Kairo menggandeng Dinda masuk kedalam rumah sang mama, ia membawanya masuk lewat samping, masih terdengar jelas disana suara-suara orang yang berkumpul tapi sepertinya hanya tinggal para anggota keluarganya saja yaitu adik-adiknya juga keluarga dari pihak tante Miranda saja.
Dinda berhenti menarik tangan kairo, ini mungkin dia akan mengalami yang namanya sidang lagi seperti mereka tertangkap basah kala itu.
“Takut Mas—“ Remasi Dinda lengan Kairo
“Tenanglah, tidak akan terjadi apapun, Mama tidak semenyeramkan apa yang kamu bayangkan.”
“PAPAA!!”
Edgar berteriak diluar sana,”Kakak Dindaa!” Bocah kecil berhambur kepada Dinda membuat Dinda menangkapnya.
“Edgar! Hey kamu kok cakep sekali sih? Siapa yang buat rambutnya begini jigrak-jigrak gini,” Dinda memeluk Edgar mengusap-usap kepala Edgar.
“Edgar sendiri, Edgar keren kan?” Bocah kecil itu pun bersedekap dada me
Di sebuah universitas swasta ternama, Adinda masih mengikuti kelas Pak Edwin sudah 2 jam lebih ia duduk seperti tidak berpijak setelah tadi datang hampir telat sebab membantu sang mertua masak lalu Kairo menyinggahi rumah sakit dulu sebelum menghantarkannya, kepalanya kini berkelana kemana-mana. Materi apapun yang di jelaskan Pak Edwin seakan tidak ada yang masuk kedalam otaknya, struktur apapun itu yang dijelaskan seakan ia tidak mampu di cerna. Bersyukur di detik-detik terakhir saat diberikan contoh tugas ia cepat paham dan mengerti.“Ke kantin atau langsung pulang?” Tegur Nia rekan sebelah Dinda membuyarkan lamunannya yang lagi-lagi memikirkan banyak hal.Dinda melihat pada waktunya, dia ada janjian dengan Redy, laki-laki itu belum menghubungi Dinda harap dia tidak jadi datang menjemputnya, “Aku mau langsung pulang Ni.”“Cepet banget belum sore tahu, biasanya kamu ke kantin temui Melana.”“Eh iya apa kaba
Satu jam berlalu, Dinda sudah selesai menikmati makanannya, tangannya terus ia letakkan dibawah meja ia tidak ingin mengundang pertanyaan Redy tentang yang melingkar ditangannya.Dan nanti bisa membuat dia terpaksa menjawab dia memang punya pasangan, dia tidak ingin menjadi panjang jika mama Redy tahu lalu menceritakan pada sang mama.“Gimana makanannya? Tempatnya, suasananya?”Dinda mengulas senyuman terpaksa,“Hemm…lezat, nyaman hemmm— semuanya sangat perfect.” Lihat Dinda pada laki-laki diseberang mejanya.“Setelah ini mau duduk di rooftop sambil menikmati cocktail terbaik disini atau keluar tempat lain?”Dinda melirik pada waktunya, ia yakin Kairo sedang mencarinya saat ini. “Sepertinya lain kali aja deh Kak , sudah malam saya ada janji sama temen mau ambil tugas dirumahnya.”“Sekarang?”“Iya….” Dinda melihat pada Redy meyakinkan, “Maa
Kairo mengajak Dinda kekamar miliknya setelah merasakan angin diluar semakin kencang, Dinda pun melangkah ragu masuk ke kamar Kairo itu, sebuah kamar besar yang begitu rapi wangi, walau seorang pria kamar yang dimiliki Kairo sangatlah nyaman. Segala furniturenya tertata rapi, tidak ada satupun benda yang berantakan semuanya tersusun rapi ditempatnya, buku-bukunya, peralatan bekerjanya semuanya tersusun rapi disana, nuansa cream dan kayu-kayu mendominasi dikamar itu hingga walkin closet miliknya, terkesan simple tidak terlalu banyak barang namun cukup elegant dan mewah, sebuah sofa santai terletak satu disana menghadap pada televisi dan sebuah pot tumbuhan hias disana.“Ini kamar kita— kamar kamu, nanti kita pindahkan semua barang-kamu kesini, jika tidak suka kita bisa ubah, sesuait yang kamu mau.”Dinda mengedarkan pandangannya kesekitar dikamar besar itu, “Kamu tidur sendiri?”Kairo yang membuka pakaiannya berkerut dahi, “Mak
Kedatangan Kairo menemui Frans kakak ipar Dinda jelas saja membuat lelaki itu terkesiap, Frans membawa Kairo duduk diluar area kantor disebuah coffe shop lalu dia membuat Kairo menceritakan semua dari mulai awal hingga akhirnya. Frans dibuat terbelalak, adik iparnya si ceria, tertutup dan super manja itu mengalami pernikahan bersama Kairo lelaki dewasa dan seorang duda beranak 1. Frans dibuat shock bertubi-tubi yang mana Dinda juga berbohong pada keluarga Kairo tentang dia yang sebatang kara. Frans memaklumi itu, Dinda mungkin takut kejadiannya sama seperti mereka dulu, tapi dia menunda-nunda membuka kebenaran malah menumpuk masalah lain, Ya Dinda seperti yang juga Frans ketahui sudah akan dijodohkan dengan Redy anak dari teman sang Mama tapi apakah Kairo tahu ini? Sepertinya tidak. Wajah Kairo tampak gusar ia memijat pelipisnya melihat pada Frans, “Saya tidak tahu apakah dengan datang menemui, Orang tua Dinda, Mamanya bisa menerima ini, selain pernik
