batas!” Sekian lama terdiam, akhirnya Erland buka suara. Namun, kemarahan jelas terlihat di wajah pria itu. Rupanya Erland tidak terima karena Esther menampar Tiara.

“Beraninya kau menamparku!” Selama pernikahan, Erland tidak pernah melakukan kekerasan fisik. Tapi kali ini, pria itu melakukannya, dan semua itu karena Tiara.

“Kau pantas mendapatkannya karena kau terlalu arogan!” sela Corrina yang seolah menyiram bensin ke dalam kobaran api.

Esther menatap nyalang ke arah Corrina.

Tidak tahan dengan semua ini, Esther pun bangkit, dan berlari keluar rumah. Untuk meluapkan kemarahannya, dia mengendarai kendaraan dengan sangat kencang, menuju ke kelab malam. Tempat yang sama sekali tidak pernah dia kunjungi sebelumnya.

Dan untuk pertama kalinya, dia menyentuh minuman yang memabukkan. Esther putus asa, dia menenggak satu gelas, dua gelas dan menghabiskan beberapa botol.

Namun, dia tidak menyangka bahwa dirinya memiliki pengendalian diri yang cukup baik terhadap minuman beralkohol. Dengan setengah kesadarannya yang tersisa, dia mengendarai mobilnya dengan sangat pelan.

Keadaan sangat sepi saat dia tiba di rumah. Esther berjalan mengendap, sedikit sempoyongan. Tatapannya sedikit buram, namun dia mencoba untuk menggapai tangga.

Tiba di lantai atas, dia melihat pintu kamar yang terlihat sangat banyak. Ini pasti karena efek minuman tersebut.

“Ah, sial. Di mana kamarku? Kenapa banyak sekali pintu?” gerutu Esther.

Dengan kepala berat, dia memasuki sebuah pintu dengan acak. Pintu dibuka dengan mudah, dengan begitu Esther yakin bahwa ini adalah kamarnya.

Esther berjalan sempoyongan menuju ke ranjang, tanpa dia sadari ada sepasang mata yang mengawasinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ellea Neor
Welcome to buku kedua. semoga suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 7. Kartu As

    Esther membaca berkas di tangan. Poin pertama membuat Esther seketika membulatkan matanya. “Perjanjian macam apa ini?” protes Esther. Jelas sekali tertulis di sana, bahwa Esther harus datang ketika Arion memanggilnya. “Kau kira aku ini pelayanmu?” imbuhnya. Arion memiringkan kepalanya. Senyum tipis terbit di bibir tebalnya. “Kakak ipar, apa kau lupa apa yang aku miliki?” ucap Arion yang seketika membuat Esther mengatupkan bibirnya. Ingin sekali Esther memaki, tetapi dia sadar atas posisi. “Jadi kau ingin mengancamku?”Arion menggeleng pelan. “Tentu tidak, aku hanya ingin kau mempertimbangkannya, Kakak ipar. Coba baca poin selanjutnya,” kata Arion. Esther mendecak. Dia lantas menuruti keinginan Arion. Poin kedua membuatnya terdiam. Di mana Arion akan mengabulkan apa pun yang Esther inginkan. Dan Esther membutuhkan hal itu. Esther perlu menyelidiki tentang Tiara. Dia juga ingin membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakitinya. Dan Esther berpikir akan menggunakan kesempat

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 6. Surat Perjanjian

    Esther membuka mata, untuk melihat sosok itu, dan seketika dia membulatkan mata. Sementara Erland tampak terkejut melihat kehadiran lelaki yang kini berdiri tepat di hadapannya. “Kenapa kau bisa ada di sini?” Arion mengulas senyum tipis. Dia menghempaskan tangan Erland dengan kasar. “Kau lupa, ada bagianku di perusahaan ini. Tapi tenang saja, aku sedang tidak ingin mengungkitnya, aku hanya ingin menuruti keinginan kakek untuk berjalan-jalan di sekitar sini. Tapi aku justru melihat pemandangan seperti ini,” jawab Arion. Erland mendengkus kasar. “Ini bukan urusanmu!” “Memang, tapi urusan rumah tangga bukankah sebaiknya diselesaikan di rumah.” Arion lantas menatap Esther. “Kakak ipar, sebaiknya kau pulang saja,” tegurnya. Esther tampak kesal, sekaligus gugup secara bersamaan. Bagaimanapun, keberadaan pria ini membuatnya teringat dengan kejadian malam itu. “Kau tidak punya hak untuk mengusirku!” kata Esther. Arion malah tersenyum. “Dia memang benar, kau pulang saja. Kita bicara

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 5. Kau Saja Mendua, Kenapa Aku Tidak?

