MasukAlexa menaikan sebelah heran ketika dia melihat kalau ini bukan ke jalan rumah milik Jian, ke mana laki-laki akan membawa dirinya sekarang.
"Jian, kamu akan membawa aku ke mana?" Alexa khawatir kalau Jian akan melakukan kejahatan atau bahkan sampai menjual dirinya. "Sudah diam jangan banyak tanya." "Bagaimana aku bisa diam, kamu mau membawa aku ke mana sebenarnya? Aku tahu kalau ini bukan jalan ke rumahmu." "Memangnya bukan ke rumahku," jawab Jian dengan santai. "Jangan bilang kalau kamu mau menculikku atau melakukan hal kriminal!" umpat Alexa dengan sedikit kesal. "Kamu terlalu percaya diri, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat," jawab Sang Jian. Alexa yang mendengar itu pun malah semakin heran dan menaikan sebelah alisnya, apa yang dimaksud oleh Sang Jian. Laki-laki itu tidak akan benar lelang dirinya ke tempat yang seperti itu bukan. "Turunkan aku di sini cepat!" Alexa jadi panik dan semakin ketakutan sekarang. Terlebih ketika Sang Jian mengatakan hal tersebut. Membuat dia merasa tidak tenang sekarang. "DIAM!" Suara Sang Jian kembali meninggi membuat nyali dari Alexa jadi ciut. Dia tidak berani mengatakan apapun lagi. Alexa memperhatikan setiap jalan yang dilalui, banyak sekali pohon rindang yang dia lihat. Sampai dia melihat sebuah pagar rumah yang sedikit mewah. Cukup suara klakson dari Sang Jian membuat penjaga itu membuka gerbang rumahnya. Mobil yang dikendarai oleh Sang Jian masuk ke dalam. "Rumah siapa?" tanya Alexa penasaran. Sang Jian akhirnya memberitahu Alexa. "Rumah kedua orangtuaku." Alexa yang mendengar itu pun sedikit heran. "Kenapa kamu malah mengajak aku datang ke sini?" tanya Alexa dengan pandangan yang sedikit menyelidik. "Ibuku ingin bertemu dengan kamu," jawab Jian santai. "Ibumu? Untuk apa ingin bertemu denganku?" tanya Alexa dengan pandangan heran. "Mana aku tahu, tetapi mungkin ini ada hubungannya dengan konferensi pers kemarin," jawab Jian dengan santai. Alexa membulatkan matanya, dia belum ada persiapan dan harus menjawab apa nantinya. Apalagi dia sendiri pun tidak tahu kejadian yang menimpa dirinya. "Turun!" Alexa menoleh kearah Sang Jian yang rupanya sudah turun lebih dahulu, Alexa melihat rumah yang begitu sangat megah. "Selamat datang Tuan Muda." Sang Jiang hanya tersenyum ketika disambut oleh pembantu yang ada di rumah ini. Lalu dia memutuskan untuk masuk ke dalam bersama dengan Alexa. "Bagaimana kalau ibumu mengatakan sesuatu padaku?" bisik Alexa dengan khawatir. "Itu resiko kamu," jawab Jian dengan santai. Alexa jadi takut sekarang, dia khawatir kalau ibunya Jian akan menyalahkan dirinya. Bahkan dia tidak takut ketika akan melakukan ini. "Akhirnya kamu datang juga," sambut Mei Linda pada anaknya. "Hallo mah," kata Jian sambil memeluk ibunya. Alexa hanya memperhatikan interaksi ibu dan anaknya. Rupanya Jian memang mirip ibunya yang matanya begitu sipit dan putih. Jian langsung melepaskan pelukan ibunya, lalu dia menyadari Alexa sekarang. "Mah ini Alexa." Mei langsung menatap kearah Alexa sekarang. "Kamu wanita yang berani tidur dengan anakku?" Alexa sudah bisa menebak kalau dia akan disalahkan di sini. Lalu dia membisikan sesuatu pada telinga Jian. "Aku harus menjawab apa," bisik Alexa. "Katakan saja semua rencana jahatmu," bisik Sang Jian. Alexa menginjak kaki Jian karena sedikit kesal, laki-laki itu tidak mau membantu dirinya sama sekali. Jian paham dengan tatapan ibunya, dia yakin kalau dia ingin mengintimidasi Alexa sekarang. Ibunya orang yang sedikit keras, dia yakin Alexa akan jujur padanya nanti. "Aku bertemu dengan papah dulu, kalian berbicara berdua." Jian langsung pergi dengan begitu saja dan meninggalkan Alexa bersama dengan ibunya. Jian yakin ibunya bisa mengintegrasi Alexa dan semoga saja wanita itu mau mengaku. "Duduk," suruh Mei pada Alexa. "Iya Tante," jawab Alexa yang kini duduk santai dengan Mei. Ada rasa tegang dalam hatinya, apalagi