Share

Siapa Orang itu

Author: Lesta lesta
last update Last Updated: 2023-11-20 16:20:32

Malam semakin larut. Atika mewanti-wanti menunggu kedua putranya tertidur, setelah mereka berdua tidur, Atika akan segera melakukan aksinya.

"Kalian belum tidur?" tanya Atika. Kedua putranya masih saja belum tertidur. Padahal sudah tengah malam.

"Belum Buk. Dimas belum ngantuk," jawab Dimas sembari masih membaca buku.

Atika sedikit cemas, bagaimana kalau anaknya tidak tidur-tidur. Kalau sampai terlambat gawat, karna mungkin bisa saja besok Ningsih akan membongkar ari-ari itu.

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya anaknya Mail, tertidur. Namun tidak dengan Dimas.

"Kamu belum tidur? adek kamu sudah tidur tuh," ucap Atika.

"Belum Buk. Dimas tidak ngantuk!" jawab Dimas. Entah ada firasat apa sampai Dimas tidak bisa mengantuk malam itu.

Atika tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia memutuskan akan pergi diam-diam. Walaupun Dimas belum tertidur.

Atika keluar rumah, dengan cara mengendap-ngendap seperti maling saja. Begitu sepi dan sudah tidak ada lagi manusia berkeliaran. Hanya saja Atika selalu di gonggongin Suara Anjing.

Jalan menuju rumah Ningsih juga sepi, jarang ada rumah yang ia lewati karna memang rumahnya hanya satu, dua saja. Hanya rimbunan pohon bambu yang banyak dilewatinya.

Atika tampak berjalan tergesa-gesa. Melihat cuaca juga semakin gelap dan sepertinya akan turun badai sebentar lagi.

Sesampainya dibelakang rumah Ningsih, Atika langsung membongkar tanah ari-ari palsu itu. Tampak sepi, karna memang sepertinya Ningsih sudah tidur.

Dibukanya ari-ari kambing itu, Namun ada perasaan ragu. Karna ari-arinya, bau Kambingnya sangat tercium.

"Duh! gimana ini? kok ari-ari kambingnya masi bau kambing ya? Padahal tadi udah aku cuci bersih," gumamnya sendiri.

Setelah berfikir beberapa Menit, ia tampak menjalankan aksinya lagi. Dimasukannya ari-ari itu kedalam kain bekas yang ia tanam kemarin dan langsung menutupnya kembali.

Atika berusaha menimbun tanah itu agar bentuknya juga tidak seperti bekas dibongkar ulang.

Namun saat ia ingin meninggalkan tempat itu, tampak ia melihat cahaya sebuah senter dan berlari dari hadapannya.

Deg! Atika sangat terkejut bukan main. Ia berfikir itu pasti seseorang, yang telah mengetahui aksinya.

"Siapa dia? gawat kalau sampai ada orang yang melihat," gumam Atika. Ia mulai tidak tenang, ia pikir dengan cara mengubur malam-malam tidak akan ada orang yang tau. Atika terus berjalan ngikuti langkah orang yang melihat dirinya tadi. Namun tidak kelihatan lagi, begitu cepatnya manusia itu menghilang.

"Sesampainya dirumah, dilihatnya Dimas sudah terlelap, dan menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Namun Atika tetap tidak tenang dan gelisah. Ia merasa ketakutan kalau saja benar tadi orang mengetahui aksinya. Mungkin dirinya akan tercancam.

Malam semakin larut, hujan pun sudah turun begitu derasnya. Namun mata Atika belum juga bisa terlelap. Bayang-bayang rasa bersalah selalu menghantuinya. Begitu juga ia sedang memikirkan bagaimana kalau Ningsih mengetahui kalau itu Ari-Ari milik kambing, bukan milik Anaknya.

Tidak sadar ternyata Atika tertidur diruang tengah beralas tikar.

"Buk! bangun, sudah pagi," ucap Mail. Tanganya mengguncang- guncangkan tubuh Atika.

"Eh, kamu sudah bangun?" Atika tersadar dari tidurnya, ternyata sudah terang.

"Abang kamu mana?" tanya Atika karna tidak melihat Dimas.

"Abang lagi lihat kambing buk, disana," jawab Mail.

"Lihat kambing?" Atika mengernyitkan keningnya. Entah Kambing apa yang dimaksut Mail.

"Iya buk, Abang lagi lihat kambing disana, katanya ada kambing mati," jawab Mail, sembari menunjuk keluar.

Atika semakin penasaran, dengan maksut ucapan Mail.

"Bisa antar ibu kesana?" ucap Atika.

"Ayok buk. Disana juga lagi banyak orang." ajak Mail.

Setelah menyusuri jalan yang memang tidak jauh dari rumah Atika mereka sampai. Dilihatnya sudah ada beberapa orang disana. Termasuk sipemilik kambing itu.

"Dimas sini!" Atika memanggil Dimas yang sedang berada ditengah-tengah kerumunan orang itu.

"Aneh ya? kok bisa itu kemaluan Kambingnya robek? kasihan sekali anaknya," tampak seseorang sedang berbicara mengenai keadaan kambing itu.

Atika tidak menyangka kalau kambing itu akan mati, hanya gara-gara ia menarik paksa ari-ari nya.

"Sepertinya ini ada yang sengaja deh, menarik paksa anak kambingnya keluar. Kalau nggak mana mungkin itu bisa robek," ucap seseorang lagi.

Atika hanya bisa melihat sembari menelan ludahnya saja. Dan berharap tidak ada yang tau kalau itu perbuatannya.

"Ibu tadi malam kemana?" tanya Dimas tiba-tiba.

Deg! Atika sedikit heran, dengan pertanyaan Dimas sang anak.

"Ibu nggak kemana-kemana kok," jawab Atika. Ia tetap berusaha santai.

Dimas tidak menyahut lagi, ia berjalan pulang mengikuti langkah Mail dan Atika.

"Kalian sarapan dulu ya, Ini ibu masak mi instan," ucap Atika. Ia memasakan mi instan untuk kedua anaknya.

"Buk, kapan kita masak seperti yang semalam?" tanya Mail.

Atika terkejut mendengar pertanyaan Mail, bagaimana bisa Mail sangat ketagiha? andai saja Malam ini ada yang lahiran sudah pasti Atika akan melakukan itu lagi untuk anaknya.

"Nanti ya, kalau ibu ada uang," jawab Atika.

"Kenapa ya buk, semalam kita nggak ada yang ngasi zakat? tahun semalam juga nggak. Apa kita nggak berhak ya?" Sambung Dimas.

Atika terdiam, Ia juga binggung mengapa sudah 2 tahun ini tidak ada yang menyampaikan zakat, untuk mereka. Padahal tahun yang sebelumnya mereka dapat beras dan juga uang.

"Entah lah nak, ngak papa mungkin belum rezky. Dan mungkin Masi ada yang lebih membutuhkan dari kita," jawab Atika. Padahal kehidupannya juga sangat miris.

"Kenapa ya orang disini selalu menghina kita buk? Dimas malu kalau terus dihina," ucap Dimas lagi. Raut wajahnya berubah seketika.

Atika binggung harus menjawab apa. Ia malah masih kepikiran, dengan orang yang telah melihatnya tadi malam.

"Buk! kok benggong?" tanya Mail.

"Ah, nggak apa-apalah, orang susah kan belum tentu hina. Kita hina cuma dimata mereka, percayalah diluar sana masih banyak orang baik kok."

Atika selalu bisa menasihati kedua anaknya. Walaupun caranya untuk memberi makan anaknya sesat.

"Bapak juga nggak pulang-pulang," ucap Dimas lagi.

Memang aneh, kenapa suaminya nggak pulang saja kalau gaji nggak pernah dikasih. Atika juga binggung ingin sekali Ia mencari tau yang sebenarnya.

"Sudahlah Nak, kita juga bisa kan tanpa bapak. Nanti kalau sudah saat nya, bapak Kalian pasti pulang kok," sahut Atika menenangkan kedua putranya yang terus bertanya-tanya.

"Tapi Dimas ingin sekolah buk! usia Dimas sudah 11 tahun. Sampai sekarang nggak sekolah, sedangkan teman-teman Dimas semua sekolah," keluh Dimas.

"Mail juga Buk. Teman-teman Mail sudah kelas 2 semua tapi Mail belum ibu daftarin sekolah," ucap Mail menuntut juga.

