Share

Game of Love
Game of Love
Penulis: Leonidas Lee

001 | Erastrabella Dominic

"Bella, lihat itu! Singa jantanmu sudah datang mencarimu!" 

Sontak, cangkir dalam genggaman Bella meluncur jatuh menghantam lantai dan pecah berserakan. Dengan gugup, ia membungkuk dan segera membersihkan serpihannya. 

Jantungnya berdebar-debar dengan jemari gemetaran. Teman kerjanya yang bernama Summer, segera membantunya. Dia merasa keheranan melihat Bella yang masih saja tercenung, seperti tengah memikirkan sesuatu hal.  

Sementara Bella menggigit bibir bawahnya. Padahal ia baru saja bekerja sebagai pelayan di kedai kopi ini selama satu tahun terakhir. Tetapi sekarang, seorang pria yang sama sekali tak ia kenal malah mengganggu kehidupannya.

Oh, Jesus Christ. Apakah pria itu stalker? 

Mengapa setiap hari selalu datang di jam yang sama, memesan kopi yang sama dan sudah selama enam bulan berturut-turut? 

Sebenarnya pria itu sedang mencari siapa? Ah, ataukah jangan-jangan dia adalah penculik mesum? 

Bagaimana ia tidak berpikiran seperti itu, pria ini hanya memandangi Bella dan hanya ingin dilayani olehnya saja!

Bahkan terkadang Bella mendapati pria itu sedang mengamatinya diam-diam. Dia bergidik ngeri saat menatapnya, sesekali membasahi bibir dengan lidah.

"Apa dia datang kemari memang untuk menemuiku?" Bella menggumam dalam hati, seraya mengintip dari balik bulu matanya yang lentik nan panjang. 

Tetapi lihatlah pria menyeramkan nan tampan itu.

Semua wanita di dunia pasti setuju betapa menawan dirinya ; tubuh tinggi kekar, tangan besar bertengger jam rolex dan setelan Armani mahal serba hitam membalutnya dengan pas. Dia lebih pantas menjadi pimpinan mafia tersohor, daripada seorang pengusaha. 

Di sampingnya, Summer menunduk keheranan melihat Bella yang masih berjongkok menyembunyikan diri. 

"Kenapa kau malah di situ? Cepat layani dia, supaya malam ini, kedai kita mendapat banyak pemasukan dan bonus penjualan! Lihatlah, dia pasti pria kaya raya." Summer berucap dengan sorot mata bercahaya membayangkan mendapat banyak uang bonus, tetapi Bella mengabaikannya. 

"Diamlah, Summer. Kau sangat berisik. Dia tidak mencariku, kau tahu? Jadi, diamlah! Dia mungkin saja seorang kriminal. Coba kau yang melayani. Dia mau atau tidak?" Bella menatap Summer dengan sorot mata dipenuhi permohonan, membuat Summer memutarkan kedua bola matanya malas, tetapi ia tetap pergi membantu Bella. 

Dari sini Bella dapat melihat semuanya. 

Dia tahu Summer bukanlah penyabar, sekarang Summer mengantar pesanan pada pria itu, akan tetapi malah terjadi perdebatan sengit di sana.

Bella tersentak kaget, saat sang pria malah menaruh kembali pesanan ke atas nampan dengan kasar. 

Bibirnya di tekan menipis menahan amarah dan mengibaskan tangan di udara, menolak di layani oleh Summer. 

Tak lama kemudian, Caigo selaku manajer di kedai kopi itu, datang dan membungkuk hormat. Kemudian kedua orang itu mengobrol sesuatu hal dan menunjuk ke arah Bella berbarengan. 

Damn! Sebenarnya apa yang sedang mereka berdua bicarakan tentang Bella? 

Beberapa detik kemudian, Summer datang mengentakkan kaki dan bibirnya memberengut kesal. "Aku menyerah, Bella!" Dia meletakkan nampan itu dengan kasar ke meja counter. Sampai-sampai suaranya yang berisik, menarik perhatian pengunjung lainnya. 

Bella sontak membuang napas lelah. 

Sekarang Summer menyerah, apa kabar dengan Caigo yang seorang pria feminim? Bella lantas menatap Summer meminta penjelasan.

"Si tampan malah mengancamku. Jika kau masih saja menolak melayaninya, maka ia akan membuat kedai ini bangkrut dalam satu malam!" Summer menghela napas panjang, melirik kepada pria misterius itu yang duduk angkuh, dengan tatapan berkilat tajam memandangi Bella tanpa henti, dengan Caigo yang masih saja meminta maaf. 

"Benar dugaanku selama ini, ia datang kemari hanya untukmu saja. Walaupun menyebalkan, bukankah pria seperti dirinya sungguh manis?" Summer mengusap dagu perlahan-lahan.

Meskipun kelakuan pria itu di luar nalar, tetapi semua tindakannya seperti seseorang yang sedang jatuh cinta dan hanya tengah menunjukkan dengan caranya sendiri yang terbilang unik.

