"Punya kakak ipar kok bisanya ngutang, mana gak dibayar-bayar lagi." Status adik suamiku. Aku melongo ketika membaca statusnya itu sambil ngelus dada, yang dia maksud kakak ipar itu aku. Karena suamiku enggak punya kakak yang lain, dia anak sulung, tapi kita gak pernah pinjam. Apalagi uang kita ada di sana sangat banyak, jauh dari yang aku minta.
View More"Punya kakak ipar kok bisanya ngutang, mana gak dibayar lagi." Status dari adik suamiku.
Loh, ngutang? Kapan? Daripada penasaran, aku mulai mengetik balasan dari statusnya. "Kapan Mbak ngutang sama kamu?" "Bukan buat Mbak, kok," elaknya berbohong. "Kalau bukan buat Mbak, terus buat siapa lagi? Emang kamu punya kakak ipar yang lain?" balasku lagi dengan emosi. Bisa-bisanya dia membuat status seperti itu, padahal uang kami ada padanya sangat banyak. Sungguh aku gak habis pikir, kalau bukan karena statusnya ini, aku mungkin tidak akan tahu bagaimana sifat aslinya. "Benar, kok, Mbak. Aku hapus aja deh statusnya," balasnya masih tidak mau mengaku. Aku langsung buru-buru melihat statusnya lagi dan melakukan tangkapan layar. Suamiku harus tahu melakukan adiknya yang selalu disayang ini. Sungguh tidak sesuai. Padahal Mas Arif selalu memberikan apapun yang dia inginkan, tapi apa balasannya? Aku malah dijadikan status kebohongan dan fitnah. Enak sekali dia. "Mbak tetap tidak akan tinggal diam meksipun statusnya sudah kamu hapus, ya. Ingat, uang kami ada padamu sangat banyak," balasku cepat. "Itu kan hanya status, Mbak. Aku ikut buat seperti orang-orang," elaknya lagi-lagi berbohong. Dari semenjak aku menikah dengan kakaknya, aku sudah bisa menebak kalau sikapnya ini memang tidak sebaik yang dia perlihatkan. Sudah pasti dia akan mencari banyak masalah denganku di masa depan dan sekarang sudah terbukti. Aku bukan tipe orang yang suka omong kosong dan berbicara yang tidak penting, jadi sudah pasti aku akan membicarakan hal ini kepada pihak keluarga besar suamiku. "Mbak akan bawa ini kepada keluarga besar," balasku lagi, kali ini dia tidak membalas pesanku, tapi langsung telpon, dan aku juga mengangkatnya. "Mbak lebay, cuman gitu aja langsung dipermasalahkan. Orang lain aja gak pernah sampai heboh begitu," ucapnya setengah berteriak. "Oh, jadi maksud kamu status kamu ini gak bermasalah?" tanyaku menantang. "Tentu saja tidak. Lagipula bermasalah dari segi mana. Enggak banget, deh,” geramnya merendahkan. "Loh, kalau memang kamu merasa status kamu aman-aman saja, tenang dong. Justru sikap kamu ini malah membuat orang semakin curiga," ucapku, lalu tertawa kecil. "Mbak!" bentaknya tapi aku tidak peduli. Aku langsung mematikan sambungan telponnya dan mengirimkan status Ratih barusan kepada suamiku. "Lihat adik kesayangan kamu ini, Mas. Masa dua jelek-jelekin aku di statusnya coba," tulisku sambil menyertai bukti tangkapan layar. Kebetulan jam satu siang ini adalah jadwal suamiku istirahat di bengkelnya. "Mungkin kamu salah faham," balasnya cepat. "Tapi aku tidak akan tinggal diam kalau status itu memang ditunjukkan untukmu," balasnya lagi. Bibirku langsung tersenyum ketika membaca balasannya dan aku langsung mengirimkannya kepada adik ipar tersayang. "Bacalah, kamu memang pantas diberikan