Nancy menjemput Dinda dan Edgar disebuah mall atas perintah Frans, dimana Redy pun tidak mengerti apa yang terjadi Dinda tiba-tiba menangis sejadi-jadinya disana, hingga akhirnya Redy pun harus pergi tanpa penjelasan.Semua begitu kacau Dinda tidak lagi bisa berkata-kata apapun selain menangis, dia merasa dirinya memalukan, jelas sekali dia salah, dia jahat, dia yang membuat hancur dan kacau, dia terus maju namun dalam langkahnya yang salah, dalam beberapa hal yang tidak cepat ia putuskan dan menjadi masalah lebih besar lain.Nancy merasa begitu iba atas yang terjadi pada adiknya namun dia tidak bisa turut campur jauh atas apa yang diputuskan Kairo selain meminta Dinda untuk meminta maaf sedalam-dalamnya pada Kairo, jika bisa diperbaiki maka perbaikilah, jika Kairo tidak bergerak atas putusannya, Ya... mungkin itu sudah jalannya.Edgar yang tidak mengerti sedari tadi berjongkok didepan Dinda, sedari awal kenal Dinda dia sudah menjadi orang yang begitu peka
Dua setengah tahun kemudian.Pengadilan negri Bandung kelas 1 AIni sudah ketiga kalinya Dinda berada disini, bukan bekerja atau menjalani sidang sebuah kasus, melainkan mewakilkan atasannya untuk hadir dalam sidang permasalahan internal perusahaan, terkait dengan seorang staff yang melakukan sabotase demi keuntungan pribadi. Dia yang lulusan arsitek bukan menjadi seorang arsitek melainkan memilih bidang lain untuk ia jalani, Dinda bekerja disebuah perusahaan manufakture menjadi seorang staff disana.Dinda kembali lagi ke kota Bandung, ia rasa kota ini lebih baik, lebih nyaman untuknya yang juga masih punya tugas terbaik, menemani hari senja sang mama.Dinda sudah lama berhasil melewati kesedihan itu, bayangan itu, selepas Kairo memberikan mobil, uang juga rumah, Dinda sudah meminta sang kakak mengembalikannya. Namun sepertinya rumah itu benar tidak ditempati entah kemana pemiliknya.Kata Melana Kairo tidak pernah terlihat lagi disana, rumah
Kairo mendengkus,...“Bagaimana kamu dan dia?” Percakapan mereka berlajut, Kairo bersikap biasa saja melihat pada Dinda.“Dia?” Dinda kembali melihat pada Kairo. Sosok yang sungguh ia rindukkan namun mendadak semenyebalkan ini.“Ya... dia— pria yang dijodohkan Mama kamu, semuanya baik-baik saja ‘kan?”Dinda mengendikkan bahunya acuh, dia tahu Redy sekarang bahkan sudah menikah dan sudah akan mempunyai anak, tapi buat apa juga membahas ini, Kairo pasti hanya ingin tahu saja lalu ingin mengejeknya mungkin jika perjodohan itu gagal.“Kenapa? Haruskah saya menjelaskan?”Kairo terlihat menunggu jawaban itu masih bersikap angkuh, “Ya tidak, bukan urusan saya juga....” ia mencebikkan bibirnya seperti mencibir Dinda.Adinda pun tertawa, sejujurnya sakit hati dengan ucapan Kairo tapi buat apa dia sakit hati harusnya biasa saja mereka memang bukan siapa-siapa lagi.“Ya
Beberapa menit Dinda membiarkan lama tubuh mereka saling mendekap, bahkan Kairo menempelkan wajahnya miring pada dada Dinda merasakan nyaman seperti ini, Dinda pun memberi usapan lembut pada punggung lalaki itu lalu pada rambutnya mencoba memberikan ketenangan.Hingga Dinda pelan sekali berusaha memulai bertanya lagi, “Apa yang terjadi sama kamu, Mas, tidak bisakah saya mengetahuinya.”Kairo tidak meresepon, helaan nafasnya terdengar berat lelaki itu malah memejam tampak sangat merasa nyaman didada Dinda. Dinda menatap wajah itu lamat-lamat hidung yang tinggi, bulu mata lentik, rahang yang penuh rambut-rambut halus, sejenak Dinda diam hingga ia tidak bisa menolak dorongan dari dirinya mengecup pada puncak kepala lelaki itu.Dinda merasakan sesuatu yang berat tengah terjadi pada Kairo, “Kamu jangan seperti ini Mas, kamu bukan seperti kamu, ceritakan apa yang terjadi Mas...mungkin saya bisa bantu kamu.”Kairo menarik nafasnya lagi se