Dia menjadi ingat dengan kejadian saat Bella cuti kerja. Bahkan si pria misterius itu mengabaikan seluruh pelayan dan hanya menginginkan Bella. 

Summer menekan sisi pelipisnya yang mendadak pening. Bisakah Bella mengenyahkan keras kepalanya itu? 

"Bella, tolonglah. Bos kita hanya seorang pengusaha kecil. Apa kau tak kasihan dengan semua teman-teman yang bekerja di tempat ini? Mereka akan kehilangan pekerjaan, mata pencahariannya dan keluarga mereka—" Summer melirik Bella dan tersenyum lebar. 

"Oke, aku akan melayaninya. Kau tidak perlu merayuku lagi." Bella secepatnya membuatkan kopi Americano hitam favorit pria itu, beserta beberapa camilan ringan. 

Tetapi Bella berkali-kali menarik napas dengan dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Persis seperti seorang calon ibu yang berusaha melahirkan. 

Bella melangkah anggun, walau gugup. Lengkap dengan nampan dan apron berenda yang memeluk pinggang rampingnya. 

Di sana, pria itu menunggunya.

Mengamatinya sejak tadi.

Tanpa senyuman, selalu seperti itu. 

Seperti singa memantau buruan, kedua netra ke'emasan milik pria itu, menatapnya lekat-lekat, membakar Bella kedalam pusaran yang sulit dijelaskan. 

Seperti ini cara ia menatap Bella; kelaparan dan bergairah, seolah-olah ingin melahapnya tanpa sisa. 

Oh, sungguh. Dia membuat Bella sangat penasaran berbalut aura yang menakutkan! 

"Pak Caigo, biarkan aku yang melanjutkannya dari sini." Bella tersenyum manis sehingga terlihat jelas lesung pipinya, tetapi ekor matanya melirik tajam pada pria menyebalkan itu! 

Caigo pergi, setelah menepuk pundak Bella, pertanda bahwa ia harus lebih bersabar dalam menghadapi customer yang sulit dipuaskan ini. 

Sekarang, Bella berdiri tepat di depan pria itu. 

Debaran jantungnya berdegup kencang, karena aroma parfum yang menyeruak penciuman ; seperti dua pisau berbilah tajam. Aroma ini memiliki kesan seksi, misterius, kuat, sekaligus lembut.

Seperti perpaduan warm spicy dan vanilla yang sesaat membuatnya terlena. 

Parfum ini sangat ekslusif. 

Di seluruh dunia hanya di produksi lima buah saja dan berharga selangit. Berarti ia bukan orang sembarangan, bukan? 

Lalu sebenarnya, siapa pria ini dan apa yang ia inginkan dari diri Bella yang sederhana? 

"Tuan, selamat malam." Bella membungkuk sopan. Dengan gerakan luwes, ia menyajikan kopi Espresso kesukaan pria itu. 

Dia mengintip dari sela-sela bulu matanya yang lentik. 

Ternyata pria ini tersenyum simpul, begitu Bella yang melayani. 

Oh, tetapi sepertinya itu bukan sejenis senyuman selamat datang. Melainkan bagai mesin pemindai sidik jari, pria itu menikmati keseluruhan diri Bella; memandanginya dengan membara dari arah bawah ke atas dan juga sebaliknya. 

"Thank you, akhirnya kau bersedia melayaniku," ucapnya, dengan suara yang dalam dan rendah. 

Bella menghela napas panjang, saat melihat pria ini yang terlihat tenang. Jarak mereka bahkan terlalu dekat dan hanya terpisahkan oleh meja berbentuk bulat. Tetapi, ia masih bisa merasakan aura intimidasi yang kuat dan menekan.

Bella mengerjapkan mata. 

Sepertinya ia harus mulai memberitahu pria ini, supaya berhenti mengancam pemilik kedai kopi yang sekarang mungkin sedang ketakutan bangkrut. 

Kerimgat dingin saat ini membasahi pelipis Bella. 

"Aku setuju melayanimu, karena Anda mengancam akan membuat bangkrut tempat ini dalam semalam. Correct me if i'm wrong, Sir!" Bella mendelik kesal, tetapi pria di depannya malah terkekeh-kekeh menggelikan, sembari melipat tangan di depan dada, menantang tatapan kesal yang Bella perlihatkan padanya. 

Baiklah, Bella tak akan menyerah untuk menaklukan keegoisan pria ini. 

"Kedai kami memang tidak besar, tetapi kami tetap berusaha memuaskan pelanggan." Untuk yang ke sekian kalinya, Bella tersenyum lagi. Kali ini, bibirnya sedikit di tekan menipis.

Seharusnya ia lebih bersabar lagi dalam menghadapinya, bagaimanapun pria ini adalah pelanggan potensial. 

Sementara di depannya, pria ini memasang ekspresi datar. Dia mendongak dan mata ke'emasannya memerangkap Bella dengan dominan, serta tak memberinya kesempatan untuk protes. 