pelajaran. Dasar adik tidak tahu diri," ucapku lewat pesan suara. "Dasar baperan. Kalau baperan, gak usah jadi kakak iparku," balasnya sangat cepat. Aku yakin saat ini dia sedang diskusi dengan suaminya untuk menemukan cara meredakan emosi suamiku. Lihat saja nanti, emang dia pikir aku adalah wanita yang mudah ditindas? Enggak banget.Adik Suamiku part 45 ( Akhir Kisah ) Angin malam yang begitu dingin membuat setiap tubuh menggigil, ditambah langit yang gelap membuat suasana di setiap rumah terlihat kelam dan mencekam. Setelah yakin dengan rekaman yang kuberikan, Rina segera mengemas pakaian Sandi, dan melempar tasnya keluar. Tidak lupa sepatu dan sandalnya juga dilempar keluar. "Aku tidak sudi bersama pengkhianat sepertimu!" teriak Rina sambil mendorong Sandi dan saudara-saudaranya keluar dari rumah ini. "Ini hanya salah faham, aku tidak seperti yang mereka katakan, apalagi rekaman itu. Kamu sudah ditipu mereka!" Sandi terus saja membela diri, tapi bukti yang cukup kuat membuat Rina tidak percaya dengan kata-katanya. "Pergi kalian! Melihat wajah kalian saja aku tidak sudi dan ingin muntah, apalagi percaya dengan perkataan busuk kalian!" teriak Rina. Mas Arif menatap tenang ke arah adik ipar yang berkhianat itu berikut kepada keluarganya. "Saya rasa hal ini juga memang lebih baik." "Siapa kau ikut bicara?"
Adik Suamiku 44 By Ucu Nurhami Putri *** "Mama mau kamu secepatnya menjadi menantu di keluarga kami, tapi nanti setelah Sandy berhasil memperalat istrinya untuk mendapatkan harta yang harus menjadi milik kita," jelasin ibunya Sandi membuatku dan Mas Arif mengepalkan kedua telapak tangan. "Biad*b!" Terlontar kata-kata kasar dari bibirnya Mas Arif, tapi aku segera menggenggam tangannya meksipun sulit dah butuh perjuangan extra agar amarahnya mereda. "Mas, kita harus sabar. Kalau kita emosi, itu sama saja menunjukkan kalau kita lemah, dan kalah sebelum berperang," bisikku lembut. "Iya, Ma, aku pasti akan menjadi menantu yang Mama idamkan!" Wanita itu berseru dengan wajah yang gembira, tapi sayangnya itu tidak akan lama. Aku akan memberikan rekaman ini kepada Rina dan semoga saja dia faham kalau Sandi hanya ingin memanfaatkannya saja. Kami benar-benar tidak habis pikir kalau suaminya Rina ternyata orang yang seperti ini. Bukan hanya suka menindas saudara sendiri, tapi juga memanf
Adik Suamiku Extra Part 5 By : Ucu Nurhami Putri *** Aku dan Mas Arif sudah sepakat kalau kami kembali menginap di sini selama satu mingguan. Mana mungkin aku bisa tenang meninggalkan ibu dengan orang-orang ini, meskipun ada Andi tetap saja aku tidak akan pernah bisa tenan. "Kami juga dia ini aja dulu, deh." Dandy tiba-tiba bersuara, padahal Ratih jelas-jelas bilang kalau anaknya mau segera mau sekolah. "Enggak usah, Dan. Kamu dan Ratih pulang saja, kan anak-anak sudah masuk masuk?" Mas Arif menjawab cepat, padahal aku juga akan menjawabnya. "Bisa kok, Mas, lagipula anak-anak belum belajar tatap muka." Dandy kembali memberikan penjelasan. "Enggak usah, kalian pulang aja!" Dengan setengah berteriak, Mas Arif berbicara tegas kepada Dandy yang terdengar seolah memaksa. Aku sungguh heran dengan sikap Mas Arif yang tidak biasa ini, seperti ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan. Karena ingin mendapatkan jawaban dari keanehan ini, aku langsung menarik tangan Mas Arif ke kamar. "