dengan tatapan tajam tersebut. "Kamu wanita yang sangat licik yah, melakukan berbagai cara untuk memikat anakku. Bahkan menjebak anakku tidur sampai membuat skandal yang mempermalukan keluarga," sindir Mei. Alexa memejamkan matanya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia menceritakan semuanya. "Aku juga korban tan, aku tidak tahu kenapa aku bisa tidur dengan dia." "Jangan berbohong kamu, berapa uang yang kamu butuhkan? Asal kamu mau meninggalkan Sang Jian dan mengatakan putus dengan Sang Jian dengan alasan kamu selingkuh, maka aku akan memberikan uang banyak untuk kamu," ujar Mei dengan nada yang sedikit angkuh. Alexa tidak terima dengan semuanya. Apalagi dia seolah disuruh untuk menerima uang sogokan. "Aku tidak mau menerima uang itu Tante. Karena aku memang benar menjadi korban juga. Aku akan mencari bukti kalau aku dijebak juga." "Tidak usah munafik kamu, tidak mau menerima uang dariku untuk menjauh dari Jian. Oh aku tahu, jangan bilang kalau kamu mau pansos lewat Jian, iya?" "Aku tidak berpikir seperti itu." "Kalau mau mengaku, penjara penuh. Aku dengar kamu habis pemotretan bersama Sang Jian." "Itu hanya kebetulan saja Tan. Gak ada model wanitanya kemarin. Jadi aku hanya membantu." "Banyak alasan kamu, memangnya ada yang percaya dengan kamu, selain itu kamu juga tidak punya bukti sama sekali kalau bukan kamu yang menjebak anakku!" marah Mei. Alexa benar-benar tidak tahu harus berkata apalagi, dia sudah terpojok sekarang. "Aku akan membuktikan semuanya. Aku janji Tante. Setelah aku membuktikan semuanya, aku akan jauh dari Jian dan mengklarifikasi semuanya pada media." "Aku pegang janjimu." Tanpa mereka berdua sadari, seseorang tidak jauh dari sana tengah mendengarkan pembicaraan tersebut. Lalu orang itu mengepalkan tangannya dengan kuat. BERSAMBUNGAmira tengah duduk di kursi sambil memperhatikan ponselnya. Dia senang setelah membaca pesan dari Luna, kalau ponsel lamanya sudah ditemukan. "Syukurlah dia sudah menemukan ponsel lamanya."Sampai tak lama kemudian, terdengar suara pintu diketuk. "Do, itu ada tamu.""Eh iya, aku buka dulu."Amira akhirnya memutuskan untuk membuka pintu rumahnya. Dia sedikit terkejut ketika melihat seorang aktor datang kerumahnya dengan menggunakan topi berwarna hitam. Dia tahu kalau itu adalah Kakanya Luna. Untuk apa laki-laki itu datang ke rumahnya. "Kamu Nico, aktor terkenal itu kan?" tanya Amira memastikan. Nico tersenyum senang. "Iya, aku Nico."Amira menebak lagi, pasti laki-laki itu datang ke sini untuk mencari adiknya. "Maaf Kak Nico, pasti mencari Luna yah. Kebetulan dia tidak ada di sini."Nico yang mendengar itu pun langsung tersenyum. "Kebetulan aku datang ke sini bukan untuk mencari Luna. Tetapi aku datang ke sini untuk menemui kamu."Amira yang mendengar itu pun sedikit heran. Untuk
Begitu pintu apartemen terbuka, suara ceria langsung menghantam ketenangan ruangan."Hai Kak."Dinda menyapa dengan polos, seolah-olah tindakan datang tiba-tiba dari luar negeri itu adalah hal paling wajar di dunia. Alexa yang baru saja meletakkan handuk di pundaknya mendengus sambil menyilangkan tangan, menatap sang adik dengan tatapan “apa lagi ini”."Kamu kok tahu, kakak tinggal di sini?" tanya Alexa dengan alis terangkat."Iya dong aku tahu. Tadi aku ke kontrakan lama Kakak, terus ketemu dengan teman kakak yang bernama Amira, dia memberitahuku alamat ini."Alexa mendesah panjang. Tentu saja Amira. Si cerewet yang selalu senang memberi informasi, bahkan ketika tak diminta."Jadi dari Amira."Dinda mengangguk santai lalu mengibaskan rambutnya yang sedikit berantakan."Sekarang aku boleh masuk ke dalam kan? Aku cape Kak di bendara tadi lama sekali," jelas Dinda, sambil menyorongkan tubuhnya masuk sebelum Alexa mengizinkan.Alexa hanya bisa menutup mata sebentar. "Salah sendiri nekat