    Esther terdiam untuk beberapa saat. Keterkejutan terlihat di wajahnya. Eric adalah orang kepercayaan Erland selama bertahun-tahun. Dan hari ini, Esther mendapati pria itu dipecat. Apa yang terjadi sebenarnya? “Eric,” panggil Esther. Dia harus mencari tahu lebih banyak lagi. “Ya, Nyonya,” jawab Eric di seberang. “Sejak kapan kamu dipecat?” tanya Esther penasaran. Suara di seberang kembali terdengar. “Sudah satu tahun yang lalu, Nyonya.” “Apa?” Esther jelas saja kaget. Sudah selama itu, tetapi tidak ada yang memberitahunya. “Eric, kenapa kau tidak bilang padaku!” Nada bicara Esther berubah protes. Hening sejenak. Sebelum akhirnya Eric menjawab, “Maaf, Nyonya. Semua atas permintaan Tuan. Tuan memperingatkan saya supaya saya tidak mengadu pada Nyonya.” Esther memejamkan matanya erat-erat. Entah apa tujuan Erland menyembunyikan hal ini. Namun, Esther yakin, semua yang terjadi ada sangkut pautnya dengan Tiara. “Apa kamu melakukan kesalahan?” “Hanya kesalahan kecil, Nyonya. Tapi en

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 4. Sandiwara

    Esther mengepalkan kedua tangannya. Perasaannya campur aduk. Sedih, kesal, marah, dan yang pasti muak. Apa yang baru saja dia dengar dari mulut suaminya, sungguh sangat menyakitkan. Tidak hanya membawa wanita lain dalam rumah tangganya, Erland bahkan membawanya hingga ke atas ranjang mereka. “Erland, di rumah ini banyak sekali kamar. Dia bisa tidur di kamar lain.” Corrina berdiri dari kursinya, dia menatap menantu pertamanya. “Tiara juga istri Erland, jadi dia berhak tidur di kamar Erland.” Setelah lama diam, akhirnya Corrina angkat bicara. “Kak Erland, kalau Kak Esther tidak suka aku tidur di kamar Kakak, biar aku tidur di kamar lain saja,” sela Tiara sendu. Erland menatap Tiara. Wanita itu tidak lagi menangis, namun kata-katanya membuat Erland tidak tega. “Itu adalah kamar kami, harusnya kau tahu diri!” seru Esther tidak terima. Bagaimanapun, Esther harus mempertahankan haknya. “Kau juga harus tahu diri. Kau tidak punya hak di rumah ini, Esther. Jadi Tiara bisa tidur

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 3. Syarat

    Jantung Esther serasa terhenti saat itu juga. Dia menahan napas yang terasa sesak, sebelum akhirnya melepasnya dengan kasar. “Apa yang kau katakan?” Arion tersenyum nakal. “Bukankah sudah jelas? Kakak ipar, aku tahu kau tidak tuli,” bisik Arion tepat di telinga Esther yang membuatnya merasa merinding. Kali ini Esther tidak tinggal diam. Dia mendorong Arion sedikit menjauh, lalu berdiri tegap, melipat kedua tangan di perut, seolah hendak memberi perlawanan. “Aku ini Kakak iparmu! Beraninya kau meminta hal semacam itu padaku!” sentak Esther. Lagi-lagi pria itu tertawa. Seperti orang yang baru saja menang lotre. Arion terlihat sangat senang. “Kakak ipar, permainanmu sangat memuaskan. Apa perlu aku memutar lagi videonya? Supaya kau tahu bagaimana liarnya dirimu tadi malam.” Arion mengeluarkan kembali ponselnya, lalu memainkannya di tangan. “Hentikan!” pekik Esther yang justru membuat Arion kembali tertawa. Berbanding terbalik dengan Esther yang merasa geram. Entah mengapa di

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 2. Jadilah Penghangat Ranjangku!

    Esther menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur tanpa sempat melepas sepatu hak tingginya. Kepalanya yang serasa dipukul palu membuatnya terbang ke alam mimpi dengan sangat cepat. Sementara sosok yang sejak tadi memperhatikan Esther kini tersenyum miring. Arion Dawson baru saja tiba di negeri ini, tetapi dia justru dikejutkan dengan kedatangan wanita yang tak lain adalah kakak iparnya sendiri. “Sambutan yang sangat mengesankan, Kakak ipar,” gumamnya. Dengan senyum yang masih terpahat di bibir seksinya, dia beranjak dari sofa. Dia mengunci pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya menuju ke atas ranjang. Dia berjongkok, melepas sepatu milik Esther lalu meletakkannya di lantai. Merasa sebuah sentuhan, Esther pun kembali tersadar. Dia membuka mata, dan melihat sosok pria yang mirip suaminya. Esther pun tersenyum. Tanpa pikir panjang, dia menarik kerah kemeja pria itu, dan membuatnya terjatuh di atas tubuhnya. “Temani aku malam ini,” bisiknya. Esther perlu melampiaskan segalanya, ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status