Adik Suamiku Extra Part 4 "Jual sawah?" Aku tersenyum menyeringai ketika mendengarnya. Kupikir mereka baik tulus dari hati, apalagi selama ini selalu ditekan Andi, tapi ternyata ada maunya, ya. Rasanya aku ingin memberikan mereka pelajaran yang akan selalu diingat ke mana pun mereka pergi. Andai saja aku tidak ingat dosa dan semua perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan, sudah pasti akan melakukannya tanpa ragu. "Tenang saja, Mbak, toh ada aku yang bakal beresin mereka." Andi menatapku penuh kemenangan sambil berbicara pelan. "Bisa kupastikan mereka jadi baik nanti, walaupun terpaksa." Aku tertawa kecil ketika mendengar perkataannya. Benar juga, aku tidak bisa menghabiskan waktu hanya di sini. Bagaimana dengan rumah yang baru saja aku tempati? Dan lagi, bulan depan Salwa sudah mulai paud. "Beres. Sepetinya Mbak harus banyak-banyak terima kasih sama kamu." Aku mengeluarkan dompet dari saku. "Loh, mau ngapain, Mbak? Aku ada kok kalau uang," ucapnya terlalu percaya diri. Aku me
Adik Suamiku Extra Part 3 Terik matahari siang ini adalah sinar terindah selama kami menginap di sini, membuat setiap mata yang melihatnya akan ikut merasakan kehangatan sampai ke tubuh terdalam mereka. Rara, Rina, dan suaminya kini sudah berada dalam kendali Andi. Mereka akan melakukan apapun yang diperintahkan adik bungsunya itu tanpa membantah. Kami juga dilayani dengan sangat baik dan hal itu membuatku sangat bahagia. Setidaknya Ibu dan Bapak punya beberapa orang yang akan menjaganya. Ratih pun sekarang sudah tidak begitu takut lagi, dia menyibukkan dirinya dengan anak-anak, dan Dandy juga selalu berada di sampingnya.Tidak pernah sedikit pun dia marah kepada Ratih, sama seperti Mas Arif, dan hal itu membuatku semakin bahagia. "Bawakan aku ketan bakar!" teriak Andi terdengar dari dalam, sementara aku yang berada di luar hanya bisa tersenyum. Ratih dan Dandy sedang melihat rumah yang sudah ditinggal lumayan lama, tapi anak-anaknya pergi dengan Mas Arif dan Salwa ke sebuah t
Bapak menatap kami dengan kesedihan yang tidak bisa digambarkan. Pantas saja beberapa hari ini aku selalu teringat dengan Bapak, ternyata ada kejadian semacam ini di sini. "Kamu sama Bapak juga begitu?" Beberapa kata tiba-tiba terlontar dari bibirku dan sama sekali tidak bisa dikendalikan. Andi menundukkan kepalanya. "Kalau Bapak, aku tidak berani. Hanya Bapak yang selalu ada di saat Ibu menyalahkan aku," lirihnya membuatku terenyuh. Sikap yang baik memang akan mendatangkan hal-hal yang baik dan begitupun sebaliknya. Namun, tetep saja sikap Andi tidak dibenarkan. "Apapun yang Ibu lakukan terhadap kamu, dia tetap ibumu. Ayo, masuk. Banyak hal yang ingin Mbak sampaikan sama kamu, agar kelak tidak ada penyesalan." Dengan penuh percaya diri dan rasa takut pun langsung hilang, aku memimpin jalan, lalu duduk di ruang tamu. Andi pun ikut dengan patuh, tanpa ada penolakan. Aku tahu saat ini jiwanya sedang butuh pelukan, tapi tetep saja dia harus faham dengan apa yang sudah dilakukannya.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments