Dion nampak berpikir lalu dia mengemukakan pertanyaan yang sama pada Renata."Apa kamu bisa meninggalkan suami kamu?" tanya Dion balik.Ekspresi Renata sama dengan Dion, bagi Renata Andika adalah segalanya meski kini banyak yang tergeser karena kehadiran Dion dalam hidupnya.Melihat ekspresi Renata sangat jelas kalau dirinya tidak bisa meninggalkan Andika."Berat ya meninggalkan suami kamu," kata Dion dengan senyuman ketir, entah mengapa hatinya sakit tau kalau Renata berat akan suaminya.Renata diam tak menjawab atau menunjukan jawaban dengan pergerakan tubuhnya, tentu tidak ada niat sedikit pun untuk meninggalkan Andika, demi Andika dirinya rela menjual diri pada Dion."Kalau aku, bisa meninggalkan istri aku demi kamu tapi aku tau kamu tidak akan meninggalkan suami kamu jadi ya aku akan bertahan dengan Vera meski kini perlahan posisinya tergeser dengan hadirmu," ungkap Dion.DegRenata sungguh tak percaya Dion rela meninggalkan Vera istrinya demi dirinya yang hanya staf biasa di kan
Dion melajukan mobilnya kembali, Vera nampak tidak asing dengan jalan yang dilewati Dion bagaimana tidak ini adalah jalan menuju rumah sakit tempatnya bekerja."Inikan rumah sakit tempat aku bekerja?" Vera bermonolog dengan dirinya sendiri.Dion dan Renata keluar dengan membawa bunga yang tadi dia beli, dia masuk ke dalam rumah sakit.Andika pergi ke ruangan Vera sedangkan Renata menunggu di loby sambil memainkan ponselnya.Vera berjalan masuk, dia melihat Renata seorang diri di bangku tunggu, pertanyaannya dimana Dion?Bola mata Vera memutar mencari keberadaan Andika, dari kejauhan nampak Dion dari arah berlawanan dengan menenteng bunga yang tadi dia beli.Vera mematung menatap Dion yang berjalan ke arahnya, dia masih bertanya-tanya ada apa ini? kenapa Dion malah datang ke rumah sakit?Kini Dion tepat di depannya, dengan senyuman yang mengembang dirinya memberikan buket bunga yang tadi dia beli."Maafkan aku yang telah marah-marah padamu pagi tadi," ucap Dion yang membuat mata Vera b
Renata menghela nafas lalu mempersilahkan tamunya duduk."Silahkan duduk Pak, Bu."Renata duduk dan mempertanyakan ada urusan apa mereka datang ke rumah."Kami ingin menjenguk suami kamu," jawab Vera.Renata segera masuk ke dalam untuk memanggil Andika."Mas ada pak Dion dan juga Ibu Vera, mereka ingin menjenguk kamu," kata Renata."Benarkah, ya sudah ayo bantu aku keluar," sahut Andika.Renata membantu Andika untuk berjalan keluar, Dion yang melihat Renata merangkul Andika entah mengapa hatinya meradang.Mereka berempat mengobrol di ruang tamu, Vera juga memberikan kompensasi atas kerugian yang Andika alami namun Andika dan Renata menolak dan memaklumi kalau ini adalah musibah."Nggak usah ibu Vera, kan kemarin sudah diobati dan dijahit juga," kata Andika."Tapi kan kamu akhirnya nggak bisa aktivitas gara-gara aku," sahut Vera.Andika hanya tersenyum begitu pula dengan Renata.Renata pamit ke dapur untuk membuatkan camilan dan entah kebetulan atau tidak Vera tak sengaja menumpahkan m
"I-iya mas," jawab Renata dengan terbata.Bibirnya memucat, dia sungguh bingung harus bagaimana harapannya kini hanya Dion, kalau sampai Dion tidak membaca pesannya habis sudah, semua akan terbongkar malam ini.Dengan rasa yang berkecamuk di dalam dadanya Renata naik ke atas motor. "Jangan lupa pegangan ya sayang," kata Andika.Tak ingin membuat istrinya menunggu lama, Andika segera menyalakan mesin motornya namun saat akan berangkat Andika malah mematikan mesin motornya."Kok dimatikan mas?" tanya Renata."Alamat serta nama tempat kerja kamu apa dan dimana? aku kan tidak tau kamu kerja dimana." Andika menjawab pertanyaan Renata dengan pertanyaan balik.DegWajah Renata memucat, dia semakin gugup sehingga tubuhnya bergetar hebat. Dia benar-benar takut jika Andika tahu kalau pekerjaan sampingannya sebagai teman ranjang atasannya sendiri."Itu lo mas cafe yang di sana," ucap Renata dengan menunjuk arah kanan."Namanya cafe apa sayang?" tanya Andika lagi.Renata yang bingung tanpa sadar