Pagi hari yang cerah. Alexa tengah membaca jadwal tentang Sang Jian. Sejak dia tidak ada dalam naungan agensi Rian kembali. Sekarang Alexa yang bergerak sendiri mencarikan job untuk Sang Jian. Beberapa tawaran iklan yang sudah diperiksa oleh Alexa. Bahkan tak banyak yang menawarkan dirinya sekaligus beradu akting dengan Sang Jian. Tetapi Alexa selalu menolak dengan dalih sibuk. Saat Alexa masih sibuk men-scroll, suara langkah kaki berat terdengar. Sang Jian yang baru selesai gym langsung mendekati istrinya, rambutnya masih basah oleh keringat, dan aroma parfum segar bercampur mint memenuhi ruangan."Kamu lagi apa?" tanyanya seraya melingkarkan lengannya di bahu Alexa dari belakang.Alexa tersenyum kecil. "Aku sedang memeriksa jadwal kamu.""Sudahlah Alexa, aku sudah punya aset dan uang juga. Kalau kamu khawatir denganku sekarang. Aku baik-baik saja.""Kami yakin gak mau bekerja?" tanya Alexa lagi. “Bukannya aku sudah bilang?” Sang Jian mengecup keningnya singkat. “Dua minggu ini a
Luna sudah bersiap untuk makan malam yang diberikan oleh Amira tadi. Dia sudah menyiapkan sendok dan garpunya. Baru dia menyuapkan beberapa sendok. Tiba-tiba Nico datang dengan jahil mengambilnya. "Kak Nico, balikin gak?" "Engak, lagian kamu makan sendiri saja. Kenapa gak buatkan buat Kakak sih, aku seharian cape habis shooting.""Iya kan Kak Nico bisa beli makan sendiri diluar atau pesan. Gak usah merebut makanan punyaku.""Bodo amat, aku lapar!" kata Nico dengan keras kepala. Dia langsung melahapnya dan seketika dia langsung terdiam merasakan kembali makanan ini. Deg Nico mengenali masakan yang dibuat ini, sama persis seperti yang dulu sering diberikan Angela padanya. "Kenapa Kak? Gak enak makannya?" tanya Luna dengan heran ketika melihat ekspresi kakaknya langsung terdiam. "Makanan ini, kamu dapat dari mana?""Bukannya sudah aku bilang, aku mendapatkan itu dari temanku. Memangnya kenapa?" tanya Luna heran. "Iya maksudku, siapa namanya?" tanya Nico. Luna menyipitkan matanya
Kantor Riandi Entertainment. Hadi tengah menelepon seseorang untuk membujuk Sang Jian kembali ikut bersama dengan pihaknya. Tetapi semua keputusan sudah bulat. "Apa tidak ada cara lain untuk membujuknya? Kita berikan dia beberapa pasilitas atau naikan gajinya 5kali lipat.""Maaf, Pak Hadi. Kami sudah berusaha untuk membujuknya, tetapi beliau tetap tidak mau.""Bodoh, kalian pikirkan cara lain. Sang Jian harus kembali!"Hadi langsung mematikan sambungan teleponnya, lalu dia melihat kearah ponselnya dan melihat skandal Sang Jian memeluk seorang wanita. "Bukannya ini Virna," gumam Hadi memastikan sendiri. Sampai tak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan dengan perlahan. "Masuk!" "Permisi Tuan.""Katakan, ada apa kamu datang ke sini?" tanya Hadi kepada orang yang kini datang menghampiri dirinya. Orang tersebut membawakan sebuah dokumen bukti yang dia miliki. Semuanya sudah dia selidiki dengan seksama. "Saya membawakan sebuah bukti dokumen tentang kematian anak a
Sang Jian menatap kearah Virna setelah dia melepaskan pelakunya tersebut. Ada hal yang memang sangat sulit untuk dia jelaskan sekarang. "Jangan pernah ganggu aku lagi.""Kamu mencampakkan aku, padahal kamu tahu sendiri sekarang kalau orang yang menyuruh aku menjauhi kamu adalah ibumu, bukan atas kemauan aku sendiri!" bela Virna.Sang Jian menatap kearah Virna. "Kalau kamu kembali sekarang, sudah terlambat Virna. Lagian aku ke sini hanya penasaran saja dengan alasan kamu.""Kamu tidak mau menyalahkan ibumu? Dia yang selama ini menjauhkan kita," kata Virna. Sampai tak lama kemudian, ada seorang wanita datang dan dia langsung menampar Virna dengan kasar. "Dasar wanita jalang!"Virna menoleh kearah wanita tersebut dan seketika terkejut. "Tante."Mei Linda langsung tersenyum sinis ketika melihat Virna yang ada di sini. "Kamu sengaja ingin mengadu domba aku dengan anakmu. Bukannya kamu sendiri yang sebenarnya selingkuh dan meminta uang padaku agar bisa meninggalkan Sang Jian.""Apa benar