Jangankan membeli seragam sekolah, untuk beli beras saja, nggak mampu. Atika sangat binggung, dan kasihan kepada kedua anaknya yang hanya belajar dirumah saja.

"Sudahlah! kalain kenapa jadi menghakimi Ibu?" suara Atika meninggi.

Dimas dan Mail serempak terdiam. Wajar mereka menuntut, mereka juga ingin seperti anak-anak lainya, yang hidup layak.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Permohonan Maaf

    "Aku kecewa sama Mama!" Pekik Yuni. Airmatanya menetes begitu derasnya."Maafkan Mama Kak. Mama terpaksa melakukan ini, karna nggak da jalan lain. Papamu pergi meninggalkan kita, mama nggak rela hidup tanpa harta Kak." Lirih Dela. Ia ingin sekali meyakinkan Yuni, agar Yuni bisa mengerti kondisinya."Sekarang aku tau, siapa dibalik pembongkaran makam Dini!" Yuni menepis tangan Dela."Maafkan Mama, Mama hanya ingin memperdaya Atika. Kamu tau, kan kalau Papamu itu lebih memilih mereka dibanding kita.""Tapi nggak harus mengorbankan Dini juga Ma!" Pekik Yuni. Ia tidak terima adiknya disakiti oleh siapapun, ia sangat menyayangi Dini adiknya."Mama tau Mama salah. Tapi Maam menyesal." Kalau Atika tidak mencari tumbal untuk Mama, maka Mama, dan kamu yang akan celaka Kak.""Maksut Mama apa sih? Yuni nggak ngerti Ma. Yuni nggak abis fikir dengan jalan pikiran Mama."Dela menunduk. Sejak awal memang ia tidak menyukai Diwan, karna Diwan itu orang yang tidak punya, dan apa adanya. "Mama nggak beg

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terungkap

    "Sayang, sadar." Diwan mencoba membuka jemari tangan Atika yang terkepal sangat kuat. "Lepasin! lepasin saya, hahahahaa." Atika malah tertawa terpingkal-pingkal. Dan itu sangat membuat Diwan merinding, seluruh bulukuduknya naik."Siapa kamu? kenapa kamu mengusil istri saya?" Tanya Diwan lagi."Kamu tidak perlu tau siapa saya! hanya istrimulah yang tau siapa saya!" "Astaghfirullah, kamu mau saya, kasih hadiah?" Mulut Diwan mulai membacakan ayat suci Al-Quran, dan tanganya tetap memijit jari-jari Atika yang terkepal."Hahahaha," Seluruh tubuh Atika bergetar hebat, dan mengambang diatas Awang. Diwan sangat merasa panik, karna takut Atika akan terjatuh."Brukkkk," Benar saja Iblis itu menjatuhkan tubuh Atika, tepat dimeja kaca."Katakan siapa kamu? kamu jangan main-main dengan saya!" Bentak Diwan. Dilihatnya kepala Atika sedikit terluka akibat terkena sudut meja."Kasih saya tumbal yang saya mau! baru saya, akan menjawab siapa saya!" Diwan mencerna suara itu, sepertinya ia mengenali sua

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Camburu

    "Mas, aku heran deh, siapa yang bawa Mail kesana?" Ucap Atika."Mas, juga heran. Setau kita Mail nggak pernah tau jalan kerumah Daut." Jawab Diwan."Apa sih maksut Daut? ngapain dia ambil Mail?" Ucap Atika kesal."Mungkin bukan dia yang ngambil sayang. Mungkin memang Mail kesana sendiri, atau mungkin dia selama ini tau alamat Daut.""Nggak Mas. Mail nggak akan tau itu, karna memang dia nggak pernah nanyak soal bapaknya!""Lalu apa tujuan kamu sayang? setelah ini?""Biarkan saja dulu Mas. Aku yakin Daut pasti ada maksut sesuatu, dan kita nggak boleh gegabah. "Tok, tok, tok," Suara kentongan mulai berbunyi lagi dari luar. Para warga beramai-ramai membawa obor."Mereka pasti mau cari anak Ijah Mas." "Iya. Mas, tau dari pas ngelayat tadi. Tapi masa iya mereka bilang anak Ijah diculik setan kepala." Ujar Diwan. "Mereka salah faham kayaknya Mas, soalnya mereka nggak liat langsung kok. Hanya dugaan mereka saja.""Mas masih penasaran sayang." "Penasaran apa?""Penasaran sama keberadaan Mb