"Tetapi aku tidak puas." Pria itu mengetukkan jemarinya ke permukaan meja. 

Sudut bibirnya membentuk seringai tajam. "Aku akan terus mengusir setiap pelayan yang mendekatiku, karena aku hanya ingin di layani olehmu." Rasa puas terlihat dari gestur tubuhnya yang santai, duduk dengan menopang kaki, seperti para raja yang tengah menghadapi bawahannya. 

Bella menyipitkan mata dan mengamati pria ini yang laksana perwakilan dari kombinasi keangkuhan dan kesombongan. Dia berdecak kesal dan berusaha untuk lebih banyak bersabar.

Bella menunduk dan memeluk nampan dengan begitu erat, demi menyalurkan seluruh kekesalannya. Namun, kali ini ia sulit berpaling. Dirinya seolah terperangkap pada keindahan tatto di lengan yang sebagian besar tertutupi jas. 

Di tangan kukuh berurat seksi itu, ia melihat gambar salib terbalik. Sedangkan di punggung tangannya ia melihat ada beberapa anak panah dan simbol unik seperti tanda keluarga atau sebuah kelompok. 

Sementara itu, tatto tribalnya terlihat mengintip keluar dari kerah kemeja, bersulur-sulur menjalari di bagian sisi leher yang menghilang ke balik kepala.

Setiap terahan tatto itu memiliki ujung yang tajam dan lancip, seperti lidah-lidah api yang siap membakar apapun dengan mengesankan.

Pria ini pun, selalu mengenakan dasi yang rapi, sangat mirip dengan seorang pembunuh bayaran dari kelompok kejahatan terorganisir. 

Namun, Bella merasa keheranan. 

Tak sekali pun pria itu lelah memandanginya, bahkan dirinya menatap Bella lekat-lekat, sembari memutar-mutarkan cincin yang tersemat pada jari kelingkingnya. 

Oh, apakah mungkin, ia menunggu jawaban Bella? 

Dia membasahi bibir, sebelum bicara. "Baiklah, Tuan. Setiap Anda datang kemari, aku yang akan melayani Anda, tetapi aku mohon jangan lagi mempersulit pemilik kedai ini." Bella memastikan keseriusan sang pria yang sekarang malah menatap ke arah lain bagian tubuh Bella, dengan pandangan tak suka yang terlihat jelas. 

Pria itu berdecak kesal. Matanya tertuju tajam pada satu titik dengan rahang terkatup rapat. "Geraikan rambutmu," ia memerintah tegas. Namun, dengan sikap acuh tak acuh yang membuat Bella menganga kesal. 

Well, memangnya siapa dirinya sehingga seenaknya saja memerintah Bella? 

"Excuse me?" 

Bella berjengit keheranan. Baru saja mereka mengobrol dengan serius satu sama lain. Kemudian, pria ini malah mempermasalahkan hal sepele dan itu mengenai rambutnya? Yang benar saja! 

Bella mengulas senyuman yang seperti meringis, karena kesabarannya telah berada di ujung tanduk! 

"Anda tahu, kita sedang membahas apa dan Anda malah mempermasalahkan rambutku?" Protesnya sengit dan matanya melotot mara. 

Tetapi pria itu malah mengetukkan jemari ke permukaan meja, dengan setia menunggu Bella selesai mengomel. 

Matanya yang meletupkan api kecemburuan, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lalu, berakhir menatap Bella, dengan kobaran amarah yang terpendam. 

"Geraikan rambutmu." 

Pria itu mengulangi perintahnya. Namun, Bella tetap enggan tunduk mematuhi. Sekarang mata kedua orang itu saling menatap lekat dengan cukup lama, sampai-sampai memercik aura keras kepala yang tak tertolong! 

"Tugasku hanya melayani Anda dan tidak ada hubungannya dengan rambutku!" Bella memberengut kesal, memajukan bibirnya seperti anak kecil yang mainannya di rampas paksa. 

Pria itu kontan menahan tawa, setelah mengamati ekspresi wajah Bella yang dipenuhi emosi. Tetapi satu detik berikutnya, ia mencondongkan tubuh ke depan mendekati Bella. 

Kali ini sorot matanya menciptakan ketegasan yang tak terbantahkan. Menghantam diri Bella agar segera patuh padanya. 

"Geraikan rambutmu," ucapnya. "Lihatlah para pria bodoh itu, aku tak suka mereka semua menatapmu seperti anjing kelaparan." Ekspresinya mengeras, pembuluh darah tampak tegang di lehernya dan kilatan mata itu mengindikasikan kemarahan yang protektif. 

Bella terpaksa menurut, tepat setelah mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan tersebut. Dia sempat kaget mendapati puluhan pasang mata yang seolah-olah ingin segera menerkamnya. 

Dia bahkan tak menyadari bahwa pria misterius itu diam-diam meraih helaian rambut panjangnya. Meraup rakus aroma memabukkan milik Bella yang akan selalu di ingatnya sampai mati. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status