Renata menatap Dion dengan tatapan sayu, dirinya sangat tersentuh dengan apa yang Dion ucapakan namun tidak semudah itu menggantikan Andika, bagi Renata Andika adalah segalanya meski kini ada Dion juga di dalam hatinya."Untuk saat ini aku masih belum siap mas, aku tidak mau menyakiti hatinya dan juga menyakiti Vera istri kamu," ucap Renata."Aku tidak ingin merusak pernikahan kamu mas," sambung Renata.Dion menangkupkan kedua tangannya di wajah kekasihnya, dia mencoba meyakinkan Renata jika Vera perlahan menghilang dari hatinya."Aku mencintai kamu sayang kalau pun aku harus berpisah dengan Vera itu tidak masalah bagiku. Cintaku untuknya telah mati, itu semua juga karena dirinya sendiri," ungkap Dion."Aku lelaki biasa yang butuh cinta, coba kamu bayangkan seharian aku sibuk dengan pekerjaan tentu saat pulang aku ingin bercanda, bercerita dengan pasanganku namun semua itu tidak aku dapat dari Vera," sambungnya.Raut wajah Dion berubah menjadi mendung, selama tiga tahun dirinya sangat
Renata menggelengkan kepala, dirinya kini sungguh dilema hingga lagi-lagi dia memilih untuk diam.Dengan wajah yang berderai air mata, Renata menangkupkan tangannya di wajah Andika."Mas percayalah apapun yang aku lakukan itu demi kamu, aku sangat mencintai kamu dengan sepenuh hatiku," bujuk Renata.Andika yang tau tau harus bagaimana hanya diam dengan tatapan nanar, dia tak tau harus mempercayai kata hatinya atau ucapan sang istri."Aku sangat mencintai kamu mas," kata Renata mencoba meyakinkan Andika yang hanya diam saja."Meski kini ada pak Dion di dalam hatiku juga," sambung Renata dalam hati.Renata terisak di depan Andika, dia benar-benar tak sanggup jika kehilangan Andika meski apa yang dilakukannya dengan Dion juga tidak bisa dimaafkan.Iba melihat sang istri, Andika memeluk Renata dengan erat, andaikan dirinya tidak mengindap sakit kanker mungkin dirinya yang bekerja untuk mencari nafkah bukan sebaliknya dan tentunya dia tidak akan diusik oleh kecurigaan seperti ini."Aku jug
Sepanjang perjalanan keluar kota, Renata hanya diam menatap luar jendela sembari melihat titik titik air hujan yang menempel di kaca mobil.Kenangan indah dengan sang suami menyeruak masuk ke dalam pikirannya, dirinya sungguh tak sanggup jika Andika tau semua lalu pergi meninggalkannya.Tak terasa air matanya merembes keluar, Dion yang tak sengaja melihat Renata menangis segera menepikan mobilnya."Kamu kenapa menangis sayang?" tanya Dion dengan panik.Renata segera menghapus air matanya kemudian menatap Dion dengan tatapan sendunya."Tidak apa-apa mas," jawab Renata."Yakin tidak apa-apa?" Dion meyakinkan Renata.Renata mengelus lengan Dion mencoba menyakinkan kalau dirinya tidak kenapa-kenapa."Ayo jalankan mobilnya kembali," ucap Renata dengan tersenyum.Dion kembali melajukan mobilnya dan beberapa waktu kemudian mereka telah tiba di kota tujuan mereka. Dion dan Renata mampir di sebuah mall di kota tersebut untuk makan dan istirahat sebentar."Ayo ikut aku."Dion menarik Renata mas
Vera memutuskan untuk menunda keberangkatannya, dirinya sungguh tidak tenang karena Dion pergi keluar kota bersama Renata."Kenapa kamu bohong mas, katanya mau mengantarkan aku tapi kenapa malah keluar kota bersama dengan Renata."Air mata Vera merembes keluar, dirinya tidak sanggup jika Dion memiliki hubungan dengan Renata, meskipun Vera lebih mementingkan karirnya namun dia sangat mencintai Dion.Dengan deraian air mata Vera berdiri di balkon kamarnya, pikirannya sudah melayang kemana-mana memikirkan hal yang tidak-tidak.Tepat pukul delapan malam mobil Dion memasuki halaman rumahnya. Lelah habis melakukan perjalanan jauh membuatnya memarkir mobil sembarang.BrakDion menutup mobilnya dengan keras kemudian dirinya masuk ke dalam dan memerintahkan supir agar memarkirkan mobilnya ke garasi.Setelahnya Dion pergi ke kamar karena dirinya sangat lelah dan gerah karena habis dari luar kota.Saat masuk ke dalam kamarnya, Dion sangat kaget karena mendapati Vera ada di dalam."Sayang kamu ti