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Siapa Dia

    "Pak kalau boleh tau siapa yang meninggal?" Tanya Atika, saat ia keluar dari rumah pagi itu."Ijah Ti. katanya komplikasi." Ucap lelaki itu."Ijah? Ijah Istrinya Anto?" Tanya Atika kaget."Iya tadi malam, selesai lahiran ninggalnya.""Gimana dengan anaknya pak?" "Anaknya baik-baik saja. Tapi," Lelaki itu menghentikan ucapanya."Tapi kenapa pak?" Atika semakin penasara."Anaknya dicuri sama setan yang hanya kepala Ti!" Ucap Lelaki itu lagi."Setan kepala? maksutnya gimana pak?" "Tadi malam kami ribut-ribut memukul kentongan itu mencari keberadaan anak Ijah, yang dicuri setan kepala, tapi Sampai pagi ini nggak ada titik terangnya."Atika semakin heran, dan sedikit bertanya-tanya. Ia menelan ludahnya dengan sangat susah. "Terimakasih Pak." Atika langsung kembali kerumahnya."Apa ini kerjaan Mbah Rondo? aku memang sudah waktunya memberikan tumbal. Tapi kenapa Mbah Rondo melakukan ini? bukan cuma ari-ari saja yang diambilnya tapi bayinya juga. Keterlaluan Mbah Rondo!" Pekik Atika kesal.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Mail Pergi

    Ijah terus meringkuk kesakitan diperutnya. Keringat dingin sudah mencucuri seluruh tubuhnya, Bayinya juga tidak kunjung keluar. Mbah Karsem, beserta bidan yang dipanggil Atika tampak kebinggungan, dan kawalahan."Sakit Mbah!" Pekik Ijah. Ia sedari tadi terus menjerit kesakitan. Wajar jika sakitnya dua kali lipat dibanding lahiran normal biasanya."Masih sakit sekali ya perutmu?" Tanya Mbah Karsem."Masih Mbah, ini sakit sekali dan aku nggak kuat Mbah." Lirih Ijah."Gimana ini bayinya belum mau keluar juga." Ucap Mbah Karsem. "Ayo di ejankan pelan-pelan ya Mbak. Ini pembukaannya sudah lengkap kok." Ucap bidan itu."Saya nggak bisa Mbak. Ini sakit sekali.""Ayok dikit lagi kepalanya sudah kelihatan kok," Ucap Mbah Karsem. "Semangat Jah. Kamu harus bisa, kasian anakmu, kalau kamu lemah.""Owe, owe, owe," Alhamdulilah, akhirnya lahiran juga. Bayinya sehat, perempuan." Ucap Mbah Karsem. "Bayi Ijah sangat bersih, dan putih, walupun lahir perematur namun bayinya sepertinya kuat."Kepala s

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Ternyata Sandiwara

    "Jadi kamu pernah mau diperkosa?" Diwan menyusul Atika masuk kedalam kamar mereka.Dikilitnya Atika duduk didepan cermin besar kesayangannya. "Untuk apa kamu nanyak lagi Mas? kamu masih nggak percaya juga?" "Mas, percaya kok. Mas, hanya kasihan denganmu. Sudah ditinggal kawin oleh Daut, eh malah si Anto mau melakukan itu kepada kamu. Seandainya Mas, yang jadi Daut, sudah Mas, hajar itu Anto!"Atika hanya tersenyum kecil, mendengar ucapan Diwan suaminya."Kalau Ijah nggak bekerja lagi, siapa yang akan menggantikan dia Mas?"Tanya Atika. "Sebaiknya nggak usah ada lagi pekerja dirumah ini sayang. Biarkan Mas, saja yang membantu kamu.""Nggak bisa Mas! harus ada. Kamu tau kan, kalau pekerjaan dirumah ini nggak akan ada habisnya." "Terserah kamu. Mas, ngikut apa katamu Saja. Tapi Mas, minta tolong jangan pernah berbuat seperti itu lagi. Kasian Ijah dia jadi seperti itu. Seharusnya kita bertanggung jawab atas apa yang menimpa Ijah sayang.""Aku tau Mas, aku cuma menggertak Anto saja